Pos Indonesia Garap Transaksi Online yang Tidak Masuk Marketplace

Minggu, 28 Juli 2019 – 01:53 WIB
Ilustrasi PT Pos Indonesia (Persero). Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, JOMBANG - PT Pos Indonesia Regional 7 Jawa Timur memperkenalkan cash on delivery (COD) demi menghadapi persaingan yang semakin ketat.

’’Mau tidak mau harus survive dengan memberikan value khusus,” kata Kepala Regional 7 Jawa Timur PT Pos Indonesia Arifin Muchlis dalam peluncuran COD di Jombang, Jumat (26/7.

BACA JUGA: Instagram Akan Hapus Akun yang Melanggar Kebijakan Konten

Menurut dia, angka transaksi jual beli dalam jaringan (daring) di Jawa Timur terus meningkat.

BACA JUGA: Kuartal I 2019, Garuda Indonesia Bukukan Laba Bersih 19,7 Juta Dolar

BACA JUGA: Benarkah Facebook Bermanfaat bagi Kesehatan Mental Orang Dewasa?

Pos Indonesia jelas tidak mau menyia-nyiakan pasar potensial tersebut. Aplikasi anyar itu diyakini bakal meningkatkan kinerja.

Sasaran utama COD Pos Indonesia adalah transaksi daring yang tidak masuk marketplace.

BACA JUGA: Platform Ecomobi, Solusi Cepat Pasarkan Produk di Media Sosial

’’Transaksi customer-to-customer (C2C),’’ tegasnya.

Mereka yang melakukan transaksi C2C itu biasanya berkomunikasi lewat media sosial (medsos).

Menurut Arifin, jumlah transaksi C2C yang terjadi di dunia nyata itu lebih tinggi ketimbang transaksi daring di marketplace.

Pos Indonesia mencatat bahwa layanan pengiriman barang dari transaksi di medsos alias C2C mencapai 70 persen. Rata-rata, konsumen akan lebih memilih COD.

“Namun, COD konvensional tidak praktis,’’ ujar Arifin.

Karena itu, Pos Indonesia meluncurkan aplikasi COD yang pembayarannya cashless.

Untuk sementara, aplikasi tersebut baru hadir di Jatim. Akan tetapi, nanti aplikasi itu bisa digunakan secara nasional.

Sampai akhir semester pertama lalu, Pos Indonesia mencatatkan pertumbuhan transaksi 233 persen.

’’Dengan adanya aplikasi ini, kita harapkan ada peningkatan 300–400 persen tahun ini,” tutur Arifin.

Dia yakin target omzet Pos Indonesia tahun ini bisa tercapai. Target omzet BUMN yang identik dengan warna oranye itu berkisar Rp 800 miliar sampai 2019 berakhir.

Sampai semester pertama, capaiannya sudah 50 persen. Arifin optimistis target bisa tercapai sebelum semester II 2019 berakhir. (ell/c7/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tunggu Kejutan Menyenangkan dari Cinta Laura


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler