Ramdan Masih Transfusi Darah

Sabtu, 08 Mei 2010 – 05:48 WIB

SURABAYA - Kondisi Ramdan Aldil Saputra, pasien transplantasi liver pertama di RSUD dr Soetomo Surabaya, kemarin (7/5) semakin mengkhawatirkanHingga pukul 20.00 tadi malam, perdarahan melalui duburnya belum bisa dihentikan.

Menghentikan perdarahan tersebut  bukanlah pekerjaan mudah

BACA JUGA: Bertemu Ayah-Ibunya, Ramdan Menangis

Sebab,  dari pemeriksaan endoskopi yang dilakukan pada pukul 00.30 dini hari kemarin (7/5), terlihat jelas bahwa kondisi lambung, esophagus (leher lambung), maupun pylorus (pintu antara lambung dan usus) Ramdan "bersih?
Artinya, tidak ada sumber perdarahan di bagian tersebut

BACA JUGA: Belum Bisa Pastikan Ramdan Alami Rejeksi Akut



Begitu pula ketika dilakukan kolonoskopi (pemeriksaan dengan cara memasukkan kamera ke dalam usus melalui dubur)
Di sepanjang usus besar dan pintu masuk usus 12 jari juga tidak terlihat sumber perdarahan.

Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa perdarahan itu berasal dari pecahnya pembuluh darah di bagian tengah usus 12 jari

BACA JUGA: Ramdan Alami Gejala Rejeksi Akut

Untuk diketahui, bagian ini tidak bisa dilihat, baik dengan endoskopi maupun kolonoskopi, lantaran letaknya terlalu dalam dan diameternya sangat kecil.

Untuk semakin memastikan dugaan bahwa perdarahan itu berasal dari pecahnya pembuluh darah di bagian tengah usus 12 jari, tadi malam dilakukan pemeriksaan angiografi terhadap RamdanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti posisi pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan.

Melihat pola perdarahan Ramdan yang deras dan sulit dihentikan,  diduga kuat penyebabnya adalah pecah atau bocornya arteri (pembuluh darah yang menjadi jalan darah dari jantung ke seluruh tubuh)Seperti diketahui, kondisi pembuluh darah Ramdan secara keseluruhan sangat rapuh sehingga mudah pecah.

Jika dugaan-dugaan itu benar, maka saat angiografi itu, akan dilakukan pula embolisasi (penambalan) pada pembuluh-pembuluh darah yang koyak dan menjadi sumber pendarahanDengan ditambalnya pembuluh-pembuluh darah yang koyak itu, diharapkan pendarahan pada Ramdan bisa dihentikan.

Total darah yang keluar dari tubuh Ramdan sejak pukul 03.00 Kamis lalu (6/5) hingga pukul 06.00 kemarin  mencapai 4.500 ccYang terjadi kemarin, sejak pukul 08.00 hingga 17.00, jumlahnya sudah mencapai 6.500 ccJadi, total perdarahan yang dialami mantan penderita atresia bilier itu sejak Kamis hingga kemarin mencapai 11.000 cc atau 11 literIni berarti 13,75 kali volume darah di seluruh tubuh putra bungsu guru dari Trenggalek, Jawa Timur, itu.

Dari jumlah darah yang keluar saja, orang awam pun bisa membayangkan betapa kritisnya kondisi RamdanTetapi, bocah ini adalah pejuang yang hebatNah, itulah yang justru membuat banyak orang, termasuk para dokter, perawat, dan petugas lain yang terlibat dalam tim transplantasi hati, menjadi sangat trenyuh.

Bayangkan, dalam kondisi sekritis itu, bocah 3,5 tahun tersebut tetap  menunjukkan semangat dan keinginan untuk hidup yang sangat tinggiBocah kelahiran 27 September 2006 itu hanya mengalami shock berat pada Kamis lalu, pada awal terjadinya perdarahan.

Bukti semangat dan kegigihan perjuangannya untuk hidup adalah  dia tetap sadarBahkan, ketika dipanggil namanya, dia masih bisa melirikDia juga masih bisa memberikan isyarat bahwa dia sedang haus.

Ketika ke bibirnya didekatkan sendok kecil berisi cairan glukosa 5 persen, bibir mungilnya yang pucat langsung dibukaPada suapan yang kedua dan seterusnya, dia bisa membuka mulut agak lebar ketika diberi aba-aba "aaak?

Kecuali itu, Ramdan sepanjang hari kemarin selalu berusaha meraih dan menggenggam kuat tangan dokter yang ada di dekat tangannyaSeakan dia ingin mencari tambahan kekuatan untuk memenangkan pertarungan melawan perdarahan selama dua hari tersebut.

Genggaman itu terasa menguat,   bersamaan dengan tangisnya pada detik-detik menjelang keluarnya darah segar dan bekuan darah dari duburnyaKalau darah sudah menyembur keluar, tangisnya akan reda.

Melihat bahasa tubuhnya itu,   kemarin tim dokter memutuskan untuk sekali lagi mempertemukan Ramdan dengan ayah dan ibunya,  yang memang ingin sekali bertemu dengan anak laki-laki semata wayangnya ituPertemuan tersebut berlangsung kemarin sore, selama kurang lebih 40 menitSelama pertemuan, suami istri yang sama-sama menjadi guru itu tidak berhenti membaca salawat di telinga Ramdan

Ramdan memang paling suka jika diperdengarkan salawat, suara azan, dan surat-surat pendek AlquranKetika dia koma Kamis lalu, tape yang memutar suara azan dan surat-surat pendek Alquran selalu berada di dekatnya untuk dia dengarkan.  Hingga kemarin pun, tape itu tetap berada di dekatnyaBerbeda dengan pertemuan sebelumnya, kemarin Ramdan menggenggam kuat jari-jari ibunya

Suami istri ini memang tidak tampak menitikkan airmata selama berhadapan dengan putra mereka yang malang ituTetapi, dari suara dan ekspresi wajah mereka, terlihat jelas adanya rasa duka yang sangat dalamKarena itu, beberapa kali Bambang Sutondo Winarno, ayah Ramdan, memberikan isyarat istrinya agar segera meninggalkan sang anak

Menjelang akhir pertemuan, Ramdan menangis kuat meski tanpa suaraBukan karena tidak ingin berpisah dengan ayah ibunya, tetapi karena saat itu dia merasakan sakit perut yang luar biasaTangisnya baru mereda setelah sekitar 200 cc darah segar dan beku menyembur dari duburnyaItu terjadi dua kali  sepanjang pertemuan orang tua dengan anak tersebut.

Baik Sulistyowati, sang ibu, maupun Bambang, ayahnya, sama-sama tidak tahu apa yang sedang dialami anaknya saat mereka bertemuSebab, tubuh bagian bawah Ramdan ditutup dengan selimutSelain itu, dr Philia Setiawan SpAn-KIC, dr Bagus Setyoboedi SpA, dr Arie Utariani SpAn-KIC, serta tiga calon spesialis anestesi/critical care yang mendampingi Ramdan selama pertemuan itu juga berusaha kuat menyembunyikan perdarahan yang terjadi selama pertemuan tersebut.

Tetapi, sang ayah, rupanya, cukup sensitif untuk membaca gerak tubuh para dokterKarena itu, secara perlahan, dia berbisik kepada Jawa Pos, "Masih keluar ya, Bu perdarahannya" Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, tetapi juga tidak mungkin tidak dijawabKetika Jawa Pos mengangguk pelan-pelan, suami istri itu langsung menunduk sambil berucap lirih, "Ya Allah"

Sejak perdarahan Kamis pagi lalu,  dokter memutuskan untuk membantu pernapasan Ramdan dengan ventilator (alat bantu napas) dan menghangatkan cairan infusnyaSebenarnya, sampai tadi malam pun, Ramdan masih sanggup bernapas sendiri karena paru-parunya memang tidak mengalami gangguan apa punTetapi, karena tubuhnya terlalu lemah, kemampuan itu tidak bisa dia perlihatkan

"Tensi, denyut nadi, dan pernapasan,  semua terkendali," kata Ketua Tim Liver Transplant RSUD dr Soetomo  dr Sjamsul Arief SpA(K) MARS dalam konferensi pers kemarinSelama perdarahan berlangsung, kondisi liver baru Ramdan berfungsi bagusItu bisa dilihat dari indikator-indikatornya yang berada di range normal

Bola matanya pun, yang sebelumnya menguning -setelah sempat putih pascatransplan hati-, tetap bertahan putihArtinya, distribusi bilirubinnya bagusDengan kata lain, saluran empedunya yang dibuat dengan cara menyambungkan saluran empedu dari potongan liver ibunya ke usus 12 jarinya berfungsi baik.(rum/c1/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pindad Ganti Mesin Panser


Redaktur : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler