Iwanuma, Prefektur Miyagi, merupakan salah satu kawasan terparah yang terkena tsunami (11/3)Hingga saat ini, kota yang berhadapan dengan bibir pantai itu masih tampak berantakan
BACA JUGA: Profesor Sutiman Bambang Sumitro, Penemu Filter Rokok Sehat
Wartawan Jawa Pos FATHONI P================
SEKILAS melempar pandang, sisa-sisa keganasan gempa dan tsunami yang melanda wilayah Tohuku masih tampak di kawasan pesisir pantai Kota Iwanuma, Prefektur Miyagi
BACA JUGA: Dua Hari Dirawat di RS, Utha Likumahuwa Masih Koma
Sebagian besar rumah ambruk dan sedang dibersihkan, sebagian lagi tampak berdiri dengan kerusakan yang sangat parahBACA JUGA: An-Noor, Musala Perjuangan bagi TKI di Daejeon, Korsel
Mendekati bibir pantai, pohon-pohon pinus yang sengaja ditanam untuk menghadang terjangan gelombang laut juga robohPadahal, usia rata-rata pohon-pohon itu diperkirakan mencapai 300 tahunTanaman tersebut berada di sana sejak 1611, yakni awal terbentuknya pemerintahan setempat
Kamis (23/6) lalu Jawa Pos yang tergabung dalam rombongan Jenesys (pertukaran pemuda Jepang-Asia Timur) diberi kesempatan untuk mengunjungi kawasan ituAktivitas pembersihan masih dilakukan para relawanGerimis dan bau amis yang menyengat seolah tak menyurutkan semangat mereka untuk mengumpulkan reruntuhan rumah dan sampah ke areal penimbunan
Beberapa alat berat juga memperbaiki tanggul besar di sepanjang pesisir pantai yang rusakTanggul itu dibangun sekitar 1953Di sekitar tanggul tampak tumpukan bangkai mobil yang telah dievakuasi dari areal persawahanAktivitas semacam itulah yang sehari-hari terjadi di pesisir Kota Iwanuma, sekitar 6 kilometer dari Kantor Iwanuma Volunteer Center (pusat relawan).
Setelah tsunami 11 Maret yang melanda wilayah Tohuku, Kota Iwanuma memang menjadi salah satu pusat perhatian tim penanggulangan bencana pemerintah JepangTak sampai sehari setelah bencana, pemerintah setempat telah menampung sekitar 7.214 pengungsi di 28 fasilitas umumMulai gedung olahraga, sekolah, hingga balai masyarakat
Meski memiliki toilet, gedung-gedung tersebut tidak dilengkapi kamar mandi umum"Seminggu sekali, kami mengajak mereka ke lokasi yang memiliki tempat untuk mandiBegitulah kondisi sebenarnya ketika itu," kata Toshiyo Chiba, penanggung jawab Iwanuma Volunteer Center, di hadapan peserta program Jenesys dari IndonesiaKarena begitu banyak jumlah pengungsi, pemerintah Kota Iwanuma memutuskan untuk membentuk pusat relawan pada 12 Maret 2011
Awalnya, pengurus pusat relawan hanya terdiri atas enam pegawai Municipality Social Welfare Council atau dinas sosial setempatKarena terlalu sedikit, pemerintah merekrut 18 staf dari berbagai asosiasi
Jumlah relawan terus bertambah setelah pengurus Volunteer Center mengumumkan kebutuhan relawan melalui radio lokal Iwanuma FM dan website pemerintah kotaPer 18 Juni 2011, jumlah relawan yang terdaftar sudah mencapai 17 ribu orang, 16 ribu di antaranya sudah aktif membantu para korban tsunami(bersambung/c7/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... OJack, Ojek Berargometer Pertama di Indonesia yang Semakin Banyak Pelanggan
Redaktur : Tim Redaksi