Nicholas Jouwe, tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sudah 50 tahun lebih tinggal di Belanda, kemarin tiba di bumi PapuaKedatangannya disambut pejabat setempat dan para pendukungnya
BACA JUGA: Berbagai Kiat Media Hadapi Impitan Krisis di Amerika
Mereka yang dendam dengan tokoh 85 tahun itu juga ikut menyambutJimmy Fitowin, Jayapura
JOUWE tiba di Bandara Sentani kemarin siang dengan pesawat Garuda Indonesia
BACA JUGA: Anak Bangsa di Balik Peluncuran Roket Prestisius di Bumi Indonesia
Dia didampingi kedua anaknya, Alexander Jouwe dan Nancy Leilani JouweBACA JUGA: Edward E. Masters, Diplomat AS
Itu terlihat dari sambutan hangat yang diberikan Gubernur Papua Barnabas Suebu di bandara tersebutKedatangan Jouwe juga disambut dua orang eks aktivis OPM yang pernah mencari suaka ke AustraliaMereka kini sudah tobat setelah menyatakan diri untuk memilih kembali ke pangkuan ibu pertiwi
Begitu Jouwe mulai menuruni tangga pesawat, teriakan langsung terdengar dari ratusan orang yang menyambut diaMereka didominasi kerabat dekat JouweIsak tangis pun terdengar, sambil ada yang sesekali meneriakkan nama Jouwe
Kedatangan Jouwe ke tanah kelahirannya itu kemarin juga diliput belasan wartawan dari media massa, baik cetak maupun elektronikBahkan, ada beberapa wartawan asing yang tak melewatkan kejadian tersebut
Saat menginjakkan kaki di landasan parkir (apron, Red) Jouwe dikalungi karangan bunga dan disambut dengan tarian penyambutan ala suku Kayo Pulo
Setelah beberapa meter melangkah, Jouwe bersujud, mencium tanah dengan penuh haruDari sudut kedua mata Jouwe yang tertutup kaca mata hitam terlihat tetesan air mata keluarNicholas kemudian dibimbing kembali berdiri oleh putrinya, Nancy LeilaniSelanjutnya dia berjalan menuju ke ruang VIPJouwe terus didampingi Gubernur Barnabas Suebu.
Sayang, saat memasuki ruang VIP Bandara Sentani, wartawan tidak diperbolehkan meliputSejumlah aparat keamanan mengawasi dan menjaga secara ketatHal itu sempat diprotes para wartawan''Apa alasan petugas melarang kami masuk?'' kata salah seorang wartawan media cetak yang kecewa karena langsung diusir ketika akan masuk ke ruang VIP tempat Jouwe berada''Penjagaan ini berlebihan,'' teriak wartawan lain yang tak kalah kecewanyaKekecewaan wartawan lokal semakin menjadi-jadi ketika tahu ada empat wartawan asing yang diperbolehkan masuk ke ruang VIP''Kebijakan macam apa ini?'' kata Deni Mosez, wartawan Metro TV
Kedatangan Nicholas kemarin tak hanya disambut para pendukungnyaMereka yang merasa dikecewakan Jouwe juga ikut menyambut dengan cara berdemonstrasi menggeber spanduk berisi kecamanPuluhan orang itu menuntut agar Jouwe bertanggung jawab terhadap apa yang telah dia cetuskan sambil mengangkat spanduk berbunyi: ''Selamat datang, segera akhiri sejarah penindasan''
Kelompok massa tersebut dijaga ketat oleh petugas sehingga mereka hanya mengekspresikan aksinya itu di luar pagar halaman ruang VIP Bandara SentaniKoordinator unjuk rasa Viktor Yeimo kepada wartawan menegaskan, Nicholas Jouwe harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diprakarsai itu, yakni niat mendirikan negara Papua Barat (West Papua).
Sebab, apa yang telah dicetuskan itu hingga kini (hampir enam dekade silam) telah tertanam di sanubari seluruh orang Papua secara turun-temurun''Dan, gara-gara itu, jutaan orang telah dibunuh di atas tanah airnya sendiri karena vokal dengan konsep aspirasi yang dicetuskan oleh Nicholas Jouwe,'' kata Viktor setengah berteriak.
Bukan hanya itu, lanjut dia, ribuan warga pribumi harus lari meninggalkan tanah airnya untuk meminta suaka demi menghindar dari ancaman penjara badan dan pembunuhan dari aparat keamanan
''Dia (Nicholas Jouwe, Red) harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diprakarsainyaSebab, hingga kini, jutaan orang telah dipenjara, bahkan mati karena memperjuangkan konsep perjuangan yang telah dicetus olehnya (Jouwe, Red),'' tegas pemuda yang vokal dengan tuntutan politis masyarakat Papua itu
Viktor meminta agar kedatangan Jouwe tak dipolitisasiSebab, menurut dia, Jouwe pulang ke tanah kelahirannya murni untuk melihat kembali tanah Papua yang telah dia tinggalkan puluhan tahun
Informasi yang diterima Cenderawasih Pos, selama berada di Papua, Nicholas menginap di Swiss Bell Hotel, Jayapura.
Sebelum datang ke Papua, Jouwe terlebih dahulu diterima Menko Kesra Abu Rizal Bakrie di Jakarta pada Kamis lalu (19/3)
Dalam pertemuan dengan Menko Kesra itu, Jouwe diantar Duta Besar RI untuk Belanda Junus Effendie Habibie
Junus Effendi Habibie saat itu mengatakan, kepulangan Jouwe untuk melihat perkembangan di Indonesia, khususnya tanah Papua''Dia (Jouwe) satu-satunya founding fathers (OPM) yang masih hidupDia datang ke Indonesia sebagai tamu keluarga," kata J.EEffendi
Menurut dia, saat bertemu di Den Haag, Jouwe mengatakan ingin melihat Papua tidak sebagai tetangga, tapi menjadi saudara''Saya juga menyampaikan maaf jika dulu kurang baikTapi, sekarang sudah berubah,'' kata pria yang akrab disapa Fany Habibie itu.
Dalam pertemuan 24 Februari lalu yang berlangsung sekitar lima jam, ungkap Fany, dirinya saling berbalas pantun dengan Jouwe untuk menyampaikan maksudMereka juga tidak menggunakan bahasa Inggris, tapi bahasa daerah Ambon
Misalnya, saat keduanya mulai melakukan pembicaraan, Jouwe mengatakan, Angin timur gelombang barat, Kapal angkasa warna merpati, Bapak di timur beta di barat, Apakah rasanya di dalam hatiFanny pun lantas menjawab, Potong di kuku rasa di daging, Alih rasa beta rasa, Katong semua bersaudara, Satu sama lain.
Hingga di akhir pembicaraan, Jouwe melontarkan pantun yang menunjukkan keinginannya ke IndonesiaAyam putih mari kurantai, Kasih makan ampas kelapa, Budi Bapak Dubes sudah sampai, Beta mau balas dengan apa''Beliau mengatakan, Pak Dubes, saya mau ke Indonesia, mau Papua diperhatikanDan, kalau perlu, saya mau menjadi penasihat Bapak Presiden khusus Papua,'' kata Fany menirukan pernyataan Jouwe(kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sintong Panjaitan setelah Ungkap Memoar tentang Peralihan Masa Reformasi
Redaktur : Tim Redaksi