jpnn.com - KIEV - Petro Poroshenko resmi menjadi kepala negara Ukraina. Sabtu (7/6) politikus 48 tahun itu mengikrarkan sumpah kepresidenan dalam upacara pelantikan yang dihadiri Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joseph Biden dan beberapa politikus AS lainnya. Dia berjanji mempersatukan Ukraina di bawah kepemimpinannya.
"Saya akan mendatangkan perdamaian di negeri ini," tegas Poroshenko dalam pidato perdananya sebagai presiden. Kemarin upacara pelantikan di Kota Kiev itu menggunakan dua bahasa. Yakni, bahasa Ukraina dan Rusia. Sebagai presiden, alumnus National University of Kyiv itu juga otomatis menyandang gelar panglima militer. Karena itu, dia berhak menunjuk menteri pertahanan dan menteri luar negeri.
BACA JUGA: Juan Carlos Jadi Raja Spanyol Terakhir?
Selain bersumpah akan mempersatukan Ukraina dalam perdamaian, Poroshenko berjanji merebut kembali Crimea. Kiev kehilangan kendali atas wilayah yang terletak di perbatasan Ukraina dan Rusia tersebut setelah referendum yang menguntungkan Moskow. Tapi, bapak empat anak itu tidak memaparkan cara yang akan ditempuh untuk menegakkan kembali kedaulatan Ukraina atas Crimea. "Crimea adalah bagian dari Ukraina dan akan tetap demikian pada masa sekarang dan mendatang," tegas Poroshenko.
Dalam pidatonya, pria yang lebih dulu terkenal sebagai pebisnis berjuluk Raja Cokelat itu juga menegaskan bahwa bahasa Ukraina akan menjadi bahasa satu-satunya di negeri berpenduduk sekitar 44 juta jiwa tersebut. Tapi, dia juga tidak akan langsung menghapus pemakaian bahasa Rusia.
Sehari sebelum menjalani pelantikan, Poroshenko sempat bertemu Presiden Vladimir Putin di sela peringatan D-Day atau hari pertama pendaratan sekutu di wilayah Normandia. Dalam pertemuan itu, mereka banyak membahas pergolakan di wilayah timur Ukraina. Putin menegaskan bahwa Rusia sama sekali tidak terlibat dalam aksi yang belakangan memunculkan banyak kelompok separatis tersebut.
Terkait dengan isu separatis, Poroshenko mengaku bakal mengajak kelompok-kelompok separatis di sebelah timur untuk berdialog. Dia juga mengimbau seluruh kawanan separatis bersenjata untuk meletakkan senjata. "Tapi, pemerintah tidak akan berdialog dengan kelompok kriminal dan pembunuh," ujarnya mengenai kelompok separatis bersenjata yang suka menggunakan kekerasan.
Kekerasan di wilayah timur Ukraina yang berkobar sejak akhir tahun lalu telah menewaskan sekitar 200 orang. Kiev telah mengerahkan sejumlah besar pasukan ke wilayah-wilayah konflik tersebut. Tapi, sampai sekarang konflik masih berlangsung dalam skala lebih kecil. Kemarin setelah menjalani pelantikan sederhana, Poroshenko menginspeksi militer Ukraina di lapangan dekat Katedral Sophia.
Publik menyambut baik rencana presiden ke-5 Ukraina itu untuk berdialog dengan separatis. Mereka berharap diplomasi bisa mengakhiri pergolakan. "Jika menuruti emosi, saya ingin pemerintah menggempur kelompok teroris (separatis bersenjata). Tapi, itu tidak mungkin tanpa mengorbankan warga sipil. Negosiasi akan menjadi cara yang lebih baik," kata Taras Danchuk, seorang pendukung Poroshenko. (AP/AFP/hep/c5/kim)
BACA JUGA: Junta Militer Kembali Cabut Jam Malam di Tiga Daerah
BACA JUGA: Badan Intelijen CIA Mulai Gabung di Twitter & Facebook
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibebaskan Taliban, Kondisi Bergdahl Terus Membaik
Redaktur : Tim Redaksi