jpnn.com, JAKARTA - Staf SVP Tranformasi Bisnis PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim (PKT) Yusva Sulistyo mengatakan petani Indonesia dihadapkan oleh sejumlah tantangan.
Adapun berdasarkan studi yang dilakukan tantangan tersebut, di antaranya minimnya akses permodalan, kurangnya fasilitas sarana produksi, pemahaman terhadap kebutuhan pasar, dan jaminan pasar untuk beberapa komoditas utama.
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Utilitas Rumuskan 9 Rencana Strategis
Untuk itu, Yusva menyebut salah satu program yang diinisiasi BUMN pupuk sejak 2020, yakni Makmur, mampu meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian lewat ekosistem pertanian yang kondusif.
Sejak awal, lanjut Yusva, Program Makmur dijalankan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus dorong kesejahteraan petani melalui pendekatan menyeluruh, mulai dari kemudahan akses modal dan sarana pertanian hingga pendampingan dan edukasi.
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Siapkan Stok 113.856 ton untuk Penuhi Kebutuhan Petani di Jabar, Banten & DKI
"Kami berharap hadirnya Program Makmur tidak hanya untuk jawab tantangan produktivitas pertanian tetapi juga menjamin pertanian berkelanjutan,” ujar Yusva pada diskusi virtual bertajuk "PKT Menyapa Petani: Cerdas Budidaya Tanaman Lewat Pemupukan Berimbang”, Rabu (24/8).
Menurut Yusva, Program Makmur terus mengintegrasikan mekanisme pertanian dan teknologi pertanian, yakni melalui peralatan pertanian modern (combine harvester, transplanter), penyemprotan pestisida menggunakan drone, hingga penerapan aplikasi i-Farm (geo tagging kepada petani dan cara budidaya).
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Dukung Pengembalian Fungsi Ekologis Lahan Bekas Tambang
Lebih lanjut, Yusva menjelaskan Program Makmur sendiri menerapkan pemupukan berimbang pada pertanian melalui beberapa langkah, seperti memerhatikan karakteristik jenis tanah, tidak langsung mengobati daun yang kuning, dan menyiasati trik pemupukan.
"Dengan begitu, diharapkan kemajuan pertanian bisa semakin terwujud," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama seorang petani semangka milenial di Jember bernama Iqbal Abipraya menyampaikan pemupukan berimbang yang diterapkan dapat memberikan keuntungan karena hasilnya yang baik dan tetap hemat biaya.
Menurutnya, pemupukan berimbang yang diterapkan mampu menghasilkan panen melimpah.
“Saat panen pertama, saya melihat hasil yang jauh berbeda dibanding menggunakan pupuk lainnya. Karena sifat NPK Pelangi sebagai pupuk majemuk slow release, ketersediaan pupuk dalam tanah selalu ada dan sangat bagus untuk pertumbuhan daun, batang dan buah tanaman, sehingga buah semangka pun lebih besar," ujar Iqbal.
Iqbal mengaku untuk satu kali masa tanam, bisa panen rata-rata antara 35-40 ton per hektare dari sebelumnya maksimal 30 ton per hektare.
Sebagai langkah dari pemupukan berimbang, Iqbal mencontohkan pemakaian pupuk yang ia terapkan diluar pakem yang ada, misalnya pemakaian pupuk NPK yang biasanya 10 hari setelah tanam tetapi olehnya pemakaian pupuk NPK justru diawali sebagai pupuk dasar.
"Pupuk NPK Pelangi itu saya buat jadi pupuk dasar setelah saya campur dengan eco farm untuk penanaman awal. Jadi, ke depannya petani tidak perlu beri pupuk lagi, cukup sekali aja. Karena NPK Pelangi ini sifatnya mampu bertahan lama di dalam tanah," kata Iqbal. (mcr28/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari