Enam orang kontestan Miss Universe Indonesia sudah mengajukan laporan tuduhan pelecehan seksual kepada Polda Metro Jaya.

Dalam laporan tersebut, dinyatakan bagaimana pihak penyelenggara meminta kontestan untuk hanya mengenakan celana dalam untuk kegiatan 'body checking' dalam ruangan berisi 20 orang, termasuk di antaranya pria.

BACA JUGA: Koala Berkeliaran di Pantai Memicu Kekhawatiran Habitatnya Telah Rusak

Kuasa Hukum pelapor, Mellisa Anggraini, mengatakan lima kontestan difoto tanpa mengenakan atasan.

Menurut pernyataan Mellisa, pemegang lisensi Miss Universe Indonesia, PT Capella Swastika Karya, menegaskan bahwa mereka harus "memeriksa luka, selulit atau tato pada tubuh" para kontestan.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Kata Homoseksualitas Dilarang di Irak, Pelanggar Bisa Dipidana

"Saat sebelum body checking itu dilakukan, para peserta hanya tahu kalau mereka akan fitting," ujar Mellisa.

Dalam pernyataannya kemarin, Miss Universe Indonesia mengatakan bahwa pihaknya tengah memeriksa kasus ini.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Seorang Pria di Italia Meninggal karena Tertimpa Keju

"Kami telah melakukan investigasi dan memeriksa hal-hal yang dituduhkan kepada kami yang kami ketahui dari media massa," bunyi pernyataannya.

"Kami akan segera mengambil sikap maupun tindakan yang diperlukan terkait permasalahan ini agar menjadi terang dan jelas kebenarannya."Pengalaman 'body checking' tahun sebelumnya

Menurut pengalaman Puteri Indonesia 2022 dan Miss Universe Indonesia 2022 Laksmi DeNeefe Suardana, prosedur 'body checking' yang dilaluinya tahun lalu berbeda dengan yang terjadi tahun ini.

Tahun ini, Puteri Indonesia sudah tidak berkaitan dengan Miss Universe, dengan adanya organisasi baru bernama Miss Universe Indonesia.

"Prosedur body checking [di Puteri Indonesia] memang ada, tapi di ruangan tertutup, dengan hanya dua juri perempuan dan kita tetap memakai busana," katanya.

"Body checking is simply untuk memperlihatkan kebugaran kita atau mungkin mengecek kalau kontestannya ada tato atau modifikasi tubuh."

Laksmi juga mengatakan bahwa pemeriksaan ini dilakukan di ruangan yang tanpa CCTV, tidak difoto, apalagi tanpa busana.

Laksmi menambahkan, dirinya sudah memberikan 'consent' atau persetujuan untuk melakukan prosedur 'body checking' Puteri Indonesia ini.

"Kita cuma pakai bikini, mungkin diminta untuk jalan sedikit, karena tujuannya untuk sesi bikini di ajang internasional juga," katanya.

"Jurinya cuma melihat, 'oke, tubuh kamu proporsional ... [bahwa] kita confident dengan tubuh kita, tubuh kita sehat, dan enggak ada luka-luka yang major [parah] mungkin."

Pemeriksaan tubuh ini menurutnya juga dilakukan agar supaya bila ditemukan luka, ada upaya perawatan atau penanganan yang bisa dilakukan atau "dipercantik."

Atau untuk melihat kalau kontestan memiliki tato.

"Karena Puteri Indonesia masih memegang budaya timur, jadi mungkin mereka kalau bisa perempuannya tidak memiliki tato yang besar di punggung, jadi mungkin perlu dilihat saja," katanya.

"Mereka perlu tahu, mereka ingin tahu kalau Puterinya itu ada tato, karena itu juga merefleksikan personality kita atau mereka."

Ia menyayangkan apa yang terjadi saat ini dan dampaknya bagi dunia kecantikan Indonesia.

"Karena Puteri Indonesia sudah membangun reputasi mereka selama 30 tahun dan hal-hal seperti ini menjatuhkannya," kata Laksmi.

"Puteri Indonesia hanya ingin memberdayakan perempuan."

Senada dengan pengakuan Laksmi, dari informasi yang didapat ABC Indonesia, beberapa mantan finalis Puteri Indonesia yang pernah menjalani proses ini pada tahun-tahun yang lalu juga mengatakan body checking hanya dilakukan oleh juri perempuan.

Kalau pun ada bagian tubuh yang ada bekas luka dan butuh difoto, yang difoto hanya bagian spesifik tersebut dan tanpa wajah.

Salah satu keperluannya adalah untuk menentukan jenis busana yang akan dipakai oleh kontestan, apakah busana yang diperlukan harus menutupi bekas luka yang dimiliki, misalnya.  

Yayasan Puteri Indonesia menegaskan pihaknya tidak terlibat dalam penyelenggaran kontes Miss Universe Indonesia.

Tahun lalu, selebriti Thailand dan advokat hak transgender Jakapong "Anne" Jakrajutatip membeli Organisasi Miss Universe seharga $31 juta.

Kontes ini diadakan di Jakarta untuk memilih perwakilan Indonesia yang akan bertanding di kompetisi tahunan Miss Universe yang akan diadakan di El Salvador akhir tahun ini.

Kontes yang diadakan oleh Organisasi Miss Universe, yang dimiliki bersama oleh Donald Trump antara tahun 1996 dan 2002, ini telah berlangsung sejak tahun 1952.

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabel Semrawut Berujung Maut, Tanggung Jawab Siapa?

Berita Terkait