jpnn.com - HALMAHERA – Konon, kera hitam ini bukanlah hewan asli Halmahera Selatan (Halsel). Hewan ini diketahui dibawa dari Sulawesi Utara pada tahun 1867 sebagai hadiah untuk Kesultanan Bacan.
Sejak saat itu, populasi primata ini terus bertambah dan menyebar ke seluruh Pulau Bacan. Kera hitam (Macaca nigra) menjadi salah satu ikon Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel).
BACA JUGA: Loh, Sejak Nikah tak Pernah Dijamah
Sebelum Halsel dimekarkan pada 2003, Labuha masih dikelilingi hutan lebat. Di tengahnya, berdiri gagah perkebunan karet. Hutan dan perkebunan tersebut menjadi rumah bagi yakis Bacan. Populasi mamalia ini di sekitar Labuha amat melimpah.
Pemekaran lalu mencetuskan maraknya pembangunan dalam waktu singkat. Sedikit demi sedikit, hutan di sekitar kebun karet dibabati. Lokasi yang ditebang kemudian dibangun pemukiman warga dan sejumlah bangunan pemerintah. Kantor Bupati Halsel, Kantor DPRD, Komando Distrik Militer 1509 Labuha dan SMA Negeri 2 Bacan ada di wilayah tersebut. Seperti rumahnya, satu per satu populasi yakis Bacan juga turut menyusut. Bahkan kini mendekati kepunahan.
BACA JUGA: Polresta Limpahkan Berkas Bidan Dewi
Lantaran kian menyempitnya lokasi untuk mencari makan, yakis Bacan yang hidup di eks perkebunan karet terbiasa berharap makanan dari warga. Mereka biasa muncul beramai-ramai dari balik rimbunnya pohon karet pada pagi dan sore hari.
“Kemunculan mereka hanya untuk menunggu makanan dari warga. Maka kami selalu menyediakan pisang tiap pagi dan sore,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Halsel, Muhammad Hartono Albar seperti dilansir Malut Post (Grup JPNN).
BACA JUGA: Buntut Pilkada, Perwira Polisi Ancam Laporkan Pemda ke KPK
Memberi makan yakis Bacan merupakan upaya kecil Dinas Pariwisata untuk menjaga kelestarian hewan ini. Pasalnya, Dinas Kehutanan dinilai gagal mengelola hutan dan ekosistem lainnya yang berkaitan.
”Pada dasarnya tidak ada anggaran khusus untuk pelestarian ikon Halsel yang satu ini. Karena itu kami inisiatif sendiri. Saya sebut ini (memberi makan yakis Bacan, red) keterpanggilan sosial,” kata Hartono seraya tertawa.
Hartono juga bertekad menjadikan eks perkebunan karet itu sebagai destinasi wisata. Tentunya dengan yakis Bacan sebagai primadona yang ditawarkan. Langkah strategis berikutnya, warga dilarang melakukan penyerobotan lahan di areal perkebunan tersebut.
”Menjadikan eks perkebunan karet ini sebagai hutan kota adalah salah satu fokus kami dalam rangka melestarikan keberlangsungan hidup yakis Bacan di pusat kota. Dan saya mengajak warga Halsel untuk sama-sama mendukung berjalannya cita-cita ini,” tandasnya.(JPG/cr-07/kai/fri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga...Jual Ganja Dapat Layanan Seks
Redaktur : Tim Redaksi