Pulau Terindah di Dunia ini Ditemukan Saat...

Sabtu, 11 Februari 2017 – 15:50 WIB
Perangko untuk mengenang pelayaran John Cabot. Foto: Public Domain.

jpnn.com - JOHN Cabot. Namanya diabadikan jadi nama selat yang mengaliri Cape Breton Island, provinsi Nova Scotia, Canada--satu di antara pulau terindah di dunia: Selat Cabot.

Pelaut Italia penerus Marco Polo dan Columbus ini, nyasar ke pulau itu saat mencari Kepulauan Rempah--negeri yang hari ini bernama Indonesia--pada Abad Pertengahan.

BACA JUGA: Nih Yang Mau Tahu Riuh Rendah Sejarah Hari Pers

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Cabot ke Arab. Mencari informasi dari pedagang di negeri itu, "dari mana rempah-rempah yang dibawa gerobak-gerobak itu berasal?"

BACA JUGA: Kemenpar Gelar Talk Show Jalur Rempah di HPN 2017

Sebelum masuk ke kisah petualangan dan pelayaran Cabot, perlu juga diulas sedikit banyak gambaran umum dunia semasa itu…

Cabot ini anak muda Venesia, pasar rempah-rempah terbesar di Eropa.

BACA JUGA: Pram…Datuk Punk!

Di Venesia sepanjang Abad Pertengahan, rempah-rempah dijual dengan harga sangat tinggi kepada para pedagang dari Eropa utara.

Pala, cengkih, lada dan kayu manis yang dijual di Venesia, sebagaimana ditulis Giles Milton dalam Nathaniel's Nutmeg, dikapalkan dari Konstantinopel--sekarang Turki.

Dan di pasar besar Konstantinopel, rempah-rempah dipasok antara lain dari Arab.

Bukankah ini berkesesuaian dengan Sirah Nabawiyah yang dikisahkan di surau-surau. Bahwa semasa muda Nabi Muhammad memperdagangkan rempah, barang dagangan Siti Khadijah dari Arab ke negeri Syam--kini sekitaran Suriah.

Makanya, Cabot ke Arab. Dia hendak mencari langsung, dari mana sebenarnya rempah-rempah berasal.

Dikisahkan bahwa buah pala adalah kemewahan paling diidamkan di Eropa abad ke-17.

Rempah jenis ini memiliki khasiat pengobatan begitu hebat, sehingga orang-orang akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk memperolehnya.

"Selalu mahal, harganya kian meroket ketika para dokter zaman Elizabeth di London mulai mengklaim bahwa bola-bola aromaterapi yang terbuat dari pala adalah satu-satunya penawar untuk wabah sampar yang menular, yang diawali dengan bersin dan diakhiri dengan kematian itu," papar Milton.

Orang London membeli rempah ke Venesia. Inilah masa-masa ketika rempah-rempah begitu populer.

Di kampung halamannya, Cabot menyaksikan permintaan akan rempah telah melebihi suplai.

Dan para saudagar Venesia mahir pula dalam seni melipatgandakan uang. Bagi mereka, situasi itu menjaga harga bisa tetap tinggi. Harga pun dilambungkan.

Kini, Venesia dikenal sebagai kota di atas air. Satu di antara tujuan wisata romantis di dunia. Bila ada waktu main ke sana, jejak-jejak kejayaan Venesia pada zaman rempah masih bisa Anda temui.

Rupanya, informasi yang dicarinya sulit didapat. John Cabot tak putus asa. Apalagi, dia sudah jauh-jauh berlayar dari Venesia.

"Sangat mudah dipahami apabila para pedagang (Arab--red) itu enggan membagi informasi yang begitu tak ternilai," tulis Milton dalam buku yang telah diterjamahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Pulau Run--Magnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan.

Pun demikian, meski samar-samar, didengarnya juga bahwa rempah-rempah datang dari negeri-negeri paling Timur dunia.

"Itulah tepatnya yang ingin didengar Cabot. Dan ia menyimpulkan bahwa, mengandaikan kebulatan bumi—bukan sebuah kesimpulan yang maju, bahkan pada masa itu—para pedagang pasti telah membeli rempah-rempah itu di utara menuju Barat,” papar Milton.

***

Karena tak satu pun mendapat dukungan di Venesia, Cabot ke Inggris. Dibujuknya Raja Henry VII. Berhasil.

Cabot berlayar menyeberangi Atlantik pada 1497, mencari gudang rempah-rempah.

Setiba di Tanjung Pulau Breton (Cape Breton Island), bukan main senangnya hati Cabot. Dia mengira telah menemukan bagian pulau di Tiongkok yang tak berpenghuni.

Dengan senang hati dia kembali ke Inggris mengumumkan temuan itu. Wilayah itu kini dinamai sesuai namanya; Selat Cabot.

Milton menggambarkan…

“Kehormatan besar diberikan padanya,” tulis seorang pedagang Venesia yang tinggal di London, “dan ia mengenakan pakaian sutra; dan orang-orang Inggris mengejarnya seperti orang-orang gila.”

Dan Raja pun lantas saja menyediakan biaya untuk ekspedisi kedua.

Cabot berlayar sesuai rencana yang disusunnya; menyusuri pantai Tiongkok (padahal Canada--red) hingga mendapati tempat semua rempah dunia berasal.

Harapannya, kembali bersama kapal-kapal yang dipenuhi pala.

Kenyataannya, harapan tinggal harapan ketika merkuri turun di bawah angka nol dan gumpalan-gumpalan es terapung kian mengancam.

Dikisahkan Milton, meski gagal membawa sebutir pala pun, perjalanan-perjalanan Cabot memunculkan minat yang besar di pelabuhan-pelabuhan Spanyol dan Portugal.

Terutama, Ferdinand Magellan. Meski berhasil menemukan jalur baru, sayang…dia hanya sampai Piliphina. --bersambung (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... The Last Reporter


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler