Putus Cinta, Nekat Sodomi Bocah SD

Sabtu, 20 Oktober 2018 – 10:04 WIB
Kekerasan pada anak. Foto: JawaPos

jpnn.com, SURABAYA - Seorang siswa kelas I SD Islam terpadu (SDIT) di kawasan Surabaya Timur menjadi korban sodomi petugas kebersihan di sekolahnya.

Pelaku bernama Abdurrahman Haris sudah diringkus petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya.

BACA JUGA: Murid SD Ajak 2 Teman ke Tempat Kosong, Ternyata Begituan

Aksi bejat pemuda 20 tahun itu terinspirasi video asusila yang dia tonton. Haris tampak cengengesan saat dikeler di halaman Satreskrim Polrestabes Surabaya kemarin (19/10).

Tak terlihat raut penyesalan di wajahnya. Hal tersebut membuat sejumlah anggota berang. "Ojo cengengesan. Kelakuanmu rusak," kata seorang petugas dari unit PPA.

BACA JUGA: Waspada! Korban Sodomi Rentan jadi Pelaku Berikutnya

Sodomi itu dilakukan pada 17 Oktober. Sekitar pukul 08.00, SAS izin kepada gurunya untuk pergi ke toilet.

Lokasi toilet tak begitu jauh dari kelasnya. Sekitar 10 meter dari pintu ruang kelas.

BACA JUGA: Ibu Lihat Anaknya Selesai Disodomi Remaja Sontoloyo

Sang guru yang sedang mengajar juga tak begitu memerhatikan SAS yang bergegas keluar kelas. Di toilet, korban bertemu dengan Haris.

Kala itu tersangka membersihkan sejumlah sudut kamar mandi. Begitu melihat SAS buang air kecil, Haris langsung berpikiran untuk melakukan kejahatan.

Dia kemudian mendekap tubuh korban dari belakang. Haris meminta SAS untuk diam dan menuruti permintaannya. "Kalau nggak diam, mau saya kunci di kamar mandi," tanya Haris seraya mengancam.

"Hasil visum dan pengakuannya jelas," beber Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Ruth Yeni.

Setelah melancarkan aksi bejatnya, pelaku meminta korban untuk tutup mulut dan segera kembali ke kelas. Namun, rasa sakit yang diderita korban tak bisa disembunyikan.

Kejadian itu terungkap setelah ibu korban menanyai SAS. "Setelah mengaku, baru lapor polisi. Besoknya langsung kami tangkap," kata polwan dengan tiga balok di pundak itu.

Kini unit PPA berfokus pada penyembuhan psikis dan mental korban. SAS dan orang tuanya sudah didampingi psikolog untuk melakoni serangkaian konseling.

Namun, tugas Ruth belum selesai. Dia akan memeriksakan kejiwaan dan kesehatan fisik pelaku. Polwan asal Banyuwangi itu khawatir si anak tertular penyakit kelamin.

Sebab, aksi sodomi tersebut sangat berpotensi mendatangkan penyakit. "Secepatnya kami tindak lanjuti biar segera ada kepastian," jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Haris yang baru empat bulan bekerja di SDIT menjelaskan latar belakang kejadian tersebut. Dia mengaku baru saja putus cinta dengan kekasihnya.

Hal tersebut membuatnya frustrasi. Hingga akhirnya, Haris tenggelam dalam pengaruh video porno yang dia tonton. "Baru putus, khilaf, bingung juga," katanya.

Pelaku asal Kalisari, Mulyorejo, tersebut mengatakan bahwa saat itu hawa nafsu menguasai dirinya. Haris mengaku seperti keranjingan saat melihat paras SAS. "Anaknya ganteng, putih," ucapnya.

Dia mengaku baru SAS saja korbannya. Belum ada anak lain di sekolah itu yang dimangsanya. Meski begitu, Ruth bakal menelusurinya. Peristiwa itu harus dijadikan pelajaran.

Kelengahan pihak sekolah atas kasus tersebut membuat publik harus waspada. "Pelaku kekerasan seksual pada anak biasanya orang dekat dan berada di sekitar lingkungannya," tandasnya. (mir/c7/eko/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tepergok Begituin Bocah, Ternyata Korban Wisnu sudah Banyak


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler