Profesor Irwanto Luncurkan Buku Tumbuh Bagai Ilalang

Kamis, 29 November 2018 – 20:11 WIB
Profesor Irwanto merilis bukunya yang berjudul Tumbuh Bagai Ilalang yang mengangkat permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi pada kelompok lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT). Foto: Atma Jaya

jpnn.com, JAKARTA - Universitas Atma Jaya meluncurkan buku berjudul Tumbuh Bagai Ilalang yang merupakan pengembangan dari skripsi Kevin Suhardjo.

Kevin yang dibimbing Profesor Irwanto mengupas dinamika perubahan pekerja seks waria dan gay di Jakarta dalam buku itu.

BACA JUGA: Raih Emas Ke-4 SNI Award 2018, Atma Jaya Bidik Platinum

Metode penulisan buku itu menggukan wawancara terbuka life history terhadap sepuluh waria dan lima gay di Jakarta.

Berdasarkan hasil wawancara itu ditemukan fakta berbagai peristiwa diskriminatif dan stigmatisasi pada kedua kelompok subjek dari berbagai pihak.

BACA JUGA: Rektor Atma Jaya Ungkap Tantangan Besar Sarjana

Hal itu memengaruhi struktur kognitif dan perspektif subjek terhadap dirinya sendiri.

“Kompleksitas masalah kaum transgender lebih besar karena adanya konflik internal terkait tubuh dan seksualitasnya. Sedangkan kaum gay lebih mengarah pada hal tanggung jawab dan perspektif gender karena tidak mengalami konflik batin dalam tubuhnya,” tutur Irwanto, Kamis (29/11).

BACA JUGA: Membedah Keunggulan Savira dan AtmaZeds Karya Atma Jaya

Menurut dia, hal tersebut terjadi karena gaya hidup dan ekspresi yang dianggap tidak memenuhi norma-norma perilaku yang diterima secara sosial dan religius menjadi tantangan kelompok subjek, termasuk pencitraan buruk yang mengundang kebencian masyarakat.

“Yang diperlukan oleh semua orang, apakah Anda putih, hitam, keriting, mancung, pesek, dan sebagainya adalah kesempatan yang sama. Kesempatan untuk menjadi manusia yang sama. Oleh karena itu, mereka menjadi bagian yang harus memberikan kesempatan itu tanpa memikirkan yang lain,” tambah Irwanto.

Menurut Kevin, gaya hidup berisiko dan tersembunyi akibat stigmatisasi dan diskriminasi menjadi hal merugikan bagi anggota komunitas itu sendiri dan akan berdampak serius pada kepentingan publik.

“Penghapusan stigma dan diskriminasi menjadi persoalan penting untuk mengurangi risiko penularan infeksi HIV dan AIDS serta memberikan kesempatan bagi komunitas LGBT dalam keragaman manusia dan menikmati hak-hak dasarnya,” kata Kevin. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Go Digital, Atma Jaya Andalkan 4 Software Sistem Pendidikan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler