Pria Tampan Pemenang Pilkada Itu Bilang 'Saya Kagum dengan Arumi'

Minggu, 13 Desember 2015 – 06:22 WIB
ANAK MUDA: Emil Elestianto Dardak dan sang istri, Arumi Bachsin. Foto: ARISKI PRASETYO/JAWA POS

jpnn.com - PASANGAN Emil Elestianto Dardak dan Mochamad Nur Arifin meraih suara terbanyak pilkada Trenggalek. Setidaknya berdasar hasil hitung cepat. Dua pria muda tampan itu selama ini tinggal di Jakarta. Apa yang akan mereka lakukan?

ARISKI PRASETYO, Trenggalek

BACA JUGA: Kisah Mualaf Pemain Terbaik di Liga Santri

RUMAH di Jalan Wahid Hasyim Nomor 3, Trenggalek, itu Jumat lalu (11/12) terlihat berbeda dengan rumah lainnya. Di halaman depan dipasang sebuah terop berwarna ungu. Kursi-kursi plastik diletakkan berjejer. Ada dua buah meja panjang yang bagian atasnya dipenuhi kue beraneka jenis dan air mineral.

Sekitar pukul 10.00 puluhan orang mulai berdatangan di rumah bercat putih tersebut. Mereka datang dari seluruh penjuru desa di Trenggalek. Ada bapak-bapak yang memakai baju batik, anak muda yang mengenakan kemeja kotak-kotak, dan ibu-ibu yang memakai baju kebaya. Ada juga yang mengenakan baju muslim yang dipadu dengan sarung. Mereka hanya ingin bertemu dengan pemilik rumah. Meski hanya lima menit.

BACA JUGA: Ada Nasi Goreng Keramat, Ada Nasi Goreng Setengah Bola

Ketika hari beranjak malam, gelombang kedatangan tamu pun terus mengalir. Orang hilir mudik, keluar masuk rumah. Semakin malam, justru semakin banyak yang datang. Dengan sabar sang pemilik rumah pun menemui mereka satu per satu. Bahkan, tak jarang dia melayani permintaan foto bersama.

Ya, sang pemilik rumah adalah Emil Elestianto Dardak. Pria 31 tahun itu terpilih sebagai bupati Trenggalek pada pilkada serentak 9 Desember lalu. Dia mengalahkan telak pesaingnya, Kholiq, yang sebelumnya menjabat wakil bupati. Berdasar hasil hitung cepat, Emil yang berpasangan dengan Mochamad Nur Arifin, 26, berhasil unggul hingga 76 persen. Keduanya adalah pasangan kepala daerah termuda di Indonesia.

BACA JUGA: Apakah Anda Puas dengan Pelayanan Kami? tanya Nunei

Ketika bertemu dengan Jawa Pos, Emil mengatakan awalnya tidak bernah bermimpi  menjadi kepala daerah. Sebab, suami artis cantik Arumi Bachsin itu sehari-hari sudah disibukkan dengan dunia sendiri. Yakni bekerja di BUMN PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).

Di tempat itu dia menjabat executive vice president. ”Saya lama bekerja di bidang infrastruktur,” ucap pria yang saat itu mengenakan kemeja abu-abu tersebut.

Namun, jalan menjadi bupati pun terbuka. Tepatnya pada momen Lebaran 2014, ketika pulang ke kampung halamannya. Ya, Emil memang putra mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Achmad Hermanto Dardak yang asli Trenggalek.

Saat itu Emil menerima banyak tamu di rumahnya. Mereka adalah tokoh masyarakat serta anak-anak muda. Semuanya saat itu kompak meminta Emil Dardak maju sebagai calon bupati Trenggalek.

Awalnya Emil tidak begitu menghiraukan permintaan warga tersebut. Sebab, menjadi kepala daerah, menurut dia, bukan pekerjaan mudah. Seluruh waktu harus selalu diabdikan untuk warga. Selain itu, Emil menganggap Wakil Bupati Kholiq cukup mumpuni untuk meneruskan tongkat kepemimpinan Mulyadi, bupati sebelumnya.

Namun, tokoh masyarakat di Trenggalek tak patah arang. Mereka terus mencoba meluluhkan hati pria kelahiran 20 Mei 1984 tersebut dengan berbagai cara. Ada yang sering bersilaturahmi ke rumahnya jika dia pulang. Namun, ada juga yang rutin mengabarkan perkembangan Trenggalek. ”Dorongan semakin kuat,” ucapnya.

Kabar dari masyarakat itu membuat Emil resah. Akhirnya dia memutuskan untuk turun langsung melihat Trenggalek. Saat itu dia melihat langsung banyak kekurangan di kota yang berbatasan dengan Tulungagung tersebut. Misalnya, tidak ada peluang bagi generasi muda untuk berkarya di Trenggalek. Selain itu, branding Trenggalek belum jelas. Apakah kota maritim, agraris, atau wisata.

Kondisi lapangan tersebut membuat sedih hati Emil. Ternyata, yang disampaikan masyarakat tidak salah. Dengan keyakinan penuh, akhirnya dia memutuskan untuk maju sebagai calon bupati Trenggalek. ”Saya berniat memajukan tanah kelahiran saya,” tegasnya.

Emil akhirnya bertemu dengan Mochamad Nur Arifin. Pertemuan dua orang muda itu tidak terduga. Tepatnya ketika komunitas yang dipimpin Arifin, I Love Trenggalek, menggelar Prigi Fest pada Februari 2015. Emil saat itu didapuk sebagai salah seorang pemateri.

”Ketika itu saya melihat Mas Emil sangat berpotensi menjadi bupati Trenggalek,” ungkap Arifin ketika ditemui di rumahnya di Dusun Blengok, Desa Wonocoyo, Kecamatan Pogalan, Trenggalek.  

Setelah pertemuan itu, komunikasi mereka semakin intens. Setiap pulang ke Trenggalek, Emil selalu menyempatkan diri bertemu dengan Arifin. Bukan hanya itu, mereka pun kerap menggelar kegiatan bersama. Setelah dukungan terus mengalir, keduanya memutuskan untuk maju sebagai calon kepala daerah Kabupaten Trenggalek. ”Jadinya, kami putuskan untuk maju,” ucap pria 26 tahun itu.

Sadar pengalaman politik masih kurang, keduanya melakukan persiapan jauh-jauh hari untuk berlaga di pilkada serentak. Pasangan tersebut mendapatkan bimbingan dari partai pengusung, yakni sekolah calon kepala daerah yang diadakan DPP PDIP. Dalam forum itu, mereka dididik tentang cara berkomunikasi politik yang baik serta soal pengetahuan birokrasi.

Arifin menjelaskan, dari sekolah calon kepala daerah tersebut, mereka menyerap banyak ilmu. Kini, meski masih awam menjabat kepala daerah, Arifin dan Emil sudah paham berpolitik.

”Dengan dukungan tujuh partai dan bimbingan sekolah calon kepala daerah, kami yakin stabilitas politik tetap terjaga,” ujarnya.

Kekurangan yang lain adalah pengetahuan dalam bidang birokrasi. Keduanya tidak pernah sekali pun menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Trenggalek. Namun, Emil menyatakan, pengalaman dirinya memimpin PT PII sudah lebih dari cukup. Pasalnya, bidang kerja yang dia geluti adalah meneliti penganggaran pembangunan. ”Kami paham bagaimana memimpin birokrasi,” ucapnya tegas.

Keunggulan telak pasangan itu jelas sangat mengagetkan. Sebab, lawan yang mereka hadapi bukan orang kemarin sore. Kholiq merupakan wakil bupati petahana Trenggalek. Banyak yang beranggapan bahwa kemenangan tersebut tidak lepas dari peran istri Emil dan Arifin, yakni Arumi Bachsin dan Novita Hardini.

Emil mengakui itu. Dia sedikit terbantu oleh sosok istrinya yang merupakan pesohor ibu kota. Menurut Emil, Arumi turun sampai ke pelosok desa. Meski berlatar belakang artis, dia tidak merasa jijik dan risi bergaul dengan semua orang. ”Saya kagum dengan Arumi,” ujarnya.

Namun, tambah Emil, faktor terkenal saja tidak cukup untuk membantu. Saat ini orang memilih calon kepala daerah bukan lantaran top namanya, melainkan karena kemampuan. Sebab, warga kini sudah pandai menentukan calon pemimpinnya. ”Terkenal itu hanya bonus,” tuturnya.

Sebagai pemimpin yang terpilih, tentu keduanya punya impian yang harus diwujudkan. Emil menjelaskan, salah satu kekurangan Trenggalek adalah belum punya brand. Emil pun menginginkan Trenggalek menjadi kota wisata dan budaya. Seperti Banyuwangi.

Sebab, dia melihat potensi di sisi selatan saat ini belum dimaksimalkan. ”Kami punya Pantai Prigi, namun belum dioptimalkan,” ungkapnya.

Keindahan pantai itu nanti dikemas dengan budaya. Misalnya, event Prigi Fest digabung dengan tari tradisional Trenggalek: jaranan. Selain itu, dia mengajak anak-anak muda Trenggalek mengembangkan daerahnya. Dalam waktu dekat, Emil berencana menggelar lomba foto. Lomba tersebut bertema This is Trenggalek. ”Anak muda akan mengapresiasi Trenggalek menurut pandangannya,” ucap dia.

Tak kalah dengan Emil, Arifin pun punya mimpi membesarkan Trenggalek. Dia mengamati Trenggalek sebagai kota yang dikelilingi bukit. ”Ini bisa menjadi brand Trenggalek: Kota Seribu Bukit,” ujarnya.

Arifin berharap ke depan Trenggalek menjadi kota budaya dan wisata. Misalnya sekelas Jogjakarta. ”Kami akan menarik orang untuk ke Trenggalek,” katanya.

Arumi yang ditemui di kediaman membenarkan bahwa dirinya ikut membantu suaminya berkampanye. Namun, lantaran kondisi tubuhnya yang saat itu sedang hamil muda, dia tidak bisa total membantu Emil. ”Hanya sampai kandungan saya mencapai delapan bulan,” ujarnya.

Arumi pun turun ke pasar-pasar untuk menyapa masyarakat. Ketika malam dia berburu acara pengajian yang diadakan ibu-ibu. ”Kalau ada acara, selama diperbolehkan datang, masuk saja,” kata dia.

Ibu Lakeisha Dardak itu mengakui awalnya canggung turun ke lapangan. Salah satu yang menjadi penghambat adalah faktor bahasa. Namun, lama-lama kecanggungan tersebut sirna. Sebab, setiap kali datang ke acara, dia selalu mengakui tidak bisa berbahasa Jawa. ”Ya, saya sampaikan saja mohon maaf tidak bisa bahasa Jawa.”

Sebentar lagi Arumi menjadi ibu bupati. Lalu, bagaimana kehidupannya sebagai artis? Arumi mengungkapkan, sebagai istri yang baik, dirinya akan selalu mendampingi suami bertugas. Namun, dia akan tetap menjalin hubungan baik dengan teman-teman yang di Jakarta. Ke depan dia ingin membimbing generasi muda di bidang seni.

Senada dengan Arumi, Novita pun setia di belakang sang suami ketika berkampanye. Perempuan asli Surabaya itu mengatakan, figur istri yang cantik tidak selalu berdampak pada kemenangan pasangannya menjadi kepala daerah. Menurut dia, yang paling penting adalah bagaimana cara berkomunikiasi dengan masyarakat. ”Kemampuan suami juga dilihat,” katanya.

Perempuan cantik berusia 25 tahun itu menjelaskan, saat kampanye, dirinya bersama Arumi turun ke pasar-pasar. Mereka juga aktif dalam pengajian. Dia mengatakan ke depannya akan membimbing generasi muda Trenggalek untuk memajukan industri kreatif. ”Anak-anak muda butuh saluran untuk berkreasi,” tuturnya. (*/c9/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Pak JK Rindu Nasi Ulam di Atas Pesawat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler