Profesor Een Sebut Program Kemendikbudristek Belum Menyentuh Pelaku Seni di Daerah

Kamis, 16 September 2021 – 21:56 WIB
Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Prof Dr Een Herdiani. Foto dokumentasi Prof Een

jpnn.com, JAKARTA - Para pelaku seni dan budaya menjerit karena tidak bisa melakukan ekspresi dan kegiatan di masa pandemi. Sementara program Kemendikbudristek dinilai belum bisa menyentuh seluruh seniman dan budayawan.

Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Prof Dr Een Herdiani menyebut beberapa program yang dilakukan Kemendiibudristek belum mengena bagi pelaku seni dan budaya. Terlebih kegiatan nasional seperti Pekan Kebudayaan Nasional (PKN).

BACA JUGA: 10 Proposal Film Pendek Siap Diproduksi Kemendikbudristek

"Sebetulnya PKN itu belum merupakan solusi bagi kesulitan seniman yang terdampak pandemi tetapi masih merupakan kegiatan rutin," kata pengamat seni dan budaya ini kepada media di Jakarta, Kamis (16/9).

Dia menilai kegiatan PKN sudah berlangsung sebelum.masa pandemi dan masih sebatas pada pemberian ruang apresiasi agar seniman terus berkarya.

BACA JUGA: Begini Kalimat Ferdinand untuk Novel Baswedan Cs yang Dipecat dari KPK

Sementara program yang diperuntukan bagi seniman yang terdampak pandemi seperti fasilitas Budaya Saya, di mana beberapa karya seniman diambil videonya untuk ditayangkan di platform YouTube secara simultan. Kemudian bantuan bagi seniman antara Rp 10 juta sampai Rp 20 juta per kelompoknya.

"Program itu hanya menyentuh sebagian kecil dari jumlah seniman secara keseluruhan yang ada di Indonesia,' ujar dia.

BACA JUGA: Kiai Maman: Yang Dikatakan Letjen Dudung Adalah Warning

Program lainnya yaitu melalui sistem pendataan (digital) seniman diberi bantuan juga secara perseorangan, dengan besaran berkisar tiga jutaan per orang.

Namun, dalam proses pendataan tersebut memiliki kendala tersendiri, di mana seniman di daerah-daerah kurang akrab dengan pendataan mandiri melalui formulir digital. Pada akhirnya itu yang menimbulkan masalah tersendiri.

Ditambah lagi, dinas yang bertanggung jawab dalam hal kebudayaan sangat kekurangan data tentang seniman yang ada di wilayah kerjanya. "Sehingga kendala pendataan mandiri digital tersebut belum berjalan efektif," ucapnya.

Untuk PKN tambah Prof Een tentu  berpengaruh pada kegairahan seniman dalam berkarya tetapi masih dalam skala kecil bisa saja ada pengaruhnya. Namun, lagi-lagi  mekanisme penunjukan seniman yang tampil dalam PKN sistem kurasinya kurang begitu transparan.

"Akibatnya gaungnya masih belum dirasakan seniman-seniman terutama yang ada di daerah," ucapnya.

Menurut Prof Een program yang cukup menarik itu salah satunya adalah Gerakan Seniman Mengajar di Sekolah (GSMS) dan Belajar Bersama Maestro (BBM) di mana program ini cukup signifikan pengaruhnya. Di samping memotivasi seniman dalam kegiatan pewarisan bagi generasi penerus. (esy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler