Polisi di dataran tinggi Papua Nugini mengatakan bahwa sekelompok massa yang marah telah membakar bangunan dan kendaraan milik Perdana Menteri untuk mengekspresikan kemarahan mereka akan hasil Pemilu baru-baru ini.

Massa di ibukota Mendi, Dataran Tinggi Selatan (Southern Highlands), menyerbu kantor bisnis milik Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O'Neill, dan juga merusak kantor maskapai nasional, kantor National Broadcasting Corporation serta kantor Departemen Pekerjaan Umum.

BACA JUGA: Kemenangan Bachar Houli Disambut Hangat Warga Muslim Australia

Kepala Kepolisian Kota Mendi, Inspektur Edward Aupong, mengatakan bahwa massa tersebut tampaknya menarget sebuah perusahaan konstruksi dan maskapai yang dimiliki oleh sang Perdana Menteri.

"(Perusahaan konstruksi) Wildcat sejujurnya dirusak dan kantor maskapai Southwest Airlines juga dihancurkan," ujarnya.

BACA JUGA: Penyebab Hilangnya MH370 Tetap Tidak Diketahui

"Kantor Wildcat benar-benar hancur lebur."

Komisi Pemilihan Umum Papua Nugini baru saja mengumumkan hasil Pemilu di Dataran Tinggi Selatan pada tanggal 28 September, dua bulan setelah diselenggarakannya Pemilu yang warnai oleh kekerasan, tuduhan campur tangan dan korupsi.

BACA JUGA: Pabrik Toyota dan Holden Ditutup di Australia

Inspektur Aupong mengatakan bahwa kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap deklarasi hasil Pemilu itu. Massa juga berusaha melepaskan tahanan dari penjara Mendi.

ABC News: Melvin Levongo

"Ini mungkin dampak politik, saat pengumuman untuk jabatan Gubernur di Dataran Tinggi Selatan tersebut dilakukan," sebut Inspektur Aupong.

"Ketika [Gubernur saat ini, yakni William] Powi diumumkan sebagai pemenang, mungkin pendukung kandidat lainnya tak terlalu senang dengan apa yang terjadi, jadi mereka menanggapinya dengan melakukan hal-hal yang tidak perlu ini."

Inspektur Aupong mengatakan, dua petugas polisi juga tewas dalam sebuah serangan di wilayah Highlands Highwayon akhir pekan lalu.

Ia menjelaskan bahwa kelompok tersebut juga mencoba melepaskan tahanan dari penjara Mendi.

"Komandan baru saja mengatakan kepada kami bahwa semalam ada upaya untuk membebaskan tahanan," sebutnya.

"Mereka sekarang sedang mengatur agar narapidana itu diangkut ke wilayah Mt Hagen.”

"Saya rasa, situasi ini adalah masalah yang mungkin berada di luar kendali kami, mengingat keterbatasan sumber daya yang kami miliki."

Puluhan orang, termasuk sejumlah polisi, tewas dalam tindak kekerasan terkait dengan Pemilu Papua Nugini 2017.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalan Tol Kwinana di Perth Diperkirakan Banjir Permanen Tahun 2100

Berita Terkait