jpnn.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Francois De Maricourt menyatakan ada tiga hal penting yang harus ditangani pemerintah untuk memaksimalkan momentum pemulihan ekonomi Indonesia.
Menurut Francois Indonesia berhasil memposisikan diri dengan baik untuk bangkit dari Covid-19, bahkan memulai kembali pertumbuhan ekonomi yang pesat.
BACA JUGA: HSBC-ANA Gelar Pameran Fasilitas Kelas Bisnis & Travel Fair
"Tetapi, ada tiga hal penting yang harus ditangani untuk memaksimalkan momentum pemulihan ini, yaitu investasi yang berkelanjutan, transformasi dalam penyederhanaan regulasi, dan konektivitas digital,” tutur Francois De Maricourt di Jakarta, Rabu (25/8).
Dia menilai Indonesia berpotensi menjadi tujuan investasi utama bagi para investor asing. Kendati demikian, hal itu dapat diwujukan jika mampu mempertahankan fokus pada reformasi yang ramah pertumbuhan dan terus melakukan transformasi dalam mengatasi hambatan pada sektor perdagangan dan kewirausaahan.
Francois menyatakan di seluruh dunia, pola pemulihan ekonomi berbentuk kurva v telah muncul di negara-negara yang telah mengendalikan virus.
BACA JUGA: Konon Airlangga Sebut Perekonomian Indonesia Menyalip Korea Selatan
Di Indonesia, konsumsi domestik yang kuat dan permintaan global yang kembali meningkat, akan memperkuat stimulus jangka pendek.
"Dalam jangka panjang, Indonesia akan meraih manfaat dari rancangan ekonomi baru yang diciptakan oleh reformasi di bidang-bidang seperti peraturan investasi dan iklim usaha," kata dia.
BACA JUGA: Ramalan BI soal Puncak Perekonomian Indonesia, Pakai Studi Bukan Kaleng-kaleng
Francois membeberkan beberapa langkah yang dapat dilakukan Indonesia di masing-masing bidang tersebut yaitu pemangku kebijakan dan bisnis harus fokus pada memastikan bahwa kombinasi ekonomi yang berkelanjutan.
"Hasil investasi Indonesia menjadikan Indonesia tujuan yang menarik bagi permodalan global, yang tertarik untuk menciptakan hasil/laba secara berkelanjutan," katanya.
Francois menyatakan setidaknya sekitar USD 43 triliun dana dikelola dunia dan disalurkan untuk output/hasil yang berkelanjutan.
Hal itu, kata Francois diprediksi akan meningkat setelah laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang diluncurkan bulan ini.
IPCC bakal mengungkapkan bahwa tujuan Paris Agreement tidak akan tercapai tanpa pengurangan emisi secara siginifikan dan cepat.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah Indonesia untuk terus menciptakan ekosistem yang memungkinkan e-commerce dan konektivitas digital berkembang pesat.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi di dunia yaitu sekitar 196 juta, lebih dari seperempat populasi belum beranjak online.
Selain itu, Indonesia hanya menempati urutan ke-56 di dunia dalam hal akses ke teknologi.
"Upaya untuk meningkatkan infrastuktur, baik secara fisik dan kebijakan, seperti peluncuran konektivitas 4G ke 4,000 kabupaten dan sub-divisi tahun ini, merupakan langkah menuju ke arah yang tepat," kata dia.
Francois menambahkan Indonesia bisa terus berfokus pada langkah-langkah untuk mengurangi hambatan non-tarif.
Studi IMF 2019 memperkirakan bahwa jika Asia dapat mengatasi hambatan perdagangan dan investasi asing, hal itu akan mendorong pertumbuhan regional sebesar 15 persen.
"Perjanjian perdagangan bebas yang baru ditandatangani Indonesia, akan memberikan manfaat dan menjadi panutan bagi kawasan ASEAN," kata Francois.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengakuan Sri Mulyani soal Pertumbuhan Ekonomi 2022, Ngeri-ngeri Sedap
Redaktur & Reporter : Elvi Robia