jpnn.com, LOMBOK - Bank Indonesia (BI) mengadakan konferensi internasional mengenai wisata halal di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (15/10).
Itu merupakan konferensi internasional pertama yang diselenggarakan di Lombok pascagempa.
BACA JUGA: Kaltim Genjot Pertumbuhan Ekonomi via Industri Pariwisata
Konferensi itu dihadiri delegasi pertemuan tahunan IMF-World Bank Goup yang concern terhadap isu pariwisata.
Tema yang diangkat adalah Strengthening Islamic Economy Through Halal Tourism: Challenges, Opportunities and Prospects.
BACA JUGA: Meningkat, tapi Tak Signifikan
Lombok memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata halal.
Jumlah wisatawan yang datang ke Lombok meningkat 50 persen dari satu juta wisatawan pada 2016 menjadi 1,5 juta pada 2017.
BACA JUGA: 2025, Indonesia Jadi Online Travel Market Terbesar ASEAN
Mayoritas wisatawan berasal dari Australia, Malaysia, Singapura, dan domestik.
Lombok juga telah dicanangkan sebagai The Best Destination for Halal Tourism Resort di dunia dari Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun ini.
Selain itu, Lombok diganjar penghargaan The World Halal Tourism dan The World Best Halal Honeymoon Destination selama dua tahun berturut-turut, yakni pada 2015-2016, di Dubai.
’’Kegiatan kali ini diharapkan dapat menunjukkan kepada masyarakat internasional mengenai keindahan dan ketahanan Lombok. Sekaligus mendukung pemulihan ekonomi Lombok,’’ kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman.
Dia menjelaskan, salah satu kunci penguatan ekonomi Indonesia adalah penerimaan devisa.
Karena itu, pertumbuhan di sektor pariwisata perlu ditingkatkan.
’’Bentuk wisata yang berpotensi dikembangkan adalah wisata halal yang turut mendukung pengembangan ekonomi syariah,’’ ujar Agusman.
Potensi pariwisata halal masih besar mengingat banyaknya jumlah umat muslim di dunia.
Di sisi lain, wisata halal juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dari sisi budaya dan demografi.
Wisata halal tidak dapat berdiri sendiri. Sebab, bisnis tersebut juga mencakup sektor finansial dan pembiayaan.
Karena itu, Indonesia berupaya meningkatkan kerja sama dan memasarkan industri tersebut.
Tidak hanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memupuk cadangan devisa yang pada September lalu menurun menjadi USD 114,8 miliar. (rin/vir/c15/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saran Bamsoet untuk Kemenpar agar Wisata Halal Makin Berjaya
Redaktur : Tim Redaksi