jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komite I DPD RI Abdul Rachman Thaha menanggapi kasus Satpol PP Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan diduga melakukan pemukulan terhadap pasangan suami istri.
Oknum Satpol PP Gowa tersebut melakukan perbuatan tidak terpuji saat operasi penertiban pelanggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Panciro, Kabupaten Gowa, Rabu (24/7).
BACA JUGA: Kabar Terbaru Kasus Satpol PP Gowa Menampar Perempuan Hamil
Kejadian pemukulan itu menimpa korban bernama Nurhalim alias Ivan Van Houten dan istrinya, Amriana alias Riana yang disebutkan tengah hamil delapan bulan.
"Memang tidak bisa dibenarkan melakukan pemukulan. Apalagi jika warga tidak memperlihatkan gelagat melakukan kekerasan. Maka, petugas sepatutnya tetap mengendalikan diri dan menggunakan pendekatan persuasif," ucap Rachman Thaha di Jakarta, Kamis (15/7).
BACA JUGA: Pasutri Ini Nekat Berbuat Terlarang Demi Bayaran Rp 8 Juta, Ya Ampun
Senator asal Sulawesi Tengah (Sulteng) itu menilai peristiwa pemukulan itu barangkali merupakan bukti bahwa personel yang berurusan dengan pengendalian Covid-19 sesungguhnya juga bisa merasa capek.
Terlebih hampir dua tahun mereka terus-menerus dituntut untuk melakukan penertiban yang berarti diharuskan menjadi panutan bagi masyarakat.
BACA JUGA: Mengaku Kesal, IZ Mengadang dan Merusak Ambulans Pembawa Pasien Covid-19, Sontoloyo
"Tugas sebagai role model bukan tugas ringan karena menuntut pengembannya menutupi atau bahkan mengabaikan sisi kemanusiaan mereka sendiri," ucap Rachman.
Artinya, lanjut dia, sebagai bagian dari masyarakat, petugas pun bisa mengalami konflik batin.
Pada satu sisi, katanya, mereka sadar ada tugas yang harus mereka jalankan. Sementara di sisi lain, mereka menyaksikan banyaknya kesempitan hidup yang dialami masyarakat di lapangan.
"Dan, boleh jadi kesempitan itu semakin menjadi-jadi akibat tugas penertiban yang tengah mereka laksanakan," ujar Rachman.
Dengan gambaran itu, dia menyebut semua lapisan masyarakat, baik yang berseragam maupun tidak berseragam sama-sama bisa tertekan dan itu berdampak terhadap ketenteraman hidup mereka.
"Tidak hanya personel di lapangan, masyarakat luas pun perlu mengendalikan diri mereka. Semua pihak harus menjauhi perbuatan yang memprovokasi sekaligus menjaga diri agar tidak terprovokasi," pungkas Abdul Rachman Thaha. (fat/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam