jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyambut baik kunjungan anggota parlemen Malaysia.
Apalagi, kunjungan itu dilakukan dalam rangka memperkuat hubungan parlemen Indonesia dengan Malaysia.
BACA JUGA: Gatot Cs Temui HNW di Kompleks Parlemen, Bahas Pilpres dan UAS
Terlebih, kedua negara memegang peranan strategis untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi kawasan Asia Tenggara.
HNW, sapaan akrab Hidayat Nur Wahid, menegaskan bahwa demokrasi merupakan jalan terbaik untuk mengatasi masalah.
BACA JUGA: HNW Ungkap Peran Ulama dan Habaib dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia
“Saya menyambut baik kunjungan beliau dan mendukung upaya membangun diplomasi parlemen untuk menguatkan kedekatan di antara dua negara dan bangsa, bahkan bagi kawasan Asia Tenggara,” kata Hidayat Nur Wahid di ruang kerja wakil ketua MPR RI pada Rabu (8/6).
Hal itu dikatakannya seusai menerima kunjungan kehormatan Speaker Dewan Undangan Negeri Trengganu Dato’ Haji Yahaya bin Ali beserta delegasi.
BACA JUGA: Kedubes Inggris Kibarkan Bendera LGBT di Jakarta, Ustaz HNW Merespons Begini, Keras!
Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini menjelaskan, pengalaman berdemokrasi di kedua negara dan kedua partai Islam (PAS dan PKS) sangat penting untuk menguatkan pembuktian bahwa Islam dan demokrasi bukanlah dua hal yang bertentangan.
Apalagi, dalam konteks sebagai bangsa Melayu, demokrasi sejak awal sudah menjadi jati diri dengan suka bermusyawarah dan bergotong royong dalam menyelesaikan beragam permasalahan.
“Sehingga praktik demokrasi dari partai Islam, baik PKS di Indonesia maupun PAS di Malaysia diharapkan menjadi bagian dari koreksi salah paham atas hubungan antara Islam dan Demokrasi," ungkap Hidayat.
HNW yang juga anggota DPR RI dapil Jakarta II tidak luput menyampaikan aspirasi para pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
Selama ini, PMI mengeluhkan sulitnya mendapatkan izin penyelenggaraan lembaga pendidikan bagi anak-anak mereka, khususnya di wilayah Semenanjung Malaysia.
Adanya permasalahan terkait pekerja migran yang memerlukan bantuan dan kepedulian dari pihak Malaysia.
“Pentingnya parlemen menjadi bagian solusi atas masalah yang muncul di antara kedua bangsa. Misalnya, masalah yang dialami PMI di Malaysia. Saya mengawal agar PMI bisa mendapatkan hak-haknya dengan baik, termasuk hak pendidikan bagi anak-anak,” lanjut Hidayat.
Speaker Dewan Undangan Negeri Trengganu Dato’ Haji Yahaya bin Ali mengapresiasi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Dia juga menyampaikan beberapa pertanyaan dan berdialog tentang praktik-praktik demokrasi di antara kedua negara.
Dato’ Haji Yahaya juga mendukung gagasan HNW melalui MPR dalam menginisiatori pembentukan Majelis Syura Dunia.
“Kami berdiskusi soal sistem dan praktik berdemokrasi, berkoalisi, serta soal batas usia minimal memilih. Di Indonesia batasannya adalah 17 tahun dan di Malaysia 18 tahun. Lalu, keterlibatan perempuan dan generasi milenial,” ujarnya.
Dato’ Yahaya juga menyampaikan keprihatinan dengan adanya masalah PMI.
Dia berjanji membantu penyelesaian masalah tersebut dan bersedia bertemu dengan perwakilan PKS atau PMI di Malaysia. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi