Praktisi Pemasaran Diminta Menerapkan Nilai-Nilai Utama dalam Bisnis

Kamis, 26 Januari 2023 – 06:52 WIB
Ilustrasi praktisi pemasaran. Foto dok. SAP

jpnn.com, JAKARTA - Dentsu dan Kantar meluncurkan sebuah laporan studi tentang peran praktisi pemasaran di Asia Pasifik.

Mengusung tema ‘Marketing a Better Future‘, yakni studi tentang peran praktisi pemasaran dalam mencapai misi keberlanjutan perusahaan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

BACA JUGA: Bantu UMKM Tingkatkan Pemasaran Online, Mayar.id Perkenalkan MAIA

Studi dilakukan di 12 wilayah Asia Pasifik meliputi Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, Filipina dan Vietnam.

Studi tersebut menemukan bahwa hanya satu dari tiga (34%) tim pemasaran dengan wawasan yang melaksanakan rencana keberlanjutan dan mengukur kemajuan mereka.

BACA JUGA: Kiai Muda Pendukung Ganjar Gelar Pelatihan Pemasaran Digital di Ponorogo

Itu jauh lebih rendah dengan 46 persen dalam rantai pasokan (supply chain), dan 51 persen dalam strategi perusahaan.

Padahal, berdasarkan studi oleh Kantar mengenai barometer isu global, isu iklim merupakan masalah utama.

BACA JUGA: Kinerja Pupuk Indonesia Makin Moncer Berkat Terapkan Sentralisasi Pemasaran

Hal itu dibuktikan dengan 60 persen konsumen global mengatakan mereka mengalami kecemasan terhadap lingkungan yang mendorong inisiasi serta keinginan untuk bertindak.

Artinya, perubahan sistem diperlukan untuk mencapai target keberlanjutan global dan memastikan masa depan bumi.

Tidak diragukan lagi bahwa bisnis, brand, dan mitra agensi mereka memiliki kebutuhan dan peluang.

Sebagai jembatan antara brand dan konsumen, praktisi pemasaran memiliki peluang unik, dan karenanya bertanggung jawab untuk menjadi agen perubahan generasi yang memengaruhi perilaku konsumen, serta mendorong inovasi yang akan diinformasikan kepada pelanggan.

Dominic Powers, Chief Growth Officer Dentsu Asia Pacific mengatakan kemajuan yang bermakna dalam tujuan keberlanjutan membutuhkan upaya di mana bisnis, konsumen dan masyarakat sipil, pembuat kebijakan, regulator, dan penyedia modal bekerja secara harmonis.

Menurut dia, pemasar tidak hanya dilandasi tujuan bisnis untuk mendorong inovasi yang dapat memicu perubahan besar, tetapi juga harus mengubah seluruh filosofi di balik perancangan yang didasarkan pada tingkat penjualan.

“Di Dentsu, kami merancang ‘What’s Next’ sebagai salah satu misi untuk tujuan konsumsi berkelanjutan. Di mana, hal ini harus diorganisir oleh para praktisi pemasaran untuk memberikan dampak kepada masyarakat luas mengenai kehidupan berkelanjutan,” ujar dia dalam siaran pers, di Jakarta, Kamis.

Demi merealisasikannya, Brand dan pemasar harus merangkai taktik termasuk mitra ekosistem yang menangani rantai aktivitas dan jejak karbon.

Dengan memposisikan diri mereka menjadi penggerak perubahan dengan ekosistem yang lebih besar, konsumen dan perusahaan, praktisi pemasaran dapat memberikan relevansi, suara dan perubahan inovasi kehidupan yang lebih berkelanjutan.

Demi mencapai kemajuan yang mendalam dan menggerakkan keberlanjutan, studi ini juga menemukan bahwa fungsi pemasaran memerlukan perubahan filosofis: diberi mandat untuk mendorong inovasi di luar target penjualan jangka pendek, untuk menciptakan pertumbuhan yang baik bagi masyarakat dan Bumi, serta bisnis.

Transformasi keberlanjutan perusahaan dan konsumsi berkelanjutan perlu menjadi prinsip untuk mengorganisir fungsi pemasaran.

Studi memperkirakan bahwa dengan membuat perubahan agresif ini, Brand akan dapat mendorong perubahan perilaku dan gaya hidup untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 40% – 70% yang menurut sixth IPCC assessment report diperkirakan dapat dicapai.

Namun, studi mengidentifikasi dua kesenjangan menjadi akar tantangan bagi praktisi pemasaran. Pertama kesenjangan intensi-tindakan konsumen merupakan masalah bagi praktisi, dengan 56% hasil mengidentifikasinya sebagai tantangan utama.

Hanya 17 persen konsumen Asia yang secara aktif mengubah perilaku mereka menjadi lebih berkelanjutan, meskipun 98 persen orang Asia mengatakan akan melakukannya.

Kedua, kesenjangan intensi-tindakan organisasi, merupakan tantangan yang sama pentingnya untuk ditangani.

Meskipun 73 persen pemasar percaya bahwa keberlanjutan penting untuk kelangsungan bisnis dan pertumbuhan nilai, penelitian ini mengungkap hambatan taktis dan mendasar yang menghalangi pemasar untuk mengambil kepemimpinan berkelanjutan yang berarti.

Hal itu termasuk fokus pada target pertumbuhan penjualan jangka pendek di atas semua target lainnya.

Dengan pertumbuhan ekonomi Asia yang eksponensial, daya beli bergerak ke Timur dengan kawasan serta berdampak membentuk tren konsumsi global.

Hal tersebut memberikan konsumen dan korporasi di Asia tanggung jawab baru dan unik, karena wilayah ini akan diperkirakan menanggung beban bencana iklim.

Perilaku konsumen, dalam aspek kebiasaan dan gaya hidup, harus diubah segera untuk kehidupan yang lebih berkelanjutan. (rdo/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kantor Pemasaran Agency Bhinneka Life Kini Hadir di Pekanbaru


Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler