Raeni Saat Wisuda Dulu Diantar Ayah Naik Becak, Kini? Wouw

Minggu, 11 Maret 2018 – 00:05 WIB
Raeni saat mengajar di Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang. Foto: ADENNYAR WYCAKSONO/JAWA POS RADAR SEMARANG

jpnn.com - Raeni mampu membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan halangan meraih mimpi. Dia sukses dalam bidang pendidikan. Bahkan, kini dia lolos mendapat beasiswa S3 di Birmingham of University Inggris. Seperti apa?

ADENNYAR WYCAKSONO

BACA JUGA: Berjuang dari Anak TK, Baru Sekarang Dapat Lahan Tani

MASIH ingat Raeni? Ya, dialah wisudawati Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada 2014 silam yang berangkat ke lokasi upacara wisuda diantar ayahnya, Mugiono, naik becak.

Gadis asal Langenharjo, Kendal yang lulus dari Fakultas Ekonomi UNNES dengan IPK 3,9 ini sekarang sudah menjadi dosen di almamaternya.

BACA JUGA: Beragam Respons PNS soal Rencana Perubahan Skema Pensiun

Pada 2016, Raeni juga sudah lulus S2 di Birmingham of University. Bahkan, tahun ini, ia kembali bersiap melanjutkan S3 di universitas yang sama.

Ia sedang mengejar cita-citanya untuk mengabdi dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan untuk negeri ini.

BACA JUGA: Kisah Pengatur Lalu Lintas Pesawat di Bandara Soetta

Setelah lulus S2, Raeni memang mengajukan diri untuk menjadi dosen di UNNES. Dengan kegigihannya, Raeni akhirnya diterima menjadi dosen non-PNS jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi.

“Memang passion saya mengajar, saya sebelumnya jadi asisten dosen. Baru Januri 2017 lalu, menjadi dosen,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Raeni mengaku, kegigihannya dalam bidang akademis ternyata tidak selalu mulus. Bahkan ia harus melewati beberapa tahap hingga mendapat unconditional offer letter untuk melanjutkan studi S3.

Ia mengaku sudah mendaftar ketika masih menjadi mahasiswa S2. “Sempat masuk list beasiswa dari sana, namun tidak mengover semua biaya,”ucapnya.

Akhirnya, Raeni pun mencoba mendaftar dari beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Tanpa disangka ia berhasil, dan pada 19 Januari lalu dinyatakan lulus beasiswa lanjutan Magister ke Doktoral Lembaga Pengelolaan dan Pendidikan Kementerian Keuangan.

“September tahun lalu sebenarnya bisa, namun saya minta ada penundaan, karena masih seleksi beasiswa. Akhirnya, tahun ini bisa berangkat dan mulai kuliah 1 Oktober mendatang,” paparnya.

Mengenyam pendidikan setinggi-tingginya ternyata bukan hanya untuk membuat kedua orang tuanya bangga.

Namun Raeni punya komitmen untuk mengabdi kepada bangsa Indonesia melalui jalur akademis, dan bisa berkontribusi lebih bagi Indonesia.

“Saya lakukan demi Indonesia, apalagi saya sudah dibiayai negara sejak S1. Saya ingin mengabdi dan memberikan kontribusi,”tegasnya.

Apa yang ia dapatkan ini memang tak lepas dari kayuhan becak Mugiono, ayah tercinta. Ya walaupun becak tersebut kini sudah tidak lagi dikayuh kaki renta Mugiono, yang kini menjadi penjaga malam di SMK Negeri 1 Kendal, namun Raeni akan berusaha menjaga becak itu tetap ada di rumah.

“Becak itu tidak bakal dijual, becak yang punya banyak kenangan. Ketika bapak mengayuhnya, itu luar biasa, bapak 'mengantarkan' saya ke Inggris dengan becaknya,”ujarnya.

Jasa Mugiono dan Sujamah, kedua orang tua Raeni dianggap sangat besar untuk perjalanan hidupnya.

Bulan Februari lalu, gadis manis ini memberikan hadiah kepada kedua orang tuanya untuk berangkat umrah ke Tanah Suci.

Ia mengaku, tidak menyangka bisa melakukan perjalanan ibadah yang sangat didambakan itu bersama kedua orangtuanya.

“Dulu sih iseng ikut arisan umrah di kalangan dosen UNNES, sempat terkendala juga, apalagi dulu hanya asisten dosen. Namun saya diizinkan ikut arisan tersebut oleh pengelolanya,” katanya.

Ia mengaku tidak tahu kapan arisan dimulai, namun ketika di Inggris ia kaget setiap bulan tabungannya berkurang Rp 500 ribu.

Setelah dicek ternyata dipotong untuk arisan umrah. “Pas nyiapin berkas untuk S3, dapat informasi kalau saya dapat arisan umrah,”ceritanya.

Saat itu, mendekati hari Pahlawan, 10 November yang juga merupakan hari ulang tahun ayahnya. Tepat pukul 00.00, ayahnya yang sedang bekerja menjaga sekolah ditelepon.

Saat itu, Raeni mengatakan kalau dirinya memberikan hadiah umrah buat ayahnya. “Pas jam 12 malam bapak saya telepon, beliau terharu,” ujarnya.

Setelah itu, Raeni merasa ibunya yang berulang tahun 1 Desember juga harus dihadiahi umrah. Ia putar otak dan teringat dengan sisa tabungan di Inggris. Akhirnya, sang ibu pun didaftarkan untuk umrah bersama ayahnya.

“Saya akhirnya ikut mendampingi, karena kepikiran orang tua yang hanya berdua berangkat umrah, jadi saya buka tabungan dan reiumberse untuk perjalanan di Inggris yang saya cairkan. Alhamdulillah cukup,” kenangnya.

Ya, sosok Raeni saat diwisuda 2014 silam, menjadi pusat perhatian di lokasi wisuda. Bukan karena nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK)-nya yang mencapai 3,96. Tapi karena kedatangannya yang diantar ayahnya dengan becak.

Itu karena ayah Raeni, Mugiyono, memang seorang tukang becak yang sehari-sehari bekerja di Kelurahan Langenharjo, Kendal, Jawa Tengah.

Ayahnya juga tidak kalah hebat. Meski hanya berpenghasilan Rp 10 ribu - Rp 50 ribu per hari, Mugiyono mampu memotivasi anaknya untuk mencapai gelar sarjana.

Memang, Mugiyono tak sepenuhya menanggung biaya kuliah Raeni. Sebab selama mengikuti proses perkuliahan, Raeni mendapat beasiswa Bidikmisi berkat prestasinya yang kerap memperoleh indeks prestasi 4. (*/aro)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenang Detik-detik Pesawat Merpati Terhempas, Braaak!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler