Presiden Belarusia: Jika Rusia Runtuh, Kami Akan Mati

Rabu, 28 Juni 2023 – 20:59 WIB
Presiden Belarusia Aleksander Lukashenko. Foto: Reuters

jpnn.com, MINSK - Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyatakan bahwa jika Rusia runtuh maka negaranya akan ikut hancur.

Pernyataan ini disampaikan setelah tentara bayaran Wagner memberontak terhadap Kremlin.

BACA JUGA: Denmark Latih Pilot Ukraina Cara Membantai Pasukan Rusia dengan F-16

"Jika Rusia runtuh, kami akan terperangkap di bawah reruntuhan, kami semua akan mati," kata Lukashenko dalam sebuah upacara di ibu kota Minsk.

Menyaksikan "pemberontakan bersenjata" di Rusia akhir pekan lalu adalah pengalaman "menyakitkan", kata Lukashenko.

BACA JUGA: Australia Bikin UU Baru demi Jegal Upaya Rusia Bangun Kantor Kedubes

“Saya harus bilang sungguh menyakitkan bagi saya menyaksikan perkembangan terakhir di selatan Rusia. Banyak warga negara kami juga bersimpati kepada mereka. Ini karena tanah air kami satu,” kata Lukashenko.

Lukasheno mengakui telah memerintahkan tentara Belarus dalam siaga penuh selama peristiwa di Rusia itu.

BACA JUGA: Rusia Diguncang Kudeta, Begini Reaksi Amerika

Mengenai kesepakatan yang ditengahi Lukashenko untuk mengakhiri konflik antara Wagner dan Kremlin, Presiden Belarus itu meminta agar tidak menjadikan dia "pahlawan".

“Jangan menjadikan saya pahlawan, baik saya maupun (Presiden Rusia Vladimir) Putin atau (pemimpin Wagner Yevgeny) Prigozhin," kata dia.

"Karena kami membiarkan situasi itu terjadi begitu saja dan kemudian kami mengira konflik itu akan selesai dengan sendirinya, nyatanya tidak,” sambung Lukashenko.

Dia juga mengklaim bahwa oposisi Belarus juga sudah "mulai nyaring" di tengah peristiwa yang terjadi di Rusia.

“Mereka (oposisi Belarus) berusaha keras menunjukkan paling tidak hasil kerja mereka kepada bos-bos mereka. Mereka bahkan telah mengeluarkan seruan dan menerbitkan rencana yang menunjukkan kesiapan mengimplementasikan skenario pemberontakan bersenjatanya sendiri,” kata dia.

Sebelumnya pada 24 Juni, pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, menuding Kementerian Pertahanan Rusia menyerang petempur-petempurnya, dan mendeklarasikan "Unjuk Keadilan" dan bergerak dari perbatasan Ukraina ke kota Rostov-on-Don di Rusia.

Prigozhin bahkan berencana mengerahkan pasukannya ke Moskow untuk "menggulingkan para pimpinan militer."

Badan Keamanan Federal menyebut tindakan kelompok Wagner itu "pemberontakan bersenjata". Badan ini mengajukan gugatan pidana terhadap Prigozhin.

Namun sebelum tiba di Moskow, Prigozhin dan pasukannya memutuskan mundur untuk menghindari pertumpahan darah di Rusia.

Lukashenko mengatakan dia turut membantu dalam penyelesaian konflik tersebut dengan berunding bersama pemimpin Wagner itu dan mendesak Prigozhin agar menerima kesepakatan tidak menghentikan konflik. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler