Protes ke ConocoPhilips, Ratusan Pekerja Blokir Bandara

Kamis, 07 Mei 2015 – 14:17 WIB

jpnn.com - ANAMBAS - Ratusan pekerja bersama tokoh masyarakat desa yang ada di kecamatan Palmatak, Anambas, Kepri menggelar aksi unjukrasa, Kamis (7/5). Mereka bergerak dari area Matak Base Kecamatan Palmatak menuju bandara khusus Matak. Setibanya di bandara khusus Matak mereka memblokir bandara dengan cara duduk bergerombol dan tidur-tiduran di bawah pesawat.

Sebagian dari mereka adan juga yang bergerombol di tengah--tengah runway, sementara itu koordinatorlapangan tetap melakukan orasi. Mereka mengajukan sejumlah tuntutan diantaranya yakni menolak tenaga kerja dari Jakarta yang sifat dan jenisnya dapat dikerjakan oleh karyawan lokal. Selain itu mereka menginginkan agar ke-17 tenaga kerja lokal yang sudah habis masa kontrak kerja dengan perusahaan Supraco pada 30 April lalu dapat diperpanjang kembali tanpa alasan.

BACA JUGA: Etape Kedua ITdBI Diprediksi Sangat Ketat

Mereka tetap menunggu jawaban dari perusahaan. Jika tidak ada jawaban pasti dari perusahaan maka mereka akan meneruskan unjuk rasa ini dengan memblokir pesawat agar tidak bisa berangkat ke Jakarta. "Kalau boleh kami mau tidur disini. Kalau tidak selesai, pesawat tidak boleh berangkat," terdengar dari salah satu pekerja dalam aksi tersebut.

Kades Ladan Kecamatan Palmatak Abdul Hayan yang mewakili pekerja lokal Anambas menawarkan dua pilihan pekerja menginap di bandara Matak atau pimpinan perusahaan yang menginap di tempat pekerja.

BACA JUGA: Ini Pebalap yang Rebut Etape Pertama International Tour de Banyuwangi Ijen

"Sebelumnya, kami meminta maaf betul kepada bapak-bapak aparat keamanan. Tapi, kami punya dua pilihan. Menginap di sini dengan lebih banyak pekerja, atau tiga pimpinan (ConocoPhillips, Star Energy, dan Premier Oil,red) yang menginap di tempat kami. Kami melihat tidak ada niat baik dari perusahaan di Jakarta," ujarnya yang disambut riuh ratusan pekerja lainnya.

Koordinator lapangan Pardan, mengatakan, dalam surat pemberitahuan yang ditandatangani oleh gabungan tokoh-tokoh masyarakat dan ormas yang tergabung dalam Kelompok Peduli Anambas, ratusan pekerja juga meminta pemegang otoritas perusahaan di Matak untuk diganti. 

BACA JUGA: Usai Gotong Royong, Lahan Satu Hektar Ludes Terbakar

Karena menganggap pemegang otoritas dianggap tidak bisa bekerjasama serta tidak peduli dengan daerah dan masyarakat setempat. Selain itu, pihaknya juga meminta agar barang sampah perusahaan dihibahkan ke desa-desa.

"Kami menuntut mereka tidak ditugaskan lagi di Matak. Kami menuntut agar dana CSR tahun 2016 dan tahun selanjutnya diserahkan langsung ke desa-desa. Kami juga menuntut barang sampah perusahaan dihibahkan ke desa-desa. Kami akan membentuk badan yang bertanggung jawab dan berkualifikasi serta akuntabel untuk mengurus barang tersebut," terangnya.

Aksi unjuk rasa yang dilakukan mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian dari tiga Polsek di Anambas, sejumlah personil dari Polres Natuna dan sejumlah personil TNI. Tampak pula sejumlah Kepala Desa Palmatak beserta Camat Palmatak Raja Almizan memantau keadaan di lapangan.

Sementara itu kepala bagian Media Relation perusahaan Conoco Philips Indonesia Deddy Machdan, mengatakan meski warga berada di area bandara khusus Matak tapi tidak mengganggu aktifitas perusahaan karena pesawat memang belum ada yang mau berangkat dari Matak ke Jakarta.

Masyarakat masuk area bandara setelah pesawat dari Jakarta sudah landing. "Setelah masyarakat masuk belum ada lagi pesawat yang akan berangkat menuju Jakarta. Jadi aktifitas belum ada yang terganggu," ungkapnya.

Di rinya menyayangkan jika jika aksi demo besar-besaran dilakukan karena pihak perusahaan juga masih mau mengadakan dialog bersama pihak pekerja khususnya mengenai ke-17 pekserja. 

"Sebenarnya perusahaan akan tetap melayani dialog mengenai ke-17 karyawan yang sudah tidak diperpanjang masa kntrak kerjanya tapi setelah menerima surat dari masyarakat malahan ternyata tuntutannya lain lagi," ungkapnya ketika dihubungi melalui pesawat telepon pribadinya, Kamis (6/5)

Hingga berita ini diturunkan, pekerja masih berada di Bandara Khusus Matak sambil menjaga pesawat perusahaan. "Kami sudah teraniaya. Ini bumi kami, ini tanah kami. Sebelum ada kepastian, kami tak akan membubarkan diri," teriak salah seorang pekerja.

Seperti diketahui aksi tersebut dilakukan pihak pekerja lantaran sudah berkali-kali mengadakan dialog namun tidak pernah menemukan jalan tengah yang terbaik. Kedua belah pihak tetap memegang keputusan masing-masing. 

Pihak Perusahaan tetap tidak bersedia memperpanjang kontrak kerja ke-17 karyawan sementara itu pihak pekerja tetap ngotot agar pekerja yang kontrak kerjanya tidak diperpanjang agar diperpanjang lagi. (sya/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini yang Dilakukan Para Adik HB X Setelah Dikeluarkannya Sabdaraja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler