jpnn.com - jpnn.com - Sekilas, tidak ada yang berbeda dari seorang Ragil Fachrul Annas Muttaqin (16). Berperawakan sedang, dia seperti siswa Sekolah Menengah Atas pada umumnya. Decakan kagum mengalir ketika Ragil memperkenalkan diri.
“Vorstellen, mein Name Ragil Fachrul Annas Muttaqin, Klasse 11 bei SMA Negeri 1 Kepanjen,” ujarnya dalam Bahasa Jerman.
BACA JUGA: Pesan Pak Jokowi untuk Para Guru
Ragil merupakan salah satu pemenang dari Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional kerja sama Goethe Institute Indonesie, di Jakarta, Rabu (1/2).
Perkenalan siswa kelas XI ini dengan bahasa Jerman berawal dari kekagumannya terhadap perkembangan teknologi di negara federasi ini.
BACA JUGA: Maaf Bapak Ibu Guru, Sudah tak Ada Dana Insentif
“Dari awal kelas 10, yaitu mulai November 2015. Saya melihat Jerman itu negara teknologi jadi saya tertarik dengan teknologi,” ujarnya.
Dia mengakui untuk mendalami teknologi, lebih dulu harus mempelajari bahasa Jerman.
BACA JUGA: 9 Kunci Sukses dari Jenderal Gatot untuk Siswa SMA
“Jadi, dengan bahasa, saya bisa belajar banyak lagi. Untuk itu, saya pelajari bahasa Jerman dahulu. Nantinya, kepingin kuliah teknologi di sana,” jelasnya penuh semangat.
Selama mengikuti olimpiade, dari 31 Januari 2017 sampai 1 Februari 2017, siswa dengan pemintaan Sastra ini pun ditemani dengan seorang guru pendamping, yaitu Asriatull Fajriah, guru Bahasa Jerman di SMAN 1 Kepanjen.
Sebagai guru, Asriatull mengakui memiliki kemampuan bahasa asing di kalangan siswa sebagai penerus bangsa sangat penting yaitu sebagai jembatan untuk memahami ilmu yang lain.
“Pelajari bahasa asing dan salah satunya Bahasa Jerman, karena (dengan kemampuan bahasa) bisa menguasai ilmu apapun. Awalnya ya harus menguasai bahasa,” ujarnya.
Saat memberikan piagam penghargaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pun berpesan agar para siswa memiliki penguasaan bahasa asing.
“Para siswa, khususnya generasi muda perlu menguasai bahasa asing, ada tiga alasan penting untuk itu,” ujar Muhadjir.
Menurutnya, alasan pertama yaitu bahasa asing adalah elemen dasar berkomunikasi untuk menguasai abad 21. Kedua, para siswa bisa lebih mengenal dan menghargai budaya dari negara lain.
“Pencapaian bahasa asing bukan sekadar mengubah pencapaian bahasa ibu ke bahasa asing tapi yang terpenting menghargai budaya yang lengkap adanya,” tegasnya.
Ketiga, terdapat berbagai studi yang menunjukkan siswa yang memiliki ketrampilan bahasa asing lebih aktif, kreatif, dan luwes dari siswa yang hanya memiliki ketrampilan satu bahasa.
Di akhir perjumpaan, Ragil berpesan kepada anak-anak Indonesia yang sedang dan akan belajar bahasa Jerman, sebagai salah satu minat bahasa asing yang akan dipelajari.
“Belajar bahasa Jerman itu kuncinya nggak boleh gampang menyerah. Kalau sudah menyerah di awal ya tidak bisa karena memang bahasa Jerman itu sulit. Harus pantang menyerah,” jelasnya.
Sebaliknya, guru Asriatull justru berpesan agar guru, sebagai pendidik tetap kreatif memancing minat siswa dalam mempelajari bahasa asing.
“Kalau mengajari anak-anak, itu awalnya mereka tidak tertarik tapi harus guru yang memancing, seperti saya dengan memperkenalkan kosa kata bahasa Jerman yang agak-agak mirip dengan kosa kata Bahasa Jawa,” jelasnya.
Selain itu, dia pun menempuh dengan menceritakan karakteristik negara Jerman yang disukai siswa, dan membagikan pengalaman menarik seputar negara Jerman.
“Karena siswa saya kebanyakan suka bola dan mereka tau Jerman juara Piala Dunia ya saya bahas mengenai itu, pokoknya untuk buat mereka tertarik,” tandasnya.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru PNS Masih Kurang, kok Dibilang Berlebih Sih Pak!
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad