Ranking Pendapatan dari e-Sport: Indonesia Jauh di Bawah Malaysia

Minggu, 05 Mei 2019 – 22:57 WIB
e-Sports Bakal Jadi Olahraga Resmi di SEA Games 2019. Foto: esport

jpnn.com - Ranking yang dibuat esportsearnings.com itu mengakumulasikan total perolehan hadiah kejuaraan e-sport sejak 2012 hingga 30 April 2019. Total yang diperingkat sebanyak 137 negara. Nah, dari 137 negara itu, Indonesia berada di peringkat ke-50. Jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (16), Filipina (18), dan Singapura (26).

Perputaran uang dalam industri e-sport atau game memang meningkat drastis dalam satu dekade terakhir. Terutama dalam perebutan hadiah kejuaraan. Hadiah yang diberikan penyelenggara turnamen makin gila-gilaan. Misalnya, turnamen The International DOTA 2 yang diselenggarakan pada 2011.

BACA JUGA: Ini Penyebab Malaysia Tak Bisa Lepas dari Jerat Utang Tiongkok

Biasanya, total hadiah kejuaraan e-sport tingkat internasional hanya Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. Namun, dalam turnamen TI perdana tersebut, total hadiah yang diberikan USD 1,6 juta (setara dengan Rp 22 miliar). Total hadiah tersebut naik 14 kali lipat dalam turnamen TI 2018. Fenomena itulah yang membuat para atlet e-sport begitu menggantungkan pendapatan dari hadiah turnamen.

Dari data yang disajikan esportsearnings.com, DOTA 2 masih mendominasi untuk urusan total hadiah. Di Indonesia banyak pemain pro DOTA 2 yang sudah malang melintang di kompetisi tingkat dunia. Yang paling populer adalah Xepher alias Kenny Deo dan Inyourdream alias M. Risky Anugrah. Berdasar data esportsearnings.com, dua pemain DOTA2 itu sudah mengantongi lebih dari Rp 500 juta.

BACA JUGA: Mahathir pun Tak Berdaya Menolak Infrastruktur Tiongkok

Namun, untuk peringkat pertama dan kedua di Indonesia, pendapatan tertinggi justru didapat pemain Counter Strike Global Offensive (CS-GO). Dia adalah BnTeT alias Hansel Ferdinand. Dia mengumpulkan Rp 1,4 miliar. Urutan kedua ditempati xccurate alias Kevin Susanto dengan pendapatan Rp 947 juta.

Menggiurkannya hadiah dari kejuaraan e-sport juga dialami Manajer Tim Louvre untuk DOTA 2 Anugrah Ari Kurniawan. Ari bergelut dengan dunia e-sport sejak 2006. Selama 13 tahun, pria yang memiliki player ID Onktastic itu merasa perkembangan industri e-sport memang begitu pesat.

BACA JUGA: Rencanakan Penculikan Pejabat Malaysia, WNI Divonis 12 Tahun

Langkahnya untuk terjun di dunia game sempat dicibir teman sebaya dan lingkungannya. Sebab, saat itu dunia game dianggap belum menjanjikan.

Namun, Ari tetap berfokus terjun dalam berbagai kompetisi DOTA 1 dan DOTA 2. Hasilnya pun sangat memuaskan. ''Hadiah itu bisa digunakan untuk biaya hidup. Tidak lagi menggantungkan diri pada orang tua,'' katanya.

Menurut Ari, para atlet kini tak sekadar mengandalkan hadiah dari kejuaraan. Mereka juga mendapat penghasilan dari perusahaan sponsor dan menjadi streamers.

Sekjen IeSPA (Indonesia e-Sports Association) Prana Adisapoetra menanggapi pendapatan para player e-sport dengan realistis. Dia mengungkapkan, prospek para player e-sport itu sama dengan atlet olahraga konvensional lainnya. ''Ada masanya atlet pro dapat penghasilan banyak. Ada masanya juga performa akan turun dan mengakhiri karir,'' kata Prana kemarin. (sal/zam/c5/gun)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawaslu Rekomendasikan Pencoblosan Ulang, KPU Khawatir Surat Suara Tidak Cukup


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
e-sport   Malaysia  

Terpopuler