jpnn.com - JAKARTA--Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin angkat bicara terkait pembelian pesawat Agusta Westland 101 buatan Italia. Dia mengomentari pernyataan KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna yang mengatakan bahwa PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tidak sanggup memproduksi alutsista udara.
Menurut TB Hasanuddin, pernyataan TNI Agus sangat menghina dan melecehkan produk dalam negeri. Padahal, KSAU merupakan Komisaris Utama PT DI.
BACA JUGA: Demi Kehormatan, DPR Segera Angket Freeport Indonesia
"Luar biasa anehnya ada Komut bisa ngomong gini sama perusahaannya sendiri? Lupa apa PT DI itu 100 persen saham pemerintah/rakyat Indonesia dan Komut itu adalah representatif yang punya saham/rakyat Indonesia," kata Hasanuddin, Minggu (29/11).
Sebelumnya diberitakan bahwa Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna menganggap bahwa PT DI tidak mampu memproduksi alutsista udara. "Saya rasa bikin sayap saja (PT DI) tidak bisa," kata Agus.
BACA JUGA: Haram, Perusahaan Tambang Asing Sejajar dengan Negara
"Baru terjadi di seluruh dunia pemilik perusahaan menjelekkan perusahaannya sendiri," kata Hasanuddin.
Terkait pembelian AW 101, menurut Hasanuddin, pemerintah harus taat pada Undang-Undang jika tetap ingin membeli helikopter Agusta Westland 101 sebagai heli terbaik untuk Presiden, sejauh uang yang dipakai merupakan uang rakyat.
BACA JUGA: Sarankan MKD Gaet Tokoh Berintegritas agar Setnov Tak Lolos
"Pemerintah harus taat pada UU 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, dimana tidak dibenarkan membeli alat utama dari luar negeri jika di dalam negeri sudah mampu membuatnya," katanya.
Pesawat Super Puma produk PT Dirgantara Indonesia merupakan pesawat Indonesia yang sudah dipakai sejak masa Presiden Suharto sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan hasilnya cukup handal dan aman. Jika pemerintah tetap akan memaksa membeli helikopter AW 101 produk Itali tersebut tetap ada aturan yang mewajibkan Agusta Italia wajib menggandeng industri pertahanan dalam negeri, dalam hal ini PT DI. Tanpa kerjasama dengan industri pertahanan maka itu juga merupakan pelanggaran serius terhadap UU.
Sebagai perbandingan, pesawat Super Puma yang kini berubah nama dan tampilan menjadi EC-725 Cougar yang dimiliki TNI AU sudah digunakan oleh Lebanon, Chad, Afganistan, Mali, Libya dan beberapa negara lain sebagai pesawat tempur. Sedangkan AW 101 hanya digunakan di Afganistan sebagai pesawat transportasi.
Untuk pesawat VVI, EC725 family sudah digunakan oleh 32 Kepala Negara diantaranya yaitu Algeria, Malawi, Angola, Mexico, Azerbaijan, Moroco, Brazil, Nepal, Cameron, Oman, Cile, Panama, Cina, Singapura, Ekuador, Korea Selatan, Perancis, Spanyol, Gabon, Turki, Georgia, Turkmenistan, Jerman, Arab Saudi, Venezuela, Jepang, Vietnam, Zaire, Kuwait, Zimbabwe, dan sebagainya. Sedangkan AW 101 hanya digunakan oleh Kepala Negara dari Turkmenistan, Arab Saudi, Algearia, dan Nigeria.
Dalam catatan PT DI, sejak tahun 1978, PT DI dibangun untuk menguasai teknologi kedirgantaraan sebagai penunjang kemandirian bangsa di sektor enjiniring dan manufaktur. Di era 80 an, PT DI (IPTN) bersama CASA melakukan Design and Manufacture (rekayasa Enjiniring pembuatan wing/sayap pesawatnya NASA Airfoil menjadi PTDI Airfoil type NACA653-218, yang sampai dengan hari ini dipakai oleh CN-295 dan telah disertifikasi oleh badan sertifikasi nasional dan Internasional, DGCA-Indonesia, INTA-Spain dan EASA (European).
Di era 2000, PT DI telah dipercaya dan menjadi pemasok tunggal Rekayasa Manufaktur, Wing Leading-Edges (bagian sayap depan) AIRBUS A-380 dan A320, dengan produksi per bulan sekitar 40 set per tipe. Program pesawat tersebut untuk SpiritAero System-UK yang mana sebagai Tier-1 Supplier AIRBUS Commersial Group.
Di era saat ini, PT DI bersama LAPAN melakukan Rekayasa Enjiniring dan Manufaktur pesawat perintis bermuatan 19 penumpang. N-219 secara menyeluruh, dan termasuk rekayasa enjiniring wing/sayap pesawat terbang dengan memodifikasi NASA Airfoil menjadi PTDI Airfoil type LS(1)-0417MOD.
Selain TB Hasanuddin, banyak juga masyarakat yang menilai bahwa KSAU tidak pantas menilai PT DI tidak mampu dalam memproduksi alutsista udara. Misalnya saja eko ilaloyob yang berkomentar "orang kayak gini koq bisa lulus perwira TNI..."
Kemudian muh nasrodin "jenderal yang tidak punya jiwa nasionalisme". Tri yang juga berkomentar "jenderal kacau..#papamintaheliaw, dan Ikrar yang menulis komentar "kok bs ya seorang jenderal lolos tdk nasionalisme"
Dalam akun twitter @IndraJPiliang juga berkomentar "KOREA, M'SIA, FILIPINA, THAILAND, VIETNAM, PAKISTAN, TIMUR TENGAH&AFRIKA pakai produk PT DI. KASAU (Komut PT DI) ngigau?#LangitMalam
Akun @Gus_Sholah juga berkomentar "apa begitu parahnya PT DI? Kan sdh ada, 219 yang akan sgr dilincurkan"
Akun twitter @ypaonganan juga berkomentar "heli memang tak bersayap..jadi emang PT DI ga bisa bikin sayap heli..emoticon senyum dan pesawat terbang. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Acara tak Bermutu, Berapa Jam Kita Temani Anak Nonton Televisi?
Redaktur : Tim Redaksi