Pria Usia 70 Tahun Bunuh Painah, Urusan Asmara?

Senin, 29 Januari 2018 – 00:40 WIB
Police Line. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Pria warga Desa Bumirejo, Dampit, Kabupaten Malang, Jatim, inisial S, 70, tega membunuh tetangganya, Painah, 65.

Jasad Painah sendiri ditemukan warga pada Sabtu (27/1) pukul 17.00 di bawah tower yang dekat dengan Pasar Dampit.

BACA JUGA: Ramalan Bintang: Asmara, Ada Gangguan Pihak Ketiga

Sementara S sendiri telah ditangkap di rumahnya kemarin (28/1) dan diamankan di Polsek Dampit.

Dugaan asmara itu diutarakan salah satu anggota polisi yang ikut menginterogasi tersangka. Dalam pengakuannya, S mengakui memang memiliki hubungan khusus dengan korban.

BACA JUGA: Pembunuhan Anak Tiri: Mas, Dia Kok Susah Matinya?

Hanya, belum ada alasan detail faktor apa sehingga S tega membunuh korban yang sama-sama sudah tua tersebut.

”Saat ini kami masih melakukan penyidikan terhadap S,” terang salah satu anggota polisi yang enggan disebutkan namanya ini.

BACA JUGA: Beginilah Epi Bunuh Mertua dengan Modus Kopi Beracun

Dari keterangan S kepada polisi, selama ini keduanya menjalin hubungan asmara. Puncaknya, Jumat malam (26/1), warga yang tinggal di dekat Pasar Dampit, tepatnya di Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, ini janjian untuk bertemu dengan Painah.

Namun, karena ada satu masalah sehingga S menghabisi nyawa korban secara sadis. Bagian kepala korban, terutama di pelipis wajah, dipenuhi dengan luka lebam bekas hantaman benda tumpul.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Malang AKP Adrian Wimbarda belum bersedia menjelaskan detail terkait kronologi pembunuhan tersebut.

”Ini saya masih terus berkoordinasi dengan anggota, jadi ditunggu saja hasilnya seperti apa,” terang Adrian kepada Jawa Pos Radar Kanjuruhan kemarin.

Meski demikian, Adrian membenarkan jika saat ini polisi sudah mengamankan seseorang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan.

Kasus kematian Painah ini memang sempat menghebohkan warga Dampit, Kabupaten Malang. Saat itu, Mukthar, 50, warga Kelurahan/Kecamatan Dampit, ini hendak buang air kecil.

Sesampainya di lokasi dekat tower yang berada di samping Pasar Dampit, pedagang di pasar tersebut menemukan mayat di lokasi itu.

”Berangkat dari informasi tersebut, jajaran polisi Mapolsek Dampit mendatangi lokasi kejadian,” terang Kanitreskrim Polsek Dampit Iptu Soleh Masudi saat ditemui di RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar) Sabtu malam (27/1).

Soleh menuturkan, dari hasil olah TKP (tempat kejadian perkara), polisi menyimpulkan dugaan sementara korban meninggal dunia karena kasus penganiayaan yang berujung kematian. Hal ini diperkuat dengan kondisi korban yang mengalami luka di bagian kepala.

Beberapa barang bukti juga ditemukan polisi, di sebelah kaki jenazah, yang saat itu dalam keadaan telentang dan pakaian yang terbuka hingga bagian dada.

”Barang bukti berupa batu sebesar kepalan tangan orang dewasa, topi, sandal, pakaian, serta alas dari karung sudah kami amankan sebagai bahan penyidikan,” terang Soleh.

Sabtu (27/1) sekitar pukul 22.00, jasad Painah sampai di RSSA guna keperluan otopsi. Soleh membantah jika motif pembunuhan karena perampokan. Sebab, selama ini korban dikenal sebagai orang yang kurang mampu.

Menurut dia, dugaan kuat pembunuhan ini adalah karena asmara. Diperkuat dari posisi mayat saat ditemukan serta alas dari karung yang ada di bawah korban.

”Itu masih dugaan awal. Untuk memastikannya, kami perlu data tambahan dari hasil otopsi,” papar Soleh.

Sementara itu, dari keterangan salah satu tim medis RSSA menyatakan, dari hasil otopsi menunjukkan adanya pendarahan di bagian otak. Hal ini dikarenakan luka dari benda tumpul yang dialami Painah di bagian wajah.

Di bagian luka lebam juga ada bekas darah yang mulai mengering. ”Dari hasil otopsi, korban diperkirakan meninggal sekitar 12 jam sebelum ditemukan,” kata salah satu tim medis yang enggan disebutkan namanya ini.

Dugaan hasil otopsi ini diperkuat dengan keterangan Kepala Desa Bumirejo Sugeng Wicaksono. Menurut dia, dari keterangan beberapa warga, Painah sempat pamitan kepada suaminya yang bernama Sidiq untuk pergi membeli tiwul ke Pasar Dampit Jumat (26/1) sekitar pukul 16.30.

”Dari penuturan keluarganya memang seperti itu (pamit ke Pasar Dampit),” kata Sugeng saat ditemui kemarin.

Sugeng menuturkan, setelah keluar rumah, Painah terlihat berjalan kaki di salah satu rumah warga untuk menawarkan kelapa. Saat itu korban berencana menjual kelapa seharga Rp 5 ribu.

Tapi, karena harganya kemahalan, kelapa yang ditawarkan korban tidak terjual. Setelah itu Painah juga sempat pergi ke rumah saudaranya untuk meminjam uang.

Namun, saudaranya itu enggan memberi uang. ”Selama ini Painah dikenal baik di lingkungan dan tidak memiliki musuh,” terang dia saat ditemui di RSSA dini hari kemarin.

Selama ini, imbuh Sugeng, Painah hanya tinggal di rumah bersama suaminya. Sedangkan dua anak kandung serta seorang anak angkatnya pergi merantau ke Kalimantan.

”Saat Painah tak kunjung pulang, sebenarnya suaminya sempat menanyakan keberadaannya. Namun, karena kondisi penglihatan, pendengaran, serta kesehatannya yang terganggu membuatnya tidak bisa mencari keberadaan istrinya. Selain itu, lokasi rumah korban memang terpencil dan jauh dari pemukiman warga, jadi tidak bisa meminta bantuan kepada tetangga,” sambung dia.

Selama ini, Painah mencukupi kebutuhan keluarga dengan berjualan pakaian dan barang bekas di Pasar Dampit. Setiap pagi korban berjualan di pasar.

”Kalau korban dirampok, saya rasa tidak mungkin, kan dia sempat utang ke saudaranya. Sepengetahuan warga, korban sempat berjalan menuju pasar, tapi di tengah jalan dia dijemput seseorang pria dan dibonceng menuju arah pasar. Setelah hilang tanpa kabar, akhirnya korban ditemukan keesokanharinya dalam kondisi tak bernyawa,” tandas dia. (pit/c2/abm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Isti Dibunuh di Taksi, Ya Ampuuun, Pelakunya Ternyata...


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
pembunuhan   Asmara  

Terpopuler