Ponpes Peta Masih Netral soal Pilpres

Minggu, 15 Juni 2014 – 16:44 WIB

jpnn.com - JAKARTA -- Pondok Pesantren Pesulukan Thoriqoh Agung (Peta) Tulungagung, yang merupakan pondok pesantren Thoriqoh Syadziliyah, serta Qodiriyah wa Nagshabandiyah, menggelar silaturahmi dan dzikir akbar di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (15/6) siang.

Ini merupakan rangkaian kegiatan ketiga, setelah penyelenggaraan di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jawa Timur, dan di Lapangan Makodam IV Diponegoro, Jawa Tengah, beberapa hari yang lalu.

BACA JUGA: Dorong Kapolri Jerat Otak di Balik Obor Rakyat

Kali ini, sebanyak kurang lebih 15 ribu jamaah menghadiri silaturahmi dan dzikir akbar yang bertema "Membangkitkan Semangat Thoriqoh dalam Mengawal Perubahan Indonesia Menuju Baddayatun Toyyibatun Warabbun Ghofur".

Salah satu keluarga dalem dan juga Juru Bicara resmi Pondok Peta Tulungagung, Ustadz Muhammad Munib Huda atau yang disapa Gus Muni mengatakan, terkait pemilihan presiden hingga saat ini Pondok Peta belum menentukan pilihan alias masih netral.

BACA JUGA: Penetapan SK CPNS untuk Honorer K2 Jadi Tanggung Jawab Pemda

"Kami bukan lembaga politik sehingga kami akan bersikap netral terhadap pasangan capres. Kami punya cara memilih siapa pasangan yang pantas memimpin bangsa," katanya, Minggu (15/6).

Dia pun menambahkan, jamaah Pondok Peta dalam menentukan pasangan capres akan patuh terhadap dawuh (perintah) Mursyid KH. Charir Solachudin Al-Ayyubi bin Abdul Jalil bin Mustaqiem.

BACA JUGA: Tepis Kampanye Hitam, Luncurkan Klip Joint Jokowi

Dijelaskan Gus Munib, acara ini bertujuan menjalin silaturahmi dari unsur Ulama dan Ulil Amri (pemerintahan).

"Juga bentuk upaya menyambungkan mata rantai kebangsaan," kata Gus Munib.

Utamanya, ia menambahkan, kegiatan ini untuk menjalin silaturahmi kebangsaan dan mengawal demokrasi untuk menentukan pimpinan masa depan. "Dan yang paling memungkinkan adalah tarekat (thoriqoh)," katanya.

Seperti diketahui Pondok Peta didirikan oleh Mursyid Tarekat Syadziliyah (almahrum KH. Mustakim Abdul Jalil yang merupakan guru dari Pimpinan Pembela Tanah Air (PETA),  Supriyadi di masa pendudukan Jepang.

Untuk mengenang perjuangan muridnya itu, Mbah Mustakim panggilan akrab KH Mustakim Abdul Jalil membangun pondok pesantren khusus tarekat  di Tulungagung dengan nama Peta.

Sampai saat ini pesantren pengamal tiga tarekat Syadziliyah, Qodiriyah dan Naqsyabandiyah tersebut telah melahirkan santri yang telah menjadi pengasuh di 150 ribu jamaah pesantren dan para santri yang tergabung di 531 halaqoh sebagai tempat pendidikan dan pengamalan tarekat yang  tersebar di sejumlah kota.

Dan Pondok Pesantren Peta juga memiliki Laskar Sultan Fatah 81 sejumlah 3000 laskar yang membantu tugas mursyid dalam menata jamaah. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Capres Harus Punya Strategi Hadapi Pasar Bebas ASEAN 2015


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler