SoE-Dugaan adanya penjualan manusia di Kabupaten TTS mulai terkuak lagiKali ini menimpa anak di bawah umur yang berusia rata-rata 14 tahun
BACA JUGA: Spanduk Bergambar Bintang Kejora Disita Polisi
Di desa Bijaepunu kecamatan Mollo Utara dan desa Kualeu kecamatan Mollo Tengah misalnya, dalam jangka waktu hanya sekira empat bulan, lebih dari 20 bocah dinyatakan hilang tanpa jejak.Puluhan anak gadis itu diduga menjadi korban penjualan orang karena tidak diketahui kemana pernya
BACA JUGA: Jayawijaya-Merauke Aman
Selain puluhan anak gadis yang hilang, beberapa orangtua mengaku anak gadisnya "dijual" sepihak oleh salah satu anggota keluarganya.Hal ini terungkap saat tim sosialisasi yang dimotori Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten TTS melakukan sosialisasi di kedua desa tersebut, tanggal 26 dan 27 November lalu
"Tanggal 26 November lalu itu kami melakukan sosialisasi di kantor desa Bijaepunu yang diharidi masyarakat dan kepala desa
BACA JUGA: UMP Papua Barat Dianggap Tak Masuk Akal
Sosialisasi itu terkait dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindugan anak, UU nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan UU nomor 21 tahun 2007 tentang penjualan manusia atau traffickingDan pada saat itu kami mendapat laporan dari kepala desa bahwa sudah 12 ana gadis yang keluar dari desa entah kemanaSelain itu, masih ada belasan yang tidak diketahui sama sekali," urai Fobia.Masih menurut dia, hal yang sama juga dijumpai saat melakukan sosialisasi di desa Kualeu yang bertempat di gereja Ebenhaezer Kualeu tanggal 27 November laluDia menjelaskan di Kualeu, terdapa satu anak gadis, Nita Sanam (14) yang dijual ibunya tanpa sepengetahuan ayahnyaWarga RT 03/RW 04 desa Kualeu itu dijual kepada soerang calo bernama Rahel Mnenu yang bekerjasama dengan tiga orang lagi bernama Agustinus Fuakani, Yanto Tampani dan Okto Mnanu dari desa Oe"besi kecamatan Mollo Utara.
Ironisnya, sang calo, Rahel Mnune sampai sekarang masih beraksi secar terang-terangan tanpa upaya pencegahan dari pihak berwajibBahkan informasi terakhir, Rabu (30/11) warga berhasil menggagalkan aksi Rahel yang hendak membawa kabur seorang gadis lagiTidak hanya itu, Meti Sanam (15) yang juga warga Kualeu dinyatakan hilang hingga saat ini.
"Nita Sanam itu dijual ibunya sendiri dan menerima uang tapi bapanya tidak tahuDari semua laporan itu kita belum tahu motif dan tujuannya apa, namun kami laporkan ini semua kepada Bapak Bupati karena baru dua desa yang kami kunjungi tapi jumlahnya sudah beginiSupaya pemerintah lebih tegas lagi untuk mengadili para pelaku," tandas Fobia yang menambahkan khusus desa Kualeu dilaporkan lebih dari lima gadis hilang hingga sekarang.
Hal lain yang diperoleh, kata dia adalah banyaknya anak yang lahir tanpa bapakDiungkapkan, banyak perempuan di tempat tersebut yang merantau ke luar daerah dan kembali dengan membawa anak atau sedang hamil tampa suamiBahkan ada pula yang telah memiliki dua anak namun tidak bersuami setelah dua kali keluar daerahSelain itu, tim juga menemukan sedikitnya 10 anak yang sedang tumbuh dewasa yang tidak disekolahkan orangtuanya.
"Kami melihat ini sudah menjadi sindikat karena menjual manusiaDan data ini baru untuk tiga sampai empat bulan terakhir sajaSudah mengkhawatirkan karena ini yang diketahui, sementara yang lain kita belum tahuKita sudah koordinasi dengan kepolisian dan sedang didalami, namun kesulitannya karena saksi tidak mau datang," ujarnya kesal(mg9)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasar Lengang, Siswa Dipulangkan Lebih Awal
Redaktur : Tim Redaksi