KEBERADAAN bus Transjakarta sebagai angkutan massal ibu kota dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakatMasih diperlukan banyak perbaikan.Di antaranya, Transjakarta masih beroperasi di bawah kemampuan sesungguhnya seperti pengisian bahan bakar gas (BBG) yang belum memadai
BACA JUGA: DKI Sarat Masalah, Gubernurnya Harus Luwes
"Sehingga diperlukan penambahan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) secepatnya," kata Tony Ibanez, profesor di bidang perencanaan perkotaan dan kebijakan publik dari Univesitas Harvard, saat diskusi transportasi perkotaan dengan Tema Perbaikan Sistem Angkutan Umum di Jabodetabek melalui Reformasi Kelembagaan dan Kebijakan di Kantor Pelestarian Stasiun Gambir, Jakarta, Kamis (23/6).
Kendati begitu, Tony tak memungkiri upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengembangkan transportasi publik berbasis bus rapid transit (BRT) melalui Transjakarta, sudah tepat
BACA JUGA: Pusat Perbelanjaan Ikut Rayakan HUT Jakarta
Karena dalam waktu yang sangat singkat mampu membangun jaringan BRT yang cukup luas,” ujar Tony.Dia menilai, keberadaan bus Transjakarta sudah cukup mampu mengurangi perpindahan penumpang angkutan umum ke angkutan pribadi
"Sebab angkutan bus mampu mengangkut 80-90 persen penumpang
BACA JUGA: 62 RW di Tambora Berstatus Rawan Kebakaran
Sehingga harus banyak dibangun rute dan jalur khusus bus Transjakarta untuk melayani kebutuhan warga Jakarta,” ujarnya.Selain itu, untuk penyediaan angkutan umum yang aman, nyaman dan murah, Tony lebih memilih pemerintah pusat dan daerah menata transportasi publik berbentuk bus, daripada hanya membangun mass rapid transit (MRT) sajaPada kenyataanya, MRT hanya mampu mengangkut hingga 300 ribu penumpang per hari atau hanya 1 persen dari 3,7 juta perjalanan per hari di Jakarta
Sedangkan bus, mampu mengangkat lebih dari 80 atau 90 persen dari jumlah perjalanan tersebutUntuk itu diusulkan agar pemerintah tidak hanya fokus pada pembangunan MRT, namun mulai melakukan restrukturisasi trayek-trayek angkutan umum bus sehingga mampu memberikan layanan lebih prima kepada masyarakat.
"Organda harus meningkatkan profesionalitas dalam perencanaan transportasi anggotanyaLalu pemerintah harus mulai menyerahkan operasionalisasi angkutan umum baik bus maupun MRT kepada operator swasta,” tuturnya.
Menurutnya, operator swasta harus menjadi tulang punggung bagi pengelolaan dan operasionalisasi jaringan BRT, bus umum dan MRT ke depannyaMelihat pengalaman negara berkembang dan maju, operator bus yang dimiliki pemerintah cenderung hasilnya kurang memuaskan.
Selain itu, dia juga memuji pelaksanaan tender dari operasionalisasi bus Transjakarta yang sudah baik, yang membiarkan operator swasta turut serta dalam mengoperasikan jaringan BRT“Itu sudah baikMenjadi contoh yang baik bagi pihak yang ingin menerapkan sistem pelibatan operator swasta dalam menangani angkutan umu bus,” tandasnya.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Danang Parikesit mengatakan MRT dan BRT harus ada di Jakarta, keduanya harus saling melengkapiMRT dibangun untuk membantuk tata ruang kota, karena itu perkembangan kota harus menyesuaikan dengan keberadaan MRT.
“MRT, mampu mengubah wajah kota JakartaIni merupakan strategi jangka panjang untuk transportasiKami harapkan penataan transportasi dan tata ruang bisa dilakukan secara terpadu dan terintegrasi,” kata Danang.
Sedangkan Ketua Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, Muhammad Akbar, mengatakan pihaknya akan terus mengembangkan pelayanan dan kinerja Bus TransjakartaSaat ini, sudah ada 10 koridor yang beroperasi melayani warga JakartaBahkan sudah ada empat koridor yang melayani hingga pukul 23.00, direncanakan enam koridor berikutnya dalam waktu yang tidak lama juga akan beroperasi hingga pukul 23.00.
“Saya tegaskan, Busway tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan warga Jakarta atas transportasi publikBusway harus diintegrasikan dengan MRT agar dapat memberikan layanan transportasi publik yang optimal di ibukota,” tandasnya(wok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Senin dan Jumat, Terapkan Ganjil-Genap
Redaktur : Tim Redaksi