jpnn.com - Pagi itu (16/9) Ridwan Sumantri, 36, bersiap berangkat kerja dari rumahnya di Duren Sawit, Jakarta Timur, menuju kantor di kawasan BSD, Tangerang. Taksi Lifecare Blue Bird yang dia pesan tiba 20 menit sebelumnya. Pria berkepala plontos yang sudah 15 tahun menggunakan kursi roda itu memanfaatkan fasilitas taksi yang diluncurkan pada Rabu lalu (10/9).
Laporan Nora Sampurna, Jakarta
========================
BACA JUGA: Babah Bikes, Sepeda Custom yang Sudah Merambah Mancanegara
Begitu Ridwan bersiap di samping taksi, Ali Badrun, si pengemudi, langsung sigap membukakan pintu tengah sebelah kiri. Di kabin tersebut joknya didesain khusus sehingga dapat diatur turun-naik secara otomatis dengan menekan tombol di bagian bawah atau menggunakan remote.
Ali lantas menurunkan jok hingga mendekat dan sejajar dengan kursi roda Ridwan. Begitu posisinya sudah pas, Ridwan berpindah dari kursi roda ke jok mobil. Dia melakukan itu sendiri dengan mudah, tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra, dan dalam waktu sekejap. Meski ketika itu ditemani putrinya, Sherly Indah Lestari, 16, Ridwan tidak perlu lagi meminta bantuan. Sherly hanya membantu membawakan tas laptop dan buku agenda milik sang ayah.
BACA JUGA: Sempat Terbebani Tradisi Prestasi Kakak Kelas
Setelah Ridwan sudah duduk enak di dalam taksi, Ali kembali menaikkan posisi joknya dengan menggunakan remote, memasangkan safety belt, kemudian menyimpan kursi roda Ridwan di jok belakang. Semua dilakukan sesuai dengan standar pelayanan terhadap penumpang taksi untuk masyarakat yang berkebutuhan khusus.
Setelah memastikan Ridwan duduk dengan nyaman, baru Ali melaju menuju arah BSD, sesuai dengan petunjuk Ridwan. Perjalanan pagi itu merupakan pengalaman ketiga Ridwan menggunakan taksi Lifecare. Saat launching di Balai Kota DKI Jakarta pada Rabu (10/9), Ridwan yang merupakan pengurus Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) itu turut diundang dan mencoba taksi ramah bagi penyandang disabilitas tersebut.
BACA JUGA: Lingkar Pinggang Jokowi Bertambah 2 Cm
’’Nyaman sekali rasanya. Sebagai warga disabled, saya merasa termudahkan dengan adanya taksi yang didesain untuk orang berkebutuhan khusus seperti saya. Interiornya juga mewah,’’ ujar pria kelahiran Sukabumi, 17 Agustus 1978, itu.
Meskipun berkursi roda, mobilitas Ridwan cukup tinggi. Dia menjadi volunter di beberapa non-governmental organization (NGO) yang concern terhadap masyarakat disabled, berprofesi sebagai web developer, serta kerap diundang menjadi trainer bidang pelayanan publik. Karena itu, untuk beraktivitas sehari-hari, dia sering menggunakan taksi.
Tidak heran bila Ridwan sangat mengapresiasi peluncuran armada taksi khusus yang merupakan program corporate social responsibility (CSR) Blue Bird tersebut. Sebab, dia merasa terbantu untuk mobilitas aktivitas kesehariannya.
’’Teman-teman saya yang disabled juga merasa senang. Banyak yang penasaran ingin mencoba. Dengan desain jok khusus, kami bisa makin mandiri, tidak harus ditemani saat bepergian,’’ ujar Ridwan yang harus rela berada di kursi roda setelah terjatuh dari pohon kelapa setinggi 7 meter pada 1999.
Ridwan yang turut mendirikan Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT) bersama rekannya, Faisal Rusdi dan Cucu Saidah, kerap menyoroti fasilitas publik yang belum ramah terhadap kaum disabled.
