Presiden Beri Sinyal Percepatan Infrastruktur Bandara

Senin, 16 Mei 2016 – 01:41 WIB
Menpar Arief Yahya. Foto: Dokumen JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Infrastruktur benar-benar menjadi perhatian kuat Presiden Joko Widodo. Pada, 9 Mei lalu, Mantan Gubernur DKI Jakarta ini memperkuat sinyal untuk percepatan pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo, Jogjakarta. 

Bandara yang akan menggantikan peran Adisucipto yang sudah overload, dengan melayani 3,5 juta penumpang, dari kapasitas ideal 1,5 juta itu. 

BACA JUGA: Lagi, 74 TKI Dideportasi Pemerintah Malaysia

Hal itu terungkap dalam Rapat Terbatas (Ratas) dengan topik Rencana Pembangunan Bandar Udara (Bandara) di Jogja itu. “Peningkatan kapasitas di bandara baru ini akan memberikan dampak dan nilai tambah pada perekonomian daerah, khususnya DIY dan sekitarnya,”  ucap Presiden. 

“Saya mendengar pembangunan Bandara Kulon Progo ini sudah direncanakan cukup lama. Sudah banyak yang menunggu-nunggu. Tapi di lapangan kita tahu belum dimulai pengerjaannya,” kata Presiden. Untuk itu, Presiden ingin mendengar sudah sejauh mana proses pembangunan bandara ini dan kendala-kendala yang dihadapi.

BACA JUGA: Menpar: Saya Yakin PNS Banyak yang Shock

Lebih lanjut Presiden menekankan agar semua bergerak cepat untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur. Karena jika ditunda-tunda lagi, maka infrastruktur Indonesia akan semakin jauh tertinggal dari negara-negara lain. 

Mantan Walikota Solo ini juga berpesan agar pembangunan bandara tidak hanya untuk 5-10 tahun akan datang, tapi kalau bisa sampai 30-50 tahun ke depan.  “Dan terintegrsi dengan moda transportasi lainnya, baik bus maupun kereta api,” tegas Presiden. 

BACA JUGA: Ribuan Ton Ikan Mati, Maklumi Badan Otorita Danau Toba Molor

Menpar Arief Yahya dan Menhub Ignatius Jonan, sehari sebelumnya, Minggu 8 Mei juga meresmikan Bandara Matahora, Wakatobi, Sultra. Dengan panjangan 2.000 meter, lebar 30 meter, pembangunan bandara dengan biaya 80 Miliar itu sudah siap mengangkut wisatawan dari Jakarta dan Bali. 

Sama dengan di Jogja, alasan terkuat membangun infrastruktur bandara itu untuk memperkuat aksesibilitas, yang menjadi kelemahan daya saing destinasi nasional. Kalau di Jogja dalam rangkaian membangun destinasi Joglosemar, dengan ikon Borobudur, kalau di Wangi Wangi untuk membuat akses kawasan Sultra dengan ikon Wakatobi. 

"Maka kawasan Wakatobi, Kota Baubau, Kab Buton, Kab Buteng, dan lainnya bisa hidup dan berkembang sebagai salah satu dari 10 top destinasi wisata prioritas," ungkap Menpar Arief Yahya. 

Akses, bagi destinasi itu syarat mutlak dan hukumnya wajib. Tidak ada pilihan lain. Tidak ada teknologi yang pergi ke suatu tempat dengan cara menghilang, lalu muncul di temlat tujuan seperti Dora Emon. Juga tidak ada orang yang bisa lari cepat seperti Sonic, yang bisa menembus darat, laut, udara. "Hanya jembatan udara yang bisa membuat kita bisa bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain, karena itu untuk menuju ke 20 juta wisman di 2019, syarat infrastruktur ini harus dipenuhi dengan baik dan international standart," kata Arief Yahya. 

Dia mencontohkan, akses direct flight dari Tiongkok ke Thailand, Malaysia dan Singapore itu di atas 80 persen. Sedangkan ke Indonesia hanya 30 persen saja, sisanya harus transit ke Singapore, Malaysia dan Hongkong. Saat perusahaan airlines sudah siap menerbagi destinasi unggulan itu, bandaranya sudah overload, alias tidak ada slot lagi. "Betul Pak Presiden, tidak ada pilihan, kecuali membangun infrastruktur bandara lagi," kata Arief Yahya. 

Bandara Jogja nanti, akan menjadi pintu masuk untuk mengejar target 2 juta wisman ke Joglosemar. Saat ini wilayah yang merupakan pusat kebudayaan Jawa itu, baru mengantungi 250 ribu wisman. Kalah jauh dibandingkan Angkorwat yang lebih kecil dan lebih muda dibandingkan Borobudur. "Kita hanya seper sepuluhnya saja, dari Angkorwat yang sudah di angka 2,5 juta kunjungan," jelas dia. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suami Cinta Saat Istri Berseragam Pramugari, Tapi Minta Cerai Ketika...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler