jpnn.com - SURABAYA – Omzet industri farmasi hanya bertumbuh tiga persen tahun ini.
Tahun depan, pertumbuhan diprediksi hanya mencapai sembilan persen.
BACA JUGA: Pertama Bangun Kapal Selam, PAL Investasi Rp 2,5 Triliun
Direktur Utama Kimia Farma (KAEF) Rusdi Rosman menyatakan, pertumbuhan rendah industri farmasi disebabkan lesunya perekonomian serta keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Secara volume, penjualan obat memang mengalami pertumbuhan yang tajam.
BACA JUGA: Operasikan 8 PLTG, PLN Tambah Kapasitas 500 Mw
Namun, nilai omzet yang diterima produsen obat menurun karena terjadi persaingan harga untuk menjadi rekanan penyedia obat BPJS.
”Secara kuantitas memang naik tajam, tetapi jatuh secara omzet,” terangnya kemarin (12/12).
BACA JUGA: Prediksi Support dan Resistance IHSG Pekan Ini
Sebelum BPJS Kesehatan berdiri, omzet industri farmasi mampu tumbuh 13 persen.
Berdirinya BPJS membuat 60 persen pasar industri farmasi tersedot layanan asuransi kesehatan tersebut.
Nilai pasar farmasi dalam negeri pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 66 triliun.
Dalam peta jalan pengembangan industri farmasi, pemerintah menargetkan pasar farmasi bisa mencapai Rp 700 triliun pada 2025.
Berdasar angka itu, sekitar Rp 450 triliun merupakan pasar nasional dan sisanya menyasar pasar ekspor.
Meski kinerja industri farmasi nyaris stagnan, Kimia Farma mampu mencetak pertumbuhan penjualan 16 persen pada tahun ini.
Total penjualan KF sampai akhir tahun diprediksi mencapai Rp 6,2 triliun.
”Pertumbuhan kami bisa lebih tinggi daripada industri farmasi lain. Sebab, KF memiliki bisnis dari hulu sampai hilir. Mulai pabrik bahan baku obat (BBO), pabrik obat, hingga apotek,” tuturnya.
Pada tahun depan, perseroan menargetkan mampu membukukan kenaikan penjualan 20 persen jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun ini atau di kisaran Rp 7 triliun.
Tahun ini, KAEF memiliki 822 unit apotek dan diharapkan menjadi 900 unit pada akhir 2016.
Sebanyak seratus unit apotek dibangun tahun depan.
”Yang menjadi nilai tambah, di sisi hilir, kami memiliki apotek yang menunjang penjualan obat dari KF,” imbuhnya.
Selain menambah apotek, KF membangun pabrik 15 jenis bahan baku obat.
Di antaranya, active pharmaceutical ingredient (API) berkapasitas 30 metrik ton dan tujuh jenis high chemical function (HCF) untuk bahan baku kosmetika berkapasitas 300 metrik ton.
Bahan baku obat yang diproduksi Kimia Farma mampu memenuhi kebutuhan bahan baku obat dalam negeri dan sebagian besar bakal diekspor.
Hanya 30 persen yang diperuntukkan kepentingan domestik.
”Negara yang menunggu, antara lain, Amerika Serikat dan Jepang,” pungkasnya. (vir/c16/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Layani Rute Jakarta-Surabaya, Kapal Ro-Ro Bakal Diberikan Insentif
Redaktur : Tim Redaksi