jpnn.com - Pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri akhirnya menemui ajalnya pada Minggu (31/7).
Kolega dekat Osama bin Laden itu mati di tempat persembunyiannya di Kabul, Afghanistan karena disasar dua roket Hellfire RX-9 yang ditembakkan drone milik Amerika Serikat (AS).
BACA JUGA: Ayman al-Zawahiri Pengganti Osama Mati Disasar Bom Pedang
Zawahiri menjadi orang pertama di Al-Qaeda sejak kematian Osama pada 2011.
AS pun melabeli pria asal Mesir itu sebagai sosok ‘most wanted’ alias paling dicari. Lantas, siapakah Zawahiri?
BACA JUGA: Gangster Sadis di Cilandak Disikat Polisi, Warga Bisa Tidur Nyenyak, Alhamdulillah
Pemilik nama Ayman Mohammed Rabie al-Zawahiri itu berasal dari kalangan berada. Dia lahir di Mesir pada 19 Juni 1951 dan hidup dengan privilese.
Zawahiri merupakan putra guru besar farmakologi. Dia dibesarkan di Maadi, kawasan suburban Kairo yang dipenuhi ekspatriat dari Barat.
BACA JUGA: Ternyata Brigadir J Masih Hidup Saat Irjen Ferdy Sambo Lakukan Ini, Bu Putri?
Sedari kecil hingga remaja, Zawahiri memperoleh pendidikan yang baik. Dia belajar kedokteran sampai menyandang gelar dokter.
Namun, Zawahiri saat masih berusia 15 tahun sudah terpesona pemikiran tokoh Ikhwanul Muslimin Sayyid Qutb. Setelah diwisuda dan menyandang gelar dokter, dia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
Pada 1981, Zawahiri bersama 300 orang lainnya yang dianggap radikal ditangkap setelah peristiwa pembunuhan terhadap Presiden Mesir Anwar Sadat. Penjara justru membentuk Zawahiri makin radikal.
Keluar dari penjara pada 1985, Zawahiri pergi ke Peshawar, Pakistan. Pada saat itu, Peshawar dikenal sebagai sebagai kota transit bagi pejuang yang mau masuk ke Afghanistan untuk membantu Mujahidin melawan Uni Soviet.
Walakin, Zawahiri tetap menjalin kontak dengan kelompok besutannya di Mesir. Namanya ialah Egyptian Islamic Jihad (EIJ).
Perang di Afghanistan membuat Zawahiri dekat dengan Osama bin Laden, bangsawan Arab Saudi nan tajir yang menggunakan kekayaannya untuk memerangi Uni Soviet.
Pada 1988, dua tokoh itu mendeklarasikan Al-Qaeda di Peshawar.
Oleh karena itu, keduanya tetap dekat meski Perang Dingin berakhir. Zawahiri juga menjadi dokter pribadi bagi Osama.
Setelah Uni Soviet bubar pada 1992, Osama dan Zawahiri bergabung dengan jihadis di Kaukasus untuk memerangi Rusia. Namun, mereka berdua kembali ke Afghanistan pada 1997.
Setahun kemudian, Zawahiri dan Osama menggabungkan organisasi masing-masing menjadi Front Dunia Islam Melawan Yahudi dan Tentara Salib. Namun, beberapa tahun sebelumnya Al-Qaeda sudah menebar teror.
Al-Qaeda memulai serangannya dengan bom yang menyasar Hotel Gold Mihor di Aden, ibu kota Yaman pada 29 Desember 1992. Serangan itu menyebabkan dua orang tewas.
Pada 26 Februari 1993, Al-Qaeda menyasar World Trade Center (WTC) di New York.
Saat itu, sebuah truk berisi 500 kilo bom meledak di parkiran bawah tanah kompleks gedung bertingkat tersebut sehingga mengakibatkan enam korban jiwa dan melukai 1.000 orang.
Zawahiri juga dianggap terlibat pembantaian di kota wisata Luxor, Mesir pada 17 November 1997. Teror itu menewaskan 62 orang yang sebagian besar turis.
Namun, hal itu tak membuat Zawahiri kehilangan privilese. Dia diduga memiliki banyak paspor sehingga bisa masuk ke Swiss, Sarajevo, Malaysia, dan negara lain.
Pada 22 Februari 1998, Osama mengeluarkan fatwa berisi seruan memerangi warga AS di mana pun.
Sekitar 5,5 bulan kemudian, persisnya pada 7 Agustus 1998, Al-Qaeda melakukan serakan serentak terhadap kantor Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania, sehingga menewaskan 223 orang.
Alutsista milik AS pun tak luput dari sasaran Al-Qaeda. Pada 12 Oktober 2000, kapal perusak USS Cole yang sedang singgah di Aden dalam rangka pelayarannya menuju Teluk Persia diserang dua bom bunuh diri.
Dua tukang sampan dengan perahu penuh bom mendekati USS Cole yang sedang mengisi bahan bakar.
Bom meledak di lambung kapal sehingga menimbulkan lubang selebar 40 kaki dan menewaskan 17 pelaut AS.
Al-Qaeda melakukan teror yang lebih besar pada 9 September 2001 saat terorisnya membajak pesawat komersial dan menabrakkannya ke Menara Kembar WTC. Teror itu mengakibatkan 2.974 orang meninggal.
Oktober 2001, AS membalas serangan itu dengan memburu Osama dan kaki tangannya di Afghanistan.
Osama pun menyingkir dan bersembunyi di Tora Bora. Namun, Al-Qaeda terus menebar teror.
Pada 12 Mei 2003, teroris menyasar kompleks hunian warga AS di Riyadh, Arab Saudi, sehingga menewaskan 27 warga sipil.
Selanjutnya, serangan bom bunuh diri Al-Qaeda menyasar Casablanca, Maroko pada 16 Mei 2003. Serangan itu menyebabkan 45 orang tewas.
Turki pun tak luput dari serangan teror Al-Qaeda. Pada 15 November 2003, kaki tangan Al-Qaeda memarkir truk berisi improvised explosive devices (IED) di dekat sinagoge atau tempat ibadah warga Yahudi di Istanbul. Teror itu menewaskan 30 orang.
Beberapa hari kemudian atau pada 20 November 2003, Al-Qaeda melakukan aksi serupa di dekat Konsulat Inggris di Istanbul sehingga mengakibatkan 33 orang meninggal.
Al-Qaeda juga merambah Eropa. Pada 11 Maret 2004, Al-Qaeda menyasar kereta di Madrid, Spanyol, dengan bom yang menewaskan 193 orang.
Pada tahun selanjutnya, teror Al-Qaeda menyasar Inggris. Tiga pelaku bom bunuh diri beraksi di kereta bawah tanah yang sedang sibuk di London pada 7 Juli 2005 pagi.
Adapun satu teroris lain menyasar bus kota. Insiden yang dikenal dengan 7/7 itu menewaskan 52 orang dari 18 negara.
Friksi mendera Al-Qaeda pada 2007. Salah satu deklaratornya, Sayyid Imam al-Sharif yang lebih dikenal dengan julukan Dr. Fadl menyerang kampanye kekerasan Al-Qaeda.
Fadl yang ikut menghadiri deklarasi Al-Qaeda di Peshawar pada 1988 merupakan pemimpin Al Jihad, sebuah grup teror di Mesir.
Dari penjara, dia menerbitkan buku bertitel Rationaling Jihad. Isi buku itu mengkritisi Zawahiri yang terus menggemakan teror.
Tulisan itu mengejutkan para jihadis karena Fadl merupakan sosok penting yang meletakkan pembenaran intelektual tentang perlunya Al-Qaeda didirikan.
Memang Al-Qaeda terus menebar teror. Namun, kekuatannya juga terus tergerus.
Pada 2 Mei 2011, operasi senyap pasukan elite AS Navy SEALs berhasil mematikan Osama di rumah persembunyiannya di Abbottabat, Pakistan. Pria asal Arab Saudi itu pun menjemput ajalnya.
Sejak itu, Zawahiri menjadi pengganti Osama. AS pun terus memburu pentolan Al-Qaeda tersebut.
Negeri Paman Sam itu menempatkan Zawahiri ke dalam daftar ‘most wanted’ alias teroris paling diburu. AS membanderol nyawa Zawahiri seharga USD 25 juta.
Saat Al-Qaeda kian melemah, Zawahiri justru terlibat perseteruan dengan pemimpin Negara Islam Irak Suriah (ISIS) Abu Bakr al-Baghdadi. ISIS dikenal ganas membantai kaum Syiah.
Baghdadi menuding Zawahiri dan Al-Qaeda yang beraliran Suni menentang serangan ISIS terhadap pengikut Syiah.
Baghdadi juga menuduh Zawahiri mau bekerja dengan para pemimpin Kristen.
Tentu saja Zawahiri membantah tuduhan itu. Dia mengaku tak akan tunduk kepada selain Allah.
Rumor yang beredar menyebut Zawahiri mati pada awal 2021. Namun, tahun lalu dia masih muncul dalam video berisi peringatan 20 tahun 9/11.
Walakhin, Zawahiri mati karena serangan rudal Hellfire yang ditembakkan drone AS pada Minggu (31/7) pagi.
Ternyata pria berjuluk The Doctor itu bersembunyi di sebuah rumah aman atau ‘safe house’ di kawasan Shirpur, Kabul, Afghanistan.
“Setelah dengan berhati-hati mempertimbangkan bukti yang jelas tentang lokasinya, saya mengizinkan serangan presisi yang menyingkirkannya dari medan perang untuk selamanya,” ujar Presiden AS Joe Biden.
Zawahiri sedang berada di balkon rumahnya saat roket berjuluk ’Sword Bombs’ menyasarnya.
Sword Bombs merupakan julukan untuk roket yang bilah-bilahnya mampu menembus dinding dan logam tanpa menghancurkan struktur bangunan.
Media Inggris Daily Mail menyebut ‘safe house’ di kawasan nyaman di Kabul itu milik pembantu utama Menteri Dalam Negeri Taliban Sirajuddin Haqqani.
Sampai saat ini sosok yang menjadi pengganti Zawahiri di pucuk pimpinan Taliban masih belum diketahui. (NYPost/Guardian/DailyStar/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Al-Qaeda Rencanakan Serangkaian Aksi Teror di Tengah Pandemi, Ada Jejak Pakistan
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha