jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menyatakan, properti adalah sektor yang dapat memberikan dampak yang cepat terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal itu yang membuat pemerintah terus berdiskusi dengan pengembang mengenai apa saja insentif yang dibutuhkan industri.
BACA JUGA: Dunia Usaha Butuh Kepastian Soal Insentif Pajak Super
Dengan adanya insentif, sambung Suahasil, sektor properti bisa tumbuh lebih menggeliat.
BACA JUGA: Upaya Bank Jatim Perkuat Layanan Syariah
BACA JUGA: Garuda Indonesia Diminta Segera Penuhi Permintaan OJK dan BEI
“Namun, kami juga tidak bisa memberi keringanan dari sisi fiskal saja. Dari sisi moneter, juga harus ada dorongan untuk itu. Dari sisi pembiayaan yang langsung menyentuh konsumen, itu juga akan ikut membantu. Dari OJK dan BI juga ikut mendorong,’’ katanya, Minggu (21/7).
Penurunan suku bunga acuan ke level 5,75 persen diharapkan semakin menambah minat dan kemampuan konsumen untuk membeli properti.
BACA JUGA: Ekonomi Tiongkok Melambat, Ketidakpastian Meningkat
Selain itu, kebijakan tersebut juga bisa mendorong kemampuan pengembang untuk ekspansi usaha.
Dengan insentif-insentif fiskal yang telah diberikan pemerintah sebelumnya, pengembang dapat lebih leluasa memutuskan rencana ekspansi dan kegiatan usahanya.
Hal tersebut juga baik untuk multiplier effect-nya. Sebab, multiplier effect properti akan merambah ke sektor lainnya.
Misalnya, penjualan semen, perdagangan alat bangunan, upah buruh bangunan, dan lain-lain.
’’Itu sebabnya kami mau properti ini bisa mengangkat pertumbuhan dari banyak sisi,’’ lanjut Suahasil. (rin/c22/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ciputra Development Agresif Luncurkan Proyek Perumahan Baru
Redaktur & Reporter : Ragil