jpnn.com, JAKARTA - Upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang melibatkan mantan kombatan dinilai sebagai langkah cerdas untuk menyempurnakan program deradikalisasi.
"Inisiatif BNPT yang melakukan pemasyarakatan aktual dan riil terhadap orang-orang yang pernah terlibat dalam aksi teroris merupakan langkah konkret dari gagasan deradikalisasi, di mana BNPT membuktikan bahwa mereka dan lingkungannya mampu berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan masyarakat lebih luas," kata Ketua SETARA Institute Hendardi di Jakarta, Kamis (6/4).
BACA JUGA: Suhardi Beber Kiat Lawan Terorisme di Singapura
Seperti diketahui, Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius melakukan peletakan batu pertama pembangunan TPA Plus dan renovasi Masjid Baitul Muttaqin di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (29/3).
TPA dan masjid itu berada di bawah Yayasan Lingkar Perdamaian yang dipimpin mantan teroris (kombatan), Ali Fauzi Manzi, yang juga adik kandung bomber bom Bali, Amrozi dan Ali Imron.
BACA JUGA: Ingat, Jihad Tak Harus Angkat Senjata
Sebelumnya, Kepala BNPT juga merangkul mantan teroris Khairul Ghazali dengan membangun pesantren dan masjid di Deliserdang, Sumatera Utara.
Menurut Hendardi, langkah kepala BNPT itu adalah jawaban dari penanggulangan terorisme dari hulu sampai hilir.
BACA JUGA: Cegah Terorisme, TNI-Polri Bakal Menyusuri Gunung...
Artinya, pemberantasan terorisme tidak hanya melulu dengan cara penindakan, tetapi juga bisa dilakukan dengan cara kemanusiaan.
"Perlu diketahui, bahwa kata kunci dari deradikalisasi yang selama ini sering diabaikan adalah akseptasi atau penerimaan masyarakat atas mereka yang pernah dihukum karena tindakan terorisme,” ujarnya.
“Stigma dan diskriminasi masyarakat yang terus menerus terhadap mereka seringkali membuat deradikalisasi tidak berjalan optimal dan mendorong mereka untuk kembali melakukan aksi kekerasan sebagaimana dialami beberpa aktor teroris di Samarinda, Cicendo, Thamrin. Karena itu, upaya yang dilakukan BNPT dalam pandangan saya adalah pelengkap dan penyempurna dari kerja deradikalisasi yang selama ini telah dilakukan," papar Hendardi.
Selain itu, Hendardi juga menyarankan agar kerja sama BNPT dengan kementerian lain, lembaga, dan pemerintah daerah harus terus didorong karena kinerja deradikalisasi adalah tanggung jawab bersama.
Sekalipun BNPT menjadi leading sector, tetapi tanpa dukungan banyak pihak, termasuk media, kinerja deradikalisasi sulit berjalan optimal.
Kegiatan peletakan batu pertama pembangunan TPA Plus dan renovasi Masjid Baitul Muttaqin adalah contoh nyata sinergi yang harus terus dilakukan di banyak tempat.
"Kegiatan ini juga tidak boleh hanya berhenti pada level seremonial, tetapi dilanjutkan dengan program-program yang lebih nyata," tegas aktivis hak asasi manusia (HAM) ini.
Menurutnya, secara eksternal, kegiatan semacam ini memberikan pembelajaran yang luas bahwa mereka yang terlibat aksi terorisme dan mendapat stigma berkelanjutan adalah elemen warga negara yang memiliki hak sama untuk hidup dan meningkatkan kualitas kehidupannya, termasuk untuk berkontribusi dalam pembangunan kebangsaan dan kenegaraan.
Hal yang juga penting untuk diperhatikan, lanjut Hendardi, bahwa terorisme adalah puncak dari intoleransi. Karena itu upaya-upaya pencegahan transformasi intoleransi menuju radikal dan menjadi teroris sama pentingnya dengan tindakan represif pemberantasan terorisme.
Semua pihak dituntut bekerjasama untuk mengikis sekecil apapun praktik intoleransi, karena jika kita membiarkan intoleransi menyebar luas, sama artinya dengan membiarkan bibit-bibit terorisme untuk masa yang akan datang. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Sering Main HP, Ortu Tak Boleh Lengah
Redaktur & Reporter : Ragil