Program ATENSI Ditjen Rehsos Diganjar Apresiasi Karena Lampaui Target

Jumat, 11 Desember 2020 – 17:59 WIB
Foto: Inspektur Jenderal Kemensos Dadang Iskandar (Dok Humas Kemensos)

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Kementerian Sosial (Kemensos) Harry Hikmat menyebut bahwa perlu banyak terobosan yang efektif, efisien, dan keberlanjutan untuk menangani permasalahan sosial.

Terutama bagi kaum termarjinalkan seperti anak dan lansia terlantar, disabilitas, korban perdagangan manusia, maupun korban napza. Terobosan tersebut diwujudkan melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI).

BACA JUGA: Kemensos Kuatkan Komitmen Layanan Anak Penyandang Disabilitas Melalui ATENSI

“Yang disebutkan tadi merupakan permasalahan sosial yang tak mudah penyelesaiannya. Jadi bukan sekadar diberikan bantuan sosial, karena mereka mengalami masalah psikologis sosial atau disfungsi sosial,” ujar Harry dalam Rapat Koordinasi Nasional Evaluasi Program Rehabilitasi Sosial Tahun 2020 di Jakarta, Jumat (11/12).

Untuk itu, dibutuhkan penanganan sosial, pelayanan rehabilitasi sosial, dan kekhasan itu bakal ditonjolkan dalam program yang digulirkan.

BACA JUGA: Luhut Beberkan Strateginya Mengawasi 9 Provinsi yang Jadi Atensi Jokowi

Harry juga mengatakan bahwa pembangunan nasional di berbagai bidang telah membuka banyak kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk meningkatkan status sosial ekonomi menjadi lebih baik.

Namun pada kenyataannya, imbuh Harry, tidak semua  warga negara mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

BACA JUGA: Wujudkan ATENSI Penyandang Disabilitas, Kemensos Perkuat Peran Stakeholder

Salah satunya adalah kelompok Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang mempunyai hambatan, kesulitan atau gangguan yang dialami, membuat mereka tidak dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.

Akibatnya, pemenuhan kebutuhan dan pemanfaatan peluang, baik secara perorangan, keluarga maupun komunitas, tidak dapat terpenuhi secara memadai.

Karenanya, negara harus hadir untuk menyelesaikan permasalaahan yang semakin kompleks dan berkembang khususnya di bidang rehabilitasi sosial yang merupakan salah satu dari empat pilar penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Di kesempatan yang sama, Inspektur Jenderal Kemensos Dadang Iskandar memberikan apresiasi terhadap program ATENSI, yang digulirkan oleh Ditjen Rehsos, Kemensos.

“Program ATENSI merupakan inovasi baru dari sisi performance program Ditjen Rehabilitasi Sosial, baik dari tampilan, sarana prasarana yang akan dibangun atau dikerjakan, sarana penunjang seperti kendaraan. Secara konsep pun sudah tergambar apa yang akan dikerjakan untuk capaian kinerjanya tinggal internalisasinya kedepan,” ujar Dadang.

Pihak Inspektorat, kata Dadang, akan mengawal target yang akan dicapai oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial melalui program ATENSI.

Dia berharap konsep program ATENSI ini lebih dimaksimalkan dan pihaknya juga akan melakukan evaluasi dan penilaian. "Saya kira program ATENSI ini masih harus terus disempurnakan oleh jajaran Ditjen Rehsos baik ditingkat pusat maupun daerah," tuturnya.

Selain itu, dari sisi pengawasan, pihaknya akan mengevaluasi akuntabilitas dalam sisi keuangan seperti tata kelola pertanggungjawaban maupun aset yang dimiliki.

“Kami juga akan melihat apakah target capaian dari Ditjen Rehabilitasi Sosial, seperti program untuk lansia (lanjut usia), anak terlantar, korban Napza (narkotika, psikotropika, zat adiktif), sudah tercapai. Tapi, berdasarkan laporan ada yang melebihi target, ini luar biasa dan merupakan suatu keberhasilan," ungkapnya.

Dadang mengusulkan dilakukan penelitian khusus dan juga survey untuk layanan-layanan sosial yang dilakukan oleh Ditjen Rehsos agar bisa diketahui khalayak.

"Bila terpublish kan lebih bagus, masyarakat bisa mengetahui layanan yang dilakuan oleh Ditjen Rehsos sekaligus menjadi sarana untuk evaluasi," tuturnya.

Terkait serapan anggaran, kata Harry, saat ini telah mencapai 87 persen. Ia berharap di akhir tahun 2020 serapan anggaran dapat meningkat hingga 96 persen.

"Situasi pandemi Covid-19 ini membuat balai menjadi tersendat dalam memberikan layanan karena resikonya tinggi. Jadi dari kapasitas 100 persen hanya boleh terisi 50 persen karena social distancing,” pungkas dia. (cuy/jpnn) 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler