Ramadhan, Masyarakat Makin Konsumtif

Sabtu, 22 Agustus 2009 – 16:52 WIB

JAKARTA -- Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Icshan Modjo mengaku heran dengan fenomena unik setiap menjelang dan masa Ramadhan di tanah airPermintaan terhadap berbagai jenis kebutuhan pokok malah meningkat di bulan Ramadhan ini

BACA JUGA: Menteri Sidak ke Pasar Bukan Solusi

Fenomena ini hanya terjadi di Indonesia
Dia membandingkan dengan Malaysia, yang pada bulan seperti ini justru terjadi penurunan permintaan jenis kebutuhan pokok.

"Ini fenomena unik khas Indonesia, harga melonjak naik menjelang dan selama Ramadhan

BACA JUGA: Sudah 3 Tahun Spekulan Beras Tiarap

Di negara lain seperti Malaysia, harag malah turun
Di Indonesia harga naik karena permintaan naik

BACA JUGA: Jelang Lebaran, Jangan Jual Tiket Seenaknya

Jadi, secara psikologis, masyarakat Indonesia itu sangat konsumtifMaaf, Ramadhan sepertinya bukan waktu untuk hidup bersahaja, tapi malah identik dengan pesta-pestaLihat saja, acara buka bersama digelar di hotel-hotel," ujar Ichsan Modjo dalam diskusi bertema 'Kemarau dan Stok Pangan' di Jakarta, Sabtu (22/8)

Menurutnya, kenaikan harga kebutuhan pokok di bulan Ramadhan biasanya bukan karena disebabkan buruknya distribusi jenis komoditi ituTapi, biasanya malah dipicu perilaku para pedagang di pasar-pasar tradisional"Jadi, biasanya malah pedagang yang main-main dengan menaikkan hargaJadi, ibu-ibu yang belanja ke pasar tradisional harus pintar menawarJangan lantas mau membeli bila harga beras dipasang tinggiNggak usah takut kehabisan stok," ujarnya.

Ichsan menjelaskan, melonjaknya harga barang khususnya bahan pangan, memasuki bulan puasa dan Idul Fitri, salah satunya dipicu oleh kebutuhan konsumen yang dinilai terlalu berlebihanDengan kondisi ini masyarakat diminta harus disikapi dengan rasional“Menjelang hari raya, masyarakat jadi tidak rasional, membeli dalam jumlah banyak dan menimbunnya (distok)Itu hanya akan mendorong spekulasi dan kenaikan harga,” katanyaPerilaku itu, kata Ichsan, karena pedagang berhasil memanfaatkan moment penting untuk melakukan kenaikan harga barang yang ternyata mau tak mau harus diterima oleh para konsumenMenurutnya, kenaikan harga yang coba dilakukan satu dua pedagang, seharusnya ditolak.

Konsumen berhak beralih ke kios pedagang lainnya yang kemungkinan besar masih menjual dengan harga lama“Tapi 'kan kenyataanya ketika pembeli terpengaruh dengan kenaikan harga, itu akan menjadi kenaikan umumKonsumen harus rasional, jangan termakan umpan atau spekulasi kenaikan harga,” katanya.

Tidak bisa dipungkiri memang, terang Ichsan, perilaku penimbunan barang dalam rumah tangga sedikit banyak dipengaruhi peristiwa kelangkaan barang yang sempat terjadi pada tahun 1997/1998 lalu“Pemerintah sudah menjamin bahwa stok aman, maka kita harus menyakini kalau sekarang kondisinya aman,” katanya

Ichsan menjelaskan, berdasarkan penelitian yang pernah dia lakukan, ketika terjadi lonjakan harga-harga kebutuhan pokok, yang menikmati adalah para pedagang besarSementara, pedagang kecil di pasar-pasar tradisional hanya kecipratan sedikit saja"Margin terbesar dinikmati pedagang-pedagang besar yang bisa mencapai 20 hingga 35 persen" ujar Ichsan(rie,sam/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Desak Impor Gula untuk Ramadhan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler