Prabowo Janji Temui Megawati

Kamis, 28 November 2013 – 01:14 WIB

JAKARTA--Kabar tentang adanya perjanjian Batu Tulis pada 2009 antara pimpinan PDIP dan Partai Gerindra terkait dengan pencapresan 2014 masih menjadi misteri. Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto belum mau berbicara gamblang masalah tersebut.
 
"Itu suatu komunikasi antar pemimpin. Biarlah kita selesaikan antar pemimpin pada waktunya," kata Prabowo saat ditemui di sela acara seminar di kampus UI, Salemba, Jakarta, Rabu (27/11). Pada kesempatan itu, dia tidak membantah maupun membenarkan kabar adanya perjanjian Batu Tulis tersebut.

Berdasar informasi sepihak dari sejumlah petinggi Gerindra, perjanjian yang kemudian dikenal dengan perjanjian Batu Tulis itu dibuat dalam sebuah pertemuan di Istana Batu Tulis, Bogor. Saat itu, tepatnya 15 Mei 2009, adalah masa-masa akhir pendaftaran pasangan capres-cawapres ke KPU. Dua  partai bersepakat mengusung pasangan Megawati dan Prabowo. Syaratnya, PDIP siap mendukung Prabowo sebagai capres pada pilpres berikutnya.

BACA JUGA: Komisioner LPS Mentahkan Keterangan Boediono

Pertemuan penandatanganan perjanjian yang belakangan dibantah sejumlah petinggi PDIP itu dikabarkan tidak banyak dihadiri elite kedua partai. Selain Mega dan Prabowo, hanya ada beberapa orang yang turut menyaksikan penandatanganan kesepakatan tersebut.

Saat didesak lebih lanjut kapan menemui Mega, Prabowo juga tidak mau memberikan kepastian. Dia malah buru-buru menambahkan bahwa pertemuan itu sebatas silaturahmi sebagai sesama pimpinan parpol. "Saya selalu berhubungan baik dengan seluruh tokoh partai politik," ujar mantan Danjen Kopassus itu.

BACA JUGA: Diduga Ikut Sadap SBY, Posisi SingTel di Telkomsel Perlu Dievaluasi

Prabowo menyatakan bahwa rencana pertemuan dengan Mega itu tidak secara khusus membicarakan pencapresan. Lebih-lebih, siapa nanti capres yang bakal diusung partai berlambang kepala banteng moncong putih itu. Dia juga menegaskan tidak ingin ikut campur tentang peluang besar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) jika diusung sebagai capres. "Siapa pun berhak mengajukan diri atau diajukan menjadi presiden. Ini demokrasi. Asal  memenuhi syarat, siapa saja boleh," ucapnya.

Prabowo juga tetap percaya diri terkait dengan pengajuan dirinya sebagai capres oleh partainya pada 2014. Meskipun, di sisi lain "setidaknya berdasar hasil sejumlah lembaga survei" elektabilitas putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu tertinggal oleh Jokowi. "Kata siapa elektabilitas saya lebih rendah?" katanya enteng.

BACA JUGA: Dahlan Iskan Ingin Anggaran BPJS Dilipatgandakan

Di bagian lain, Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella juga menyiratkan minat partainya berkoalisi dengan PDIP. Setelah pemilu legislatif (pileg), peluang Nasdem berkoalisi dengan PDIP sangat terbuka dan memungkinkan. "Secara ideologi, ada kemiripan antara NasDem dan PDIP karena sama-sama sebagai partai nasionalis," tegas Rio di Jakarta kemarin.

Dia menambahkan, besarnya peluang berkoalisi itu juga karena kedekatan kedua pimpinan partai selama ini. Paloh dengan Mega, menurut dia, memiliki kedekatan secara pribadi. Menurut Rio, faktor tersebut dapat memudahkan dua pimpinan partai politik tersebut melakukan komunikasi yang bersifat mutual trust nanti. "Hal itu akan jelas setelah pileg," tandasnya.

Beberapa waktu lalu, tepatnya 21 November 2013, Surya Paloh dan Megawati melakukan pertemuan di Kantor DPP PDIP Lenteng Agung ditemani sejumlah elite partai masing-masing. Agenda utama pertemuan saat itu adalah keinginan membentuk aliansi untuk bersama-sama mengawal daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2014 yang karut-marut. (dyn/c4/fat)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Dokter Ayu, Diklaim Pertama Kali di Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler