jpnn.com - JAKARTA - Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, pemilu legislatif 2014 merupakan pemilu yang praktik politik uangnya paling parah dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.
"Ini kali pertama praktek politik uang begitu masif dalam pemilu kita dan itu dibiarkan oleh penyelenggara pemilu," kata Ray Rangkuti dalam diskusi, di gedung komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/4).
BACA JUGA: Politik Uang Penentu Kemenangan
Selain marak politik uang lanjutnya, pelaksanaan pemilu kali ini juga terbilang aneh karena terjadi pemungutan suara ulang di 20 provinsi hanya dengan alasan tertukarnya surat suara.
"Dalam UU, tertukarnya surat suara tidak masuk dalam kategori dilakukannya pemungutan ulang suara. Kecuali bencana alam," tegasnya.
BACA JUGA: Politik Uang Terbanyak di Kabupaten/Kota
Lebih lanjut, Ray menduga jajaran penyelenggara pemilu ikut bermain dalam jual beli suara. "Penyelenggara pileg ada yang jadi calo bahkan terlibat langsung dalam jual beli suara," ujarnya.
Hal lain yang disorot Ray soal daftar pemilih tetap (DPT), yang menurutnya juga belum beres. Demikian juga halnya dengan jumlah lembaran kertas suara yang dicetak, menurut Ray, tidak satu pun yang tahu jumlahnya.
BACA JUGA: KPPS tak Berani Bangun TPS, Pencoblosan Ulang Gagal
"Sempurna sudah kacaunya pemilu legislatif 2014 ini. DPT tidak jelas, jumlah kertas suara yang dicetak dan beredar juga misterius dan di mana-mana terjadi pemungutan ulang suara," pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pencoblosan Ulang di 19 TPS di Sampang Belum Terlaksana
Redaktur : Tim Redaksi