’’Jangankan daerah, ibu kota saja masih belum accessible untuk kami bepergian sendiri. Baik fasilitas di jalan raya, seperti trotoar dan sarana transportasi, maupun desain kantor atau mal yang sulit dilalui kursi roda. Mau tidak mau, kami harus didampingi orang lain untuk membantu mobilitas kami,’’ urai alumnus SMKN 1 Cirebon itu.
Ridwan membandingkan dengan fasilitas publik di kota-kota besar negara lain yang sudah accessible untuk semua masyarakat, termasuk yang berkebutuhan khusus. Sarana transportasi di Taiwan, misalnya. Ridwan pernah mengunjungi negara tersebut saat mengikuti ITF Tennis Wheelchair Taiwan Open pada 2007. Di sana dia dijemput dengan taksi van yang pintu belakangnya dilengkapi lift untuk menaikkan pengguna kursi roda ke mobil. Bus-busnya juga dilengkapi ramp portabel. Ketika bus berhenti untuk mengangkut penumpang, driver turun dan memasang ramp portabel sebagai akses naik bagi pengguna kursi roda.
’’Saya rasa itu bisa diterapkan di Indonesia,’’ ucapnya. ’’Setidaknya, adanya taksi Lifecare ini semoga bisa menjadi contoh untuk yang lain. Termasuk pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat disabled dengan menyediakan sarana transportasi yang mudah diakses orang-orang seperti kami,’’ lanjut Ridwan.
Saat di-launching Rabu lalu (10/9), armada taksi khusus itu baru lima unit. Meski menggunakan tipe mobil yang di atas standar taksi pada umumnya, yaitu Nissan Serena, argo tetap dipatok sesuai dengan tarif normal. Sebagai permulaan, lima armada taksi tersebut stand by di beberapa rumah sakit di Jakarta. Selain taksi mangkal di rumah sakit, penumpang bisa memesan melalui telepon seluler maupun mobile reservation.
’’Selain masyarakat disabled, taksi ini bisa dimanfaatkan untuk pasien rumah sakit, ibu melahirkan, atau para lansia sebagai pilihan sarana transportasi yang memahami kebutuhan mereka. Tidak untuk menggantikan fungsi ambulans, tetapi sebagai alat transportasi umum,’’ papar Teguh Wijayanto, kepala Humas Blue Bird Group.
Melihat respons masyarakat yang begitu antusias, Teguh menyatakan bahwa pihaknya segera menjajaki kemungkinan untuk menambah jumlah armada maupun memperluas di kota-kota lain.
’’Sementara kami evaluasi yang ada terlebih dahulu, dari segi pelayanan maupun proses pelaksanaannya. Kami juga mendengarkan masukan dari teman-teman disabled. Semoga manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang,’’ ujar suami Yanni Sumantri itu.
Teguh menjelaskan, persiapan peluncuran armada taksi spesial tersebut cukup lama. Salah satunya, menyiapkan para pengemudi. Hingga kini, baru ada sepuluh orang. Mereka dipilih setelah melalui seleksi khusus. Di antaranya, penilaian kinerja yang baik setahun terakhir, tidak pernah mendapat komplain dari penumpang, maupun terlibat kecelakaan.
’’Selanjutnya, para driver terpilih tersebut mendapat training untuk pengenalan fitur dan standar pelayanannya,’’ tutur Teguh saat ditemui di kantor pusat Blue Bird, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (15/9).
Apresiasi tidak hanya datang dari para penyandang disabled yang menjadi sasaran utama pengguna taksi Lifecare. Edi Nursalam, ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta, sangat mendukung penyediaan layanan yang mengimplementasikan konsep transportasi humanis tersebut.
’’Layanan ini sangat besar manfaatnya, memperhatikan kebutuhan warga disabled. Mudah-mudahan bisa diikuti oleh penyedia sarana transportasi publik lainnya, termasuk pemerintah,’’ ujarnya.
Hal senada diungkapkan Deddy Rukidjah, rekan Ridwan sesama penyandang disabilitas. ’’Sekarang saya tidak terlalu menyusahkan orang lain yang harus bersusah payah menggendong saya masuk ke taksi,” ucapnya. (*/c4/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menilik Hari-hari Terakhir SBY sebagai Presiden
Redaktur : Tim Redaksi