"Tim sudah diturunkan, dan titik koordinatnya sudah diketahui
BACA JUGA: Sengketa Tanah, Gedung BI Pontianak Terancam Disita
Namun, hari ini tim masih melakukan perjalanan untuk pencarian ke titik itu," kata Kapolres Aceh Besar, Kombes Pol Agus S, kepada Rakyat Aceh (grup JPNN), ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Kamis (5/8).Ketika dikonfirmasi soal kapan pertama kali bangkai pesawat itu ditemukan, Kapolres tidak menyebutkan kapannya
Diakui Kapolres, perjalanan menuju titik koordinat seperti diperkirakan sebagai posisi bangkai pesawat itu, yang teronggok di lereng atau kaki Gunung Seulawah, memakan waktu dua hari dua malam
BACA JUGA: Dua Ninja Bantai Seorang Kakek
Bahkan katanya pula, bisa jadi lebih dari dua hari.Menurutnya pula, kalau benar itu bangkai pesawat SC-7 Skyvan Malaysia, berarti hilangnya adalah setelah kapal itu lepas landas dari Bandara Polonia, Medan, menuju Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) di Blangbintang, Aceh Besar
Adapun kronologis jatuhnya pesawat SC-7 Skyvan Malaysia (Pan Malaysia Air Transport) itu disebutkan, yaitu sekitar pukul 10.00 pagi (saat itu), pesawat tiba dari Singapura
BACA JUGA: Dewan Laporkan PDP Jember ke KPK
Lalu, pukul 11.30 waktu Singapura, pesawat lepas landas menuju Banda Aceh, dan pukul 12.00 pihak bandara terputus kontak dengan pesawat (berdasarkan sumber Berita Harian terbitan Malaysia, 5 Agustus 2010, Red).Masih berdasarkan sumber koran, dari data manifesnya diketahui bahwa ada 16 orang yang menaiki pesawat jenis SC-7 Skyvan ituDari jumlah tersebut, lima orang merupakan kru pesawat, 3 berasal dari Malaysia dan pilotnya adalah warga MyanmarSelebihnya, ada 10 penumpang dari Singapura serta seorang lagi berkebangsaan India.
Adapun lima orang kru pesawat termasuk tiga warga Malaysia, tercatat adalah Pengarah Urusan PMAT, Piaruddin Fathodin (48), co-pilot Achuthan Ramadas (27) dan juru teknik Augustine JosephSelain itu, ke-10 warga Singapura masing-masing yaitu bernama Mansur Usman, Kaharudin Salamat, Zuraini Syakdan, Saharudin Jaldi, Samsul Bahri, Janri Isa, Lee Mon Thong, Palamisami, Abu Nasir dan Lim Pun Wan, plus Prem Kumar yang warga India.
Seperti diberitakan pula, pesawat tersebut saat itu disewa oleh perusahaan Esso SingapuraDi mana pesawat berencana menuju ke Kepulauan Nicobar, untuk memeriksa kapal tanker Denmark, Maersk Navigator, yang bertabrakan dengan kapal lain di Selat Melaka, 21 Januari 1993(ian/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sampang, Penyuplai Terbanyak TKI Bermasalah
Redaktur : Tim Redaksi