jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Muradi menilai Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sudah tak sesuai zaman alias kedaluwarsa jika masih pengin bertarung di Pilpres 2019.
Muradi yang juga dosen sarjana dan pascasarjana politik dan pemerintahan, FISIP Unpad itu menilai peluang Prabowo sangat tipis untuk menjadi pemenang Pilpres 2019. Apalagi jika lawannya adalah Joko Widodo.
BACA JUGA: Judicial Review UU Pemilu Tak Ganggu Tahapan Pemilu 2019
“Prabowo, orang sudah jenuh. Generasi millennial, sekitar 80 jutaan saat ini membutuhkan orang yang bisa paham keberadaan mereka sebagai entitas,” kata Muradi seperti dikutip dari Indopos.
Menurut Muradi, mungkin bagi masyarakat yang berada di atas usia 30 tahun, mudah saja mengidentifikasi siapa yang mereka pilih. “Persoalannya di pemilih generasi millennial, yang jumlahnya tidak kecil, sekitar 80 jutaan. Mereka punya cara pandang yang berbeda dalam menentukan pilihan, dan pilihan itu bukan pada figur seperti Prabowo,” katanya.
BACA JUGA: Perintah Jokowi pada Relawan Bisa Ganggu Kinerja BUMN
Menurut Wikipedia, Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo Boomers" karena adanya 'booming' (peningkatan besar) tingkat kelahiran di tahun 1980-an dan 1990-an.
Muradi justru cenderung pada figur baru seperti Agus Yudhoyono, meski dia langsung menggarisbawahi bahwa Pilpres 2019 belum menjadi panggung yang tepat buat Agus.
BACA JUGA: Fahri Hamzah: Pak Jokowi Sudah Nantang-nantang nih
Melihat kenyatan ini, Muradi ragu dengan peluang Prabowo kali ini untuk bisa terpilih di pilpres 2019. Terlebih jika memang tidak ada dinamika politik maupun tsunami politik, maka dia menilai Joko Widodo akan kembali menang, tentu dengan asumsi keja-kerja nyata Jokowi.
"Apalagi dalam Undang-undang pemilu yang menetapkan suara 25 persen, itu adalah bentuk dari kemenangan awal dari petahana," tambahnya.
Muradi mengaku ragu dengan hasil riset yang menyebutkan penurunan drastis pada elektabilitas Jokowi. "Mengenai elektabilitas Jokowi yang dikatakan menurun dia rasa perlu dikaji lagi," katanya.
Senada dengan Muradi, pengamat politik Yunarto Wijaya pun tidak menemukan adanya indikasi penurunan elektabiltas Joko Widodo. Justru, menurut data yang dia dapat, Prabowo lah yang sedang menurun. "Nama yang kuat memang hanya dua ini, Prabowo dan Jokowi. Artinya peluang keduanya masih ada," ujarnya.
Yunarto mengaku sulit untuk memunculkan nama calon ketiga untuk menyaingi Prabowo dan Jokwoi. "Ya, karena memang keduanya saat ini yang paling dikenal oleh masyarakat," sebutnya. (bir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggap Jokowi Omong Doang, Mbak Suciwati Pengin Golput Saja
Redaktur : Tim Redaksi