jpnn.com, AGAM - Virus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) diduga menjadi penyebab puluhan ekor babi liar mati mendadak Agam, Sumatra Barat.
Sebelumnya, puluhan ekor babi liar di Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Palembayan, Agam, ditemukan mati secara mendadak.
BACA JUGA: Ratusan Babi Mati Mendadak di Palembang
Salah seorang warga Maua Hilia, Peli (40) di Lubuk Basung mengatakan puluhan babi liar itu ditemukan mati di beberapa titik di kebunnya.
"Babi itu saya temukan dalam kondisi membusuk di beberapa lokasi satu bulan lalu," katanya.
Menurutnya, babi itu ditemukan saat membersihkan kebun.
Dia mencium aroma tidak sedap saat bekerja, sehingga mencoba mencari asal aroma itu dan menemukan tiga ekor bangkai babi.
Setelah itu, dia membersihkan di kebun lokasi yang lain dan kembali mencium bau tidak sedap tersebut.
"Saya menemukan bangkai babi di beberapa lokasi dengan jumlah 15 ekor," katanya.
Beberapa hari setelah itu, dia juga menemukan bangkai babi di lahan pertanian miliknya.
Dia kaget ada babi yang mati dengan jumlah cukup banyak, sehingga mencoba menanyakan kepada warga lain apakah ada warga yang berburu babi di daerah itu.
"Kalau ada orang yang berburu, maka babi yang mati hanya satu sampai dua ekor dan bangkai itu pasti terluka."
BACA JUGA: Simak Hasil Penelitian Terkini Soal Virus Flu Babi Baru Berpotensi Pandemi
"Sementara bangkai babi yang saya temukan tidak ada yang terluka," katanya.
Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam Ade Putra menyebut tim KSDA Agam sedang mengumpulkan data mengingat kejadian sudah berlangsung satu bulan lalu dan akan berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya.
"Kondisi bangkai babi sudah rusak dan kami sedang melakukan koordinasi dengan instansi terkait lain," katanya.
Sebelumnya, di Kabupaten Pasaman Barat juga dilaporkan puluhan babi mati secara mendadak pada 2020.
Pada 2019, Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia dalam siaga satu menghadapi virus flu babi.
Berbagai langkah dilakukan dengan melibatkan para pihak dalam upaya mencegah dan penanganannya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam Farid Muslim menyatakan kematian babi secara mendadak belum bisa dipastikan terpapar virus ASF.
BACA JUGA: Jaksa Agung Keluarkan Surat Perintah, Semoga Ada Titik Terang
Karena itu, perlu uji laboratorium terhadap sampel organ tubuh babi tersebut.
Pihaknya belum mendapatkan laporan kematian babi dari warga.
Apabila memang nanti ditemukan babi mati mendadak, perlu dilakukan pengambilan sampel organ tubuh babi tersebut untuk dilakukan uji laboratorium di Balai Veteriner.
Tujuannya, agar diketahui apakah terpapar ASF atau tidak.
"Belum dapat memastikan apakah babi terpapar ASF," katanya.
Tanda-tanda klinis ASF berupa kemerahan di bagian perut, dada, scrotum, diare berdarah, berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga, demam (41 derajat celsius), konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang-kadang muntah, diare atau sembelit.
ASF dapat menyebar melalui kontak langsung, serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan dan lainnya.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang