Program Proper Melahirkan Pahlawan Lokal Bidang Lingkungan

Minggu, 30 Desember 2018 – 14:52 WIB
Yuni Lestarai, perempuan kelahiran 7 Juni 1989 tidak tamat SD tercatat sebagai salah satu penyandang disabilitas yang terpilih sebagai pilot project awal dari program pemberdayaan disabilitas. Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Penganugerahan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) 2018 telah dilakukan pada akhir pekan ini. Penyerahan penghargaan telah diberikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dan dihadiri seluruh pihak terkait, termasuk Ketua Komisi IV DPR, Edhy Prabowo.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Karliansyah mengatakan peran Proper mendorong dunia usaha meningkatkan daya saingnya sekaligus memajukan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar tempat mereka beroperasi. Pembelajaran yang diperoleh perusahaan melalui Proper telah menggeser orientasi programnya yang semula bersifat karitatif (charity) menjadi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

BACA JUGA: Pulihkan DAS untuk Pulihkan Indonesia!

Karliansyah mengatakan pemerintah sebagai penggerak utama pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Program SDGs memerlukan kolaborasi dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan yaitu industri (sektor swasta/bisnis), media, masyarakat, NGOs, lembaga pendidikan dan stakeholders lainnya.

“Dunia usaha dengan kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya wajib berperan dalam mencapai SDGs sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Pilar pembangunan lingkungan yang merupakan satu dari empat pilar SDGs terdiri dari 6 goals, 56 target serta 70 indikator, berfungsi sebagai pengungkit untuk dapat mencapai tujuan akhir dari SDGs yaitu tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, dan tanpa kesenjangan,” papar Karliansyah dalam rilis akhir tahun, Mingu (30/12).

BACA JUGA: Pemerintah Dorong Pelaku Usaha Menjalankan Bisnis Beretika

Dari program Proper yang telah berjalan selama 21 tahun sejak 1997, salah satu sisi sangat positifnya melahirkan sosok-sosok pahlawan lokal atau local hero yang kemunculannya dibantu oleh program pengembangan masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Salah satu local hero adalah Yuni Lestari. Perempuan kelahiran 7 Juni 1989 ini tidak tamat SD. Yuni merupakan salah satu penyandang disabilitas di Desa Tawangsari. Sejak kecil hingga berusia 28 tahun, Yuni tidak pernah sekalipun keluar rumah karena cerebral.

BACA JUGA: Ketaatan Perusahaan terhadap Peraturan LH Makin Meningkat

Upaya yang dilakukan local hero untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni tahun 2017, PT. Pertamina Terminal BBM Boyolali melalui program CSR datang menemui Yuni. Setelah melakukan sharing, Yuni menyampaikan bahwa dirinya sangat ingin sekali bersekolah. Tetapi karena di usianya yang sudah bukan usia sekolah, kemudian dicarikan solusi agar Yuni diberikan bekal keterampilan di YAKKUM Yogyakarta yang merupakan yayasan rehabilitasi untuk penyandang disabilitas.

Dari program yang kemudian dinamakan Difablepreneur, Yuni diberikan fasilitas untuk mendapatkan fisioterapi dan kesempatan belajar keterampilan. Selain itu, Yuni juga mendapatkan pendampingan psikososial oleh psikolog.

PT. Pertamina TBBM Boyolali hadir sebagai inisiator awal program dan fasilitator untuk pelaksanaannya. Melalui hasil social mapping yang telah dilaksanakan sebelumnya, terdata sebanyak 29 difabel di Desa Tawangsari. Kemudian menjadikan Yuni sebagai pilot project awal dari program pemberdayaan disabilitas. Selain itu PT. Pertamina TBBM Boyolali juga memberikan pendampingan selama program berjalan.

Mengubah Kampung Kotor Jadi Asri

Selain itu ada local hero bernama Rahmawati. Perempuan kelahiran Marangkayu, Bontang, 6 Maret 1974 yang tergerak mengubah kampungnya dari label hitam karena kotor kemudian mengubahnya bersama ibu-ibu lain menjadi kampung yang bersih dan asri dengan membentuk kelompok mekarsari dan disambut baik dengan CSR PT Pupuk Kaltim sehingga dihasilkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.

Rahmawati, perempuan kelahiran Marangkayu, Bontang, 6 Maret 1974 sukses mengubah kampungnya dari label hitam karena kotor kemudian mengubahnya menjadi kampung yang bersih dan asri

 

Berawal dari inisiatifnya dan ketua RT.07 kelurahan Guntung mengajak beberapa warga untuk membersihkan lingkungan. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat jadwal gotong royong dengan ibu rumah tangga yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan (tidak produktif). Bukan hal yang mudah untuk mengajak warga gotong royong, karena masalah yang dihadapi dan proses pemecahannya harus segera dilakukan. Oleh karena itu, kami mengajak pemerintah untuk berperan dalam memberikan sosialisasi tentang pemahaman sampah, baik jenis maupun cara pengolahannya.

Kontribusi perusahaan terhadap cerita sukses local hero ini adalah dari awal terbentuk hingga sekarang, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Mekarsari yang dibentuk Donas Sosisl dan Tenaga Kerja Bontang dan Rahmawati beserta kaum ibu lainnya telah memperoleh dukungan dari PT Pupuk Kaltim, melalui Program CSR-nya berbentuk Program Pengelolaan Kompos Berbasis Masyarakat. Dukungan yang diberikan oleh CSR PT Pupuk Kaltim, berupa fasilitasi Pendampingan Pengembangan Usaha, serta sarana dan prasarana dan alat produksi kompos organik padat berupa mesin pencacah, workshop rumah produksi, sekretariat kelompok serta pengembangan kapasitas anggota kelompok berupa pelatihan dan studi banding.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tasya Kamila Ajak Kaum Milenial Peduli Sampah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler