jpnn.com, JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) di DPR Jazuli Juwaini, menggelar acara buka puasa bersama dengan mengundang wartawan dan sejumlah elemen masyarakat di rumah jabatan anggota DPR Kalibata, Jakarta Selatan.
Acara ini sekaligus dijadikan momentum syukuran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang dalam kalender hijriah jatuh pada 9 Ramadan.
BACA JUGA: Ketua Fraksi PKS: Ini Pelanggaran Berat Kemanusiaan
Jazuli Juwaini mengajak semua menjadikan Ramadan selain sebagai memontum peningkatan kualitas ibadah, juga sarana untuk memperkuat rasa kebangsaan yang akhir-akhir ini menghadapi banyak tantangan dan gejolak.
“Tanggal-tanggal ini di bulan Ramadan dan puncaknya besok (Minggu, 9 Ramadan) pada tahun 1945 adalah detik-detik persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia," kata Jazuli.
BACA JUGA: Waspada! Indonesia Darurat LGBT
Menurut Jazuli, hal itu membawa pesan bahwa bangsa ini lahir atau merdeka pada bulan yang mulia.
"Saat proklamator dan pendiri bangsa lainnya yang beragama Islam sedang berpuasa,” ujar anggota Komisi I DPR itu.
BACA JUGA: PKS Tegaskan Pasal Penodaan Agama Harus Dipertahankan
Artinya, lanjut Jazuli, inilah saat yang tepat untuk menjadikan Ramadan sebagai sarana memperkuat rasa kebangsaan.
Apalagi, kondisi kebangsaan akhir-akhir ini sedang tidak harmonis.
Sesama warga bangsa saling serang pendapat, banyak fitnah bertebaran, hingga ujaran kebencian terutama di media sosial.
“Momentum ini juga tepat karena kita baru saja merayakan Hari Pancasila 1 Juni kemarin. Dalam pandangan saya, momentum ini kalau dirangkai menjadi kalimat sebagai berikut "bangsa Indonesia memilih merdeka dengan menjadikan Pancasila sebagai ideologi pemersatu"," ungkap Jazuli.
Melalui pernyataan itu dan sebagai refleksi atas kondisi kebangsaan saat ini, Jazuli mengajak untuk menghentikan mempertajam perbedaan, mengeluarkan pernyataan-pernyataan agresif dan provokatif kepada sesama anak bangsa.
"Apalagi sampai saling mengungkapkan ujaran kebencian, caci maki, dan fitnah. Tidak perlu juga kita saling mengklaim paling NKRI, paling Pancasilais, paling bineka, dan lainnya sambil menunjuk saudara sebangsa lainnya anti-NKRI, anti-Pancasila, atau anti-kebinekaan," paparnya.
Sebaliknya, kepada sesama warga bangsa mari bersikap asertif, berlapang dada, saling memahami, merangkul, menjaga kebersamaan.
"Hingga akhirnya bisa saling bekerja sama, bersinergi dan gotong royong untuk kemajuan Indonesia,” ungkap Jazuli.
Dia juga meminta kepada presiden dan pemerintah agar benar-benar menjaga harmonisasi dalam masyarakat dengan mengedepankan kebijakan yang berkeadilan, persuasif tidak represif, dan dialogis.
Termasuk tidak menunjukkan keberpihakan pada satu kelompok sambil mendiskriminasi kelompok masyarakat yang lain.
“Menjadi tanggung jawab bersama untuk menjadikan Pancasila sebagai pemersatu, bukan tembok pemisah atau pemecah belah. Tidak boleh ada yang merasa tereliminasi dari Pancasila, di saat sebagian lainnya merasa paling Pancasilais,” terang Jazuli.
Menurut Jazuli, bangsa ini terlalu besar untuk dikelola sendirian atau beberapa kelompok saja.
Bangsa ini harus dikelola secara bersama-sama oleh segenap rakyatnya dari latar belakang apa pun berasal.
“Demikianlah intisari Pancasila seperti dikatakan Bung Karno "kalau Pancasila diperas menjadi hanya satu sila saja maka ialah "Gotong-Royong",” pungkas Jazuli. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Brimob Bunuh Diri, Jazuli: Saya Percaya Polisi
Redaktur & Reporter : Boy