jpnn.com - JAKARTA - Guru besar ilmu komunikasi di Universitas Hasanuddin, Makassar, Anwar Arifin mengatakan sehebat apapun presiden yang akan terpilih nanti bakal tetap sulit membenahi Indonesia. Sebab, tantangan yang dihadapi begitu berat dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada kalah jauh dengan negara-negara lainnya.
"Ibaratnya, Indonesia itu kan seperti mobil angkot. Bagaimana mobil angkot mau melaju seperti mobil balap?” kata Anwar dalam diskusi "Mencari Pemimpin Bangsa" di Jakarta, (7/7).
BACA JUGA: Penggunaan Lokasi TPS Dibatasi Pemicu Kisruh di Hongkong
Karena begitu kompleknya masalah bangsa, lanjut Anwar, maka hal yang mendesak untuk dibenahi adalah soal kelembagaan politik. Termasuk di antaranya adalah partai politik yang tengah mengalami dekadensi moral di mata masyarakat. Padahal, untuk seleksi kepemimpinan nasional tetap harus melalui partai politik.
"Akibatnya, sebagai sebuah sistem, politik itu sudah jalan tapi tidak menuju kepada arah peradaban budaya politik. Selera pemimpin yang diinginkan rakyat beda dengan maunya elit," ujarnya.
BACA JUGA: Rumor KPU Berpihak Sudah Merebak
Lebih lanjut mantan anggota DPR itu mengkritisi peran media massa selama berlangsungnya kampanye pemilu presiden kali ini. Sebab, media sudah menjadi partisan.
"Selama masa-masa kampanye sulit betul masyarakat memperoleh media yang berimbang. Yang ada hanya media pendukung dari kedua pasang capres," ujarnya.
BACA JUGA: PPLN Tak Siap Penyebab Kisruh di Hongkong
Mestinya, kata Anwar, media mampu menjadi perekat. "Tapi dalam pratiknya, politik media ditentukan oleh pemilik modal dan media yang di era orde baru dikontrol oleh negara pindah menjadi kontrol pemilik modal," jelasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingatkan KPU Tak Persulit Warga untuk Gunakan Hak Pilih
Redaktur : Tim Redaksi