Produksi Kacang Terenak di Dunia Asal Solsel Turun Drastis

Rabu, 08 November 2017 – 09:22 WIB
Kacang Makadamia. Foto: padangekspres/jpg

jpnn.com, SOLOK SELATAN - Produksi kacang terenak di dunia, makadamia asal Solok Selatan, Sumatera Barat mengalami penurunan drastis tahun ini.

Produksi rata-rata tahun sebelumnya yang mencapai 11 ton per bulan, merosot jadi hanya 3 ton.

BACA JUGA: Wajib Pakai Baju Adat di Festival Seribu Rumah Gadang

Turunnya hasil produksi kacang terlezat di dunia itu, disebabkan banyaknya bunga pohon makadamia yang mengalami musim gugur. Hal itu sudah terjadi sejak Februari 2017 hingga sekarang.

"Saat ini terjadi penurunan produksi kacang terlezat di dunia, sebabkan bunga kacang mengalami musim gugur. Saat ini kita hanya memproduksi 3 ton perbulan, tahun sebelumnya mencapai 11 ton perbulan," ungkap General Manager PT Mitra Kerinci sebagai pengembang kacang makadamia, Sialagan kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Selasa (7/11).

BACA JUGA: Festival Seribu Rumah Gadang Tour de Singkarak 2017

Pengembangan kacang termahal di dunia tersebut sudah mencapai 956 batang di lokasi perkebunanan teh Solok Selatan itu. Di jual perkilonya Rp600 ribu, namun di super market mencapai Rp1,5 juta perkilo.

"Makadamia ini lebih banyak dimamfaatkan untuk makanan coklat, pengawet makanan, dan juga bisa untuk kosmetik. Serta menurunkan kolesterol dan lainnya. Kasiat dan kegunaan kacang tersebut, sehingga membuat harganya mahal," bebernya.

BACA JUGA: Polisi Sita 25 Kubik Kayu tak Bertuan di Solok Selatan

Pengambilan bibit tidak sekedar dilakukan dengan cara pembiakan stage, yang lebih memiliki akar serabut dan kelemahannya mudah roboh. Namun lebih cepat berbuah, rata-rata usia 5-6 tahun.

Kalau melalui proses pembibitan biji, masa berbuah usia 7 tahun ke atas. Batang lebih kokoh dan untuk produksi hampir sama. "Bila cuaca bagus, maka masa pembuahan lebih cepat dan tingkat produksi pun akan meningkat," paparnya.

Proses buah makadamia berwarna hijau untuk diproduksi jadi kacang, kulit hijau macadamia dipercah dulu. Maka akan terlihat kulit berwarna coklat gelap, dan produksi tersebut sudah aktivitastersebut sudah dilakukannya puluhan tahun.

"Kita memproduksi kacang terlezat ini, sudah memasuki tahun ke 10," katanya.

Rata-rata 1 batang pohon makadamia, memproduksi 20-25 kg. Satu orang pekerja, hanya mampu memanen buah 50-60 batang perharinya. Jika memanennya 3-4 kali dalam sebulan, perbatang nya mencapai 100 kg.

"Kulit basah kisaran 50 kg, bila di klatak untuk pengambilan isi makadamia seberat 7,5 kg. Jika dikalkulasikan, sebatang makadamia, berpenghasilan Rp1,5 juta setiap panen," pungkasnya.

Terpisah, Mandor PT Mitra Kerinci Unit Kerja Komuniti Non The (UKKNT), Lukas Barus, mengatakan, sebanyak 740 batang sudah memproduksi buah selama 10 tahun terakhir. Kemudian ditanam lagi sebanyak 2000 batang bibit 2013, sedangkan di tahun 2016 ini sebanyak 150 batang.

"Cara kami sebelumnya mengambil buah kacang makadamia, dipecah menggunakan batu. Baru kelihatan kulit dalamnya berwarna coklat, sekarang sudah ada alat yang dirangcang kusus untuk memecah buah makadamia. Sehingga dengan mudah mengambil isi kacang berwarna putih cream itu," sebutnya.

Pohon kacang ini, cocok dengan kontur tanah memiliki ketinggian 5,5 diatas permukaan laut sampai 700 Mpl. Kini usia makadamia disini sudah capai 15 tahun. Namun di lokasi dengan ketinggian 900 Mpl, maka sekedar terlihat rimbun. Tapi buah sedikit, bahkan ada yang tidak berbuah.

"Rata-rata dengan ketinggian 4-6 meter sudah berbuah atau di usia 6 tahun," jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kesehatan Hewan Solok Selatan, Tri Handoyo Gunardi menjelaskan, pengembangan makadamia sudah mencapai 6.000 batang, penyebaran bibit ke masyarakat dilakukan di tahun 2014 lalu.

"Satu batang bibit dibeli seharga Rp50 ribu, dan dibagikan ke warga 10-150 batang," katanya. (tno)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Festival Seribu Rumah Gadang akan Ikut Meriahkan TdS 2017


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler