Anak Sering Main HP, Ortu Tak Boleh Lengah

Senin, 03 April 2017 – 00:59 WIB
Suhardi Alius. Foto: BNPT

jpnn.com, KEDIRI - Seorang ibu mempunyai peran yang sangat vital di lingkungan rumah karena bisa mendidik anak.

Didikan dari ibu bisa menjadi bekal bagi masa depan anak, termasuk menghindarkan sang buah hati dari paham radikalisme.

BACA JUGA: Pemerintah Garansi Keamanan Pengusaha Pertambangan

Karena itu, seorang ibu harus bisa mendidik dan mengawasi anaknya dari pengaruh bahaya paham radikalisme dan terorisme.

Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Sujardi Alius saat menjadi narasumber di acara pertemuan rutin Himpunan Daiyah Majelis Taklim Muslimat (Hikmat) NU dan Ikatan Haji Muslimat (IHM) NU wilayah Jawa Timur di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Purwoasri, Kabupaten Kediri, Minggu (2/4).

BACA JUGA: Waspada! Ada Pembelah Islam Mengaku Pembela

”Kalau di luar rumah ada guru dan sebagainya, tapi seorang ibu adalah sosok yang paling sering bertemu anaknya di rumah sejak anak itu lahir. Jadi peran ibu sangat penting dalam mendidik anak-anaknya. Saya berharap banyak dari ibu-ibu semua agar dapat menjaga dan mengawasi perilaku anak-anaknya,” ujar Suhardi.

Mantan Kabareskrim Polri ini mengatakan, di era globalisasi, teknologi dan dunia maya sudah sangat berbahaya bagi generasi muda yang tidak dapat memilah mana informasi yang baik dan buruk.

BACA JUGA: BNPT Renovasi Masjid di Kampung Amrozi

“Gara-gara ini (sambil memegang smartphone miliknya) yang menjadi masalah saat ini, semua orang bisa menjadi radikal. Dunia dalam genggaman  Memang ini banyak manfaatnya dari gadget ini, tetapi juga banyak aspek negatifnya,” ujarnya.

Menurutnya, zaman dahulu para pelaku teror harus datang dan bertemu langsung dengan para tokoh teroris dalam melakukan perekrutan atau bai’at.

Namun, hal tersebut sudah tidak lagi dilakukan dan beralih dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

“Sekarang tidak perlu datang langsung, cukup dibai’at melalui online lewat internet. Contohnya si Ivan dalam kasus penusukan pastor di Medan tahun lalu. Itu dia bai’at lewat online,” ujar Suhardi.

Mantan Kapolda Jawa Barat ini juga menceritakan anak-anak usia di bawah 12 tahun yang dibawa orang tua untuk hijrah ke Suriah dan bergabung dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).

“Mereka semua sudah didoktrin oleh orang tuanya. Dikatakan kepada anak-anaknya bahwa negara ini kafir dan diajarkan untuk memusuhi orang-orang yang tidak sepaham dengan ideologinya,” kata mantan Kadiv Humas Polri ini.

Mantan Wakapolda Metro Jaya ini menekankan perlunya pengawasan dari orang tua terhadap anak dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi agar terhindar dari paham radikalisme dan terorisme.

“Karena kalau sudah terkena paham itu, ditambah narkoba dan pornografi anak-anak itu tidak ada masa depannya,” kata pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 itu.

Usai menjadi narasumber di Pondok Pesantren Al Hikmah, sore harinya Suhardi menghadiri dan memberikan sambutan pada acara Peringatan Hari Lahir ke-71 Pengurus Wilayah Mulimat N Jawa Timur serta Pengurus Cabang Muslimat NU Kabupaten dan Kota Kediri.

Acara itu berlangsung di GOR Joyoboyo Kediri dengan dihadiri tidak kurang dari 1.000-an orang Muslimat NU  

Mantan Kapolres Metro Jakarta Barat dan Kapolres Depok ini mengatakan, dirinya hadir di Tenggulun, Selopuro, Kabupaten Lamongan untuk melakukan pembangunan Taman Pendikan Al Quaran dan merenovasi masjid pada Rabu (29/3).

Itu adalah tempat para mantan jihadis peracik dan pelaku bom Bali.

“Para kombatan itu sudah insaf dan mengaku salah atas perbuatannya di masa lalu. Kami hadir di sana untuk menyelamatkan anak-anak dari para mantan kombatan atau pelaku. Anak-anak tersebut harus kami berikan pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang benar,” ujarnya .

Alumnus Akpol 1985 ini meminta Muslimat NU itu lebih peka terhadap lingkungan di sekitarnya dalam mengawasi anak-anaknya.

“Kami minta dengan sangat agar ibu-ibu semua dapat memantau lingkungan di sekitarnya. Biasanya mereka melakukan pertemuan yang tertutup. Kalau sudah melihat kejadian seperti itu tolong dilaporkan ke aparat. Jangan sampai kejadian terlebih dahulu, kita semua yang repot nantinya,” ujarnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Besar UI Minta Kemendikbud Lebih Ketat Awasi Buku


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler