Puasa dan Pembangunan Karakter Bangsa

Jumat, 26 Agustus 2011 – 00:26 WIB

HAKIKAT puasa bukan sekadar menahan rasa lapar dan dahagaTapi, puasa juga mengendalikan hawa nafsu

BACA JUGA: Pejabat Diminta Siaga

Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,  Puasa itu bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja
Tetapi puasa itu adalah menahan diri dari kata-kata yang tidak bermanfaat dan kata-kata kasar

BACA JUGA: Tingkatkan Investasi Skala Menengah

Oleh karena itu, bila ada yang mencacimu atau menjahilimu, maka katakanlah kepadanya, sesungguhnya aku sedang berpuasa! Sesungguhnya aku sedang berpuasa!" (HR Muslim)

Seseorang di bawah kendali hawa nafsu akan berbuat sesuka hati tanpa mempertimbangkan efek positif dan negatif yang mungkin terjadi
Ia cenderung menghalalkan segala cara (the end justify the means) untuk mewujudkan keinginan

BACA JUGA: Ramadan, Bulan Uji Solidaritas Sosial

Dengan demikian, lambat laun akan menjadi manusia yang kehilangan akal sehat, budi pekerti, dan akhlak baikSingkat kata, orang tersebut akan menjadi manusia yang kehilangan karakter.

Memang, upaya mengendalikan hawa nafsu bukan hal mudahKetika Rasulullah SAW dan para sahabat kembali dari medan perang melawan kaum musyrikin, beliau bersabda, ’’Kita baru kembali dari satu perang kecil untuk kemudian masuk ke perang lebih besarSahabat pun terkejut dan bertanya, "Perang apakah itu wahai Rasulullah?" Baginda Rasulullah SAW berkata, "Perang melawan hawa nafsu." (Riwayat Al Baihaqi).

Meskipun demikian, jika kita bersungguh-sungguh dalam mengendalikan hawa nafsu, maka Allah SWT pasti akan memberikan petunjukAllah SWT berfirman, "Mereka yang berjuang untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh jalan kami, sesungguhnya kami akan tunjuki jalanSesungguhnya Allah itu beserta dengan orang yang berbuat baik." (QS 29: 69).

Kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu merupakan modal besar dalam kehidupanPengendalian diri ibarat rem kehidupan, kemampuan untuk menahan diri dari arus deras keinginan duniawi yang berpotensi menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuranKemampuan mengendalikan hawa nafsu akan melahirkan manusia-manusia berkarakter unggul.

Sejarah membuktikan bahwa kehancuran sebuah bangsa seringkali ditandai oleh keruntuhan karakter dan mentalitas masyarakat bangsa tersebutKarena itu, bangsa dengan karakter kuat hanya akan terwujud jika individu-individu di dalam bangsa itu adalah manusia berakhlak, berwatak, dan berperilaku baik.

Dalam konteks itu, ibadah puasa merupakan pendidikan karakter bagi kita sebagai sebuah bangsaIbadah puasa Ramadhan akan mengembalikan manusia kepada fitrah, seperti manusia baru lahirManusia yang cenderung berpihak kepada kebenaran dan memiliki rasa kemanusiaan tinggi serta budi pekerti

Bagi Indonesia yang mayoritas dihuni kaum Muslim, ibadah puasa Ramadan harus dimaknai sebagai laboratorium pembentukan karakter bangsa yang ditandai sikap dan perilaku yang berlandaskan pada konstitusi dan aturan yang telah menjadi kesepakatan kolektifDan hal tersebut merupakan bagian dari implementasi ketakwaan kita kepada AllahYaitu ketaatan pada Allah tercermin pada ketaatan kepada Rasulullah dan pemimpin (ulil amri) yang berpijak pada ajaran Allah

Jika hakikat dan makna takwa yang merupakan tujuan puasa ini dapat diwujudkan pada diri kaum Muslim selaku kelompok mayoritas, maka tentu akan menjadi sumbangan maha penting bagi perbaikan karakter bangsa IndonesiaPerbaikan karakter bangsa berarti mengatasi berbagai persoalan bangsa secara substansial.

Sungguh amat banyak manfaat, hikmah, dan pelajaran yang dapat kita petik dari ibadah puasa RamadanSemoga ibadah puasa Ramadan yang kita jalankan ini akan membawa manfaat bagi pembentukan karakter bangsa unggul demi kelanjutan peradaban Indonesia di masa mendatang(*)
Hatta Rajasa
Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tax Holiday Terbit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler