jpnn.com - BATAM - Bayi Rahma dan Rahmi kini menginap di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Awal Bros (RSAB), paska operasi pemisahan Minggu (14/8) lalu. Ruangan ini sangat tertutup. Hanya tim medis dan orang tua yang boleh berkunjung.
"Tamu lainnya, maaf, belum bisa berkunjung dulu," kata Direktur RSAB, dr Widya Putri, MARS seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group), hari ini (16/8).
BACA JUGA: Pulang dari Kafe Mulut Berbusa, Nyawa Tiada, Ternyata...
Penempatan kedua bayi di ruang khusus bertujuan untuk menjaga supaya tidak terjadi komplikasi. Komplikasi itu berbentuk infeksi. Dengan berada di ruang khusus, penjagaan terhadap keduanya dapat diperketat.
Ketua Tim Kembar Siam Kepulauan Riau, dr Indrayanti, SpA-MARS, mengatakan, perkembangan kedua bayi itu akan terus dipantau. Selama 24 jam, perawat akan selalu berjaga di sana
BACA JUGA: Menpar Ingin Kepri sebagai KEK Pariwisata Disambut Baik Elit Daerah
"Ingin ke toilet pun, perawat itu harus mencari penggantinya untuk berjaga," kata dr Indrayanti.
Kondisi keduanya terpantau stabil. Rahmi sudah mulai bernafas normal. Sementara Rahma masih menggunakan alat bantu pernafasan. Alat bantu itu untuk menstabilkan kondisi tubuhnya yang kelelahan lantaran menjalani dua kali operasi, kemarin.
BACA JUGA: 1945 Bendera Merah Putih Berkibar di Merauke
Rahma menjalani operasi pulmonary artery banding (PA banding) usai operasi pemisahan. Dalam operasi tersebut, dr Heroe Soebroto, SpB-TKV dan dr Victor J Nababan, SpB-TKV memasangkan sabuk pada pembuluh darah paru bayi mungil itu.
Operasi itu dilakukan sebagai tindakan pencegahan kondisi terburuk. Yakni, jika ia tidak mampu mandiri. Sebab, kemungkinan, sebelumnya ia bergantung pada saudarinya.
"Ketika dipisah, bisa terjadi hal-hal yang menurunkan kondisi jantungnya. Kami menghindari hal itu," kata dr Heroe Soebroto, Dokter Spesialis Bedah Thorax Kardio Vaskular RSUD dr Soetomo Surabaya.
Sabuk itu, namun demikian, tidak bisa selamanya mengurangi resiko gagal jantung. Bayi Rahma yang hanya memiliki satu bilik jantung masih terancam gagal jantung. Yaitu, kondisi sesak nafas lantaran banyaknya darah yang masuk ke paru-paru.
Dokter Spesialis Jantung Anak RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Mahrus A Rahman, SpA(K) mengatakan, Rahma harus mendapat tindakan selanjutnya satu hingga dua bulan kemudian. Tindakan itu bernama Bidirectional Cavo Pulmonary Shunt (BCPS).
Dalam tindakan itu, dokter akan memotong pembuluh balik atasnya yang tersambung ke jantung untuk kemudian disambungkan ke pembuluh darah paru. Ini supaya darah kotor dari tubuh bagian atas dapat disalurkan ke paru-paru untuk dibersihkan.
"Jadi supaya biliknya itu hanya berisi darah bersih," tutur dr Mahrus.
Operasi itu kemudian juga harus dilanjutkan dengan tindakan Fontan. Ini tindakan lanjutan untuk menyambungkan pembuluh balik bawah Rahma ke pembuluh darah paru. Dengan demikian, bilik Rahma murni hanya akan terisi darah bersih.
"Fontan itu dilakukan sekitar setahun setelah (tindakan) BCPS," ujarnya lagi.
Tim dokter belum memutuskan akan melakukan operasi lanjutan itu di Batam atau Surabaya. Menurut tim, lokasi operasi sangat ditentukan oleh kondisi pasien. Tim akan memantau perkembangan kondisi jantung Rahma sebelum memutuskannya.
Dr Mahrus mengatakan, ada sejumlah syarat layak operasi yang juga harus dimiliki Rahma. Satu yang utama, tekanan darah di pembuluh balik atas Rahma tidak boleh lebih dari 15 mm/Hg. Saat ini, tekanan darah di pembuluh balik atasnya tercatat sebesar 76 mm/Hg.
"(Tekanan darahnya) masih tinggi. Mungkin ini karena baru saja operasi. Lambat laun semoga tekanannya berkurang," jelasnya
Selain mengalami kelainan dengan hanya memiliki satu bilik, jantung Rahma juga berada di posisi yang lain dari manusia normal. Jika jantung manusia normal berada di kiri, jantung Rahma berada di sebelah kanan.
Menurut dr Mahrus, pergeseran posisi jantung itu karena terhimpit badan saudarinya. Tim dokter tidak pernah menyadarinya karena selama ini tidak pernah melakukan rontgen dari depan. Rontgen selalu dilakukan dari samping. Setelah terpisah, barulah tim dokter melakukan rontgen dari depan.
"Tapi tenang saja, (posisi yang lain dari yang lain) ini tidak berpengaruh ke kesehatannya," katanya.
Bayi Rahma-Rahmi merupakan bayi kembar siam pertama yang berhasil dipisahkan di Batam. Pemisahan kedua putri pasangan Junaidi Bakri Ratulolly dan Warmin Bahruddin itu dilakukan di RS Awal Bros, Minggu (14/8) lalu. Operasi itu dilakukan oleh Tim Dokter Kembar Siam Kepulauan Riau dengan supervisi Tim Dokter Kembar Siam Surabaya. (ceu/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi dan Massa KNPB Saling Lempar Batu, 16 Orang Diamankan
Redaktur : Budi