Program Studi Agama Semakin Sepi Peminat

Kamis, 02 Februari 2017 – 07:14 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. FOTO: Dok. JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan, minat mahasiswa yang belajar pada program studi (Prodi) agama menurun.

Dia minta Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) untuk mengembangkan inovasi.

BACA JUGA: Ini Kata Kiai-kiai Tapal Kuda soal Sertifikasi Khatib

Pasalnya, sejak awal PTKIN hanya dibangun dengan ilmu-ilmu pokok keagamaan (ushuluddin) saja.

”Ini tantangan yang harus segera diatasi oleh PTKIN. Saat ini, kita membutuhkan expertise atau ilmuwan yang ahli dalam bidang ilmu hadith, perbandingan madzhab dan filsafat agama,” ujar Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Rabu (1/2).

BACA JUGA: Kiai Tasik Khawatir Khatib Jadi Corong Pemerintah

Meski begitu, dikatakan Lukman minat masuk ke PTKIN terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak dimulainya ujian masuk (UM) PTKIN pada tahun 2010 jumlah pendaftar UM-PTKIN sebanyak 8.845 dan meningkat menjadi 53.637 pada tahun 2012.

Peminat ini terus meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai 57.448. Tahun 2015, peminat PTKIN mencapai 79.643 pendaftar SPAN dan UMPTKIN.

BACA JUGA: Ketua MPR Buka Lomba Tahfidz Quran se-Asia Tenggara

Sedangkan pada tahun 2016, jumlah pendaftar SPAN menembus 129.327, dan UM PTKIN sejumlah 79.768.

Dari jumlah tersebut, mahasiswa yang diterima melalui jalur SPAN berjumlah 63.601 dan UMPTKIN berjumlah 41.209 orang.

Sayangnya, ditegaskan Lukman peningkatan minat masuk PTKIN tersebut tidak ikuti dengan minat masuk prodi agama.

Prodi filsafat agama, ilmu hadith dan perbandingan agama menjadi yang terendah peminatnya.

”Ini menjadi keprihatinan kita bersama, karena PTKIN dulu dibangun dengan ilmu-ilmu pokok ini. Kini justru menjadi ilmu yang termarginalkan,” jelas Lukman.

Lebih jauh Lukman menuturkan, Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN) UMPTKIN tidak hanya menyuburkan peminat ilmu-ilmu umum atau yang sedang laku di pasaran, tapi juga memikirkan dan menghidupkan kajian-kajian strategis dalam bidang Islamic Studies.

”Kami cukup bangga, PTKIN semakin dikenal masyarakat luas, sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang tidak lagi kelas dua, tapi sebagai pilihan utama dan membanggakan. Tapi, identitas PTKIN dengan core competency dalam bidang keagamaan tidak boleh pudar,” katanya.

Lukman memandang perlu adanya riset yang lebih mendalam terkait masa depan PTKIN.

Pasalnya, transformasi kelembagaan menuju UIN satu sisi meningkatkan animo masyarakat masuk PTKIN, namun pada saat yang sama inputnya tidak lagi didominasi alumni madrasah.

Bahkan, menurutnya berdasakan riset sementara (preliminary research), sebagaian mereka tidak dapat membaca Al-Quran dengan baik.

”Apalagi membaca kita kuning (classical sources) yang merupakan ciri khas alumni PTKIN,” ucapya.

Dia mengingatkan kepada para rektor PTKIN, transformasi kelembagaan menjadi UIN merupakan mandat institusinya, yakni integrasi Islam dan Science.

Hal itu harus diperkuat, melalui input mahasiswa yang bagus dan penataan Mahad al Jamiah yang memadai.

”Saya minta Rektor untuk serius mendiskusikan Integrasi Islam dan Science di PTKIN kita ini,” tegasnya. (nas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menag: Dana Umat untuk Infrastruktur Masih Wacana


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